Tuesday, August 09, 2005

Kesyukuran dalam perbedaan

Pusat Racun Negara, 8 Agustus 2005

Teman-teman telah menyelesaikan kuliahnya di USM dan merayakannya bersama kami di dewan kuliah X. Banyak yang hadir dengan ragam yang berbeda. Saya dengan baju koko warna coklat. Ada tiga orang yang menggunakan baju dengan stail yang sama, sepertinya udah merancang sebelumnya. Annisa dan Puteri menggunakan kebaya, baju khas pesta? Una menggunakan kebaya dengan motif bordir warna putih. Lalu, ada apa dengan baju? Kaum cultural studies biasanya akan memahami orang dari apa yang dipakainya. Betul juga. Identitas kita sebenarnya bisa dilihat dari bajunya. Tapi, cukupkah hanya dari baju? tidak juga.

***

Dian, teman dekat, menyempatkan hadir selepas kuliah malam meskipun telat. Di sebelah ada Pak Syukri, Pak Hasan, Romi dan Baim. Di depan, adik-adik saya, karin, Gabril dan tentu banyak yang lain. Saya belum mengenal semua yang ada di ruang pertemuan itu, tapi mengenal wajah mereka. Pasti, perlu waktu untuk itu.

***

kata-kata sambutan tidak mampu mengungkap kedekatan kami, maka seperti biasa ada persembahan lagu, baik yang dibawakan oleh mereka yang bagus membawakannya, maupun yang didaulat untuk melantunkan sebuah lagu, sehingga suara sumbang itupun mengalun. Tidak sedap, tapi menimbulkan kelucuan. Efeknya sama saja, menghibur. Ya, di tengah konflik yang mendera perkumpulan kami [PPI], tampaknya kita perlu sejenak melupakannya dengan melemaskan saraf yang menegang karena kegigihan untuk menundukkan yang lain.

***

Ternyata tidak, konflik itu makin mengeras, dan saya hanya bisa mengelus dada, bahwa diri yang daif ini juga terseret. Semoga, masih ada akar di tepian agar tak terlalu jauh terbawa arus dan meraihnya untuk menepi dan menyepi dari pertikaian.

No comments:

Syawal Keenambelas

Bersama TKI, kami pergi pada dini hari ke bandara ketika Anda tidur atau menonton laga bola Inggeris lwn Belgia.  Sebagian buruh dari Madura...