Showing posts with label Perpustakaan Hamzah Sendut. Show all posts
Showing posts with label Perpustakaan Hamzah Sendut. Show all posts
Thursday, August 12, 2010
Friday, May 14, 2010
Murid Sekolah dan Perpustakaan
Murid sekolah menengah pertama mengunjungi perpustakaan. Mereka tampak mendengar penjelasan dari pustakawan, sebagian yang lain tolah-toleh dan malah beberapa anak tampak menikmati pameran koleksi peranakan Asia Tenggara. Selalu saja, kita menemukan hal demikian, tak semua menaruh perhatian pada satu objek dalam satu kesempatan. Ini tak hanya terjadi pada dunia anak-anak, tetapi juga dewasa.
Namun apa yang menarik? Kebiasaan para guru di Pulau Pinang mengajak anak didiknya untuk mengunjungi perpustakaan kampus. Saya melihatnya untuk kesekian kalinya dan selalu tak pernah bosan melihat tingkah mereka. Bagaimanapun, dunia buku bukan hiburan yang membuat siapapun mudah menikmati hingga akhir. Namun, ikhtiar untuk menanamkan kecintaan terhadap pengetahuan pasti membuahkan hasil, meski tak seratus persen. Hanya saja, pendidik perlu sabar agar ini bisa merembes pada watak anak didik. Seperti diterakan oleh Michael Foley dalam The Age of Absurdity bahwa the minority view prevailed if it was expressed consistently, confidently dan undogmatically (2010: 91).
Kita pun perlu menjadikan setiap ruang untuk menjejalkan betapa buku itu penting, namun siapapun tahun bahwa ia masih terpinggir. Jika kesadaran minoritas ini terus dilesakkan, tidak ayal pada masa yang akan datang, kita akan banyak menemukan pemandangan di pelbagai sudut orang sedang menekuri buku, apapun jenisnya. Kampanye membaca selama ini juga membantu untuk mengimbangi arus deras iklan konsumtif. Mungkin karena ia tak terlihat setiap hari, anak-anak lebih asyik dengan kartun. Syukur jika cerita kartun itu dalam bentuk buku, seperti anak tetangga saya yang khusyu membaca komik Conan. Tentu, banyak cara memujuk anak untuk menyukai dunia baca, termasuk mengunjungi perpustakaan.
Saturday, May 02, 2009
Inilah Perpustakaan Kampus Itu
Inilah perpustakaan tempat saya belajar. Di dalamnya ada 1 juta lebih koleksi buku pelbagai disiplin. Tak hanya itu, ada fasilitas lain, seperti koleksi CD film, kuliah dan lain-lain. Malah, di sebelah tempat penyewaan film, ada ruang mendengarkan musik. Dulu, saya sering menyambanginya setelah penat membaca buku. Di lantai bawah, ada ruang khas untuk majalah, baik luar maupun dalam negeri. Tak hanya itu, televisi berukuran besar menyala, menyiarkan saluran pengetahuan. Di sini, pengunjung juga bisa membaca koran lokal, seperti Utusan, The Star, The Sun, Berita Harian, New Straits Time dan koran berbahasa Tionghoa dan Tamil.
Di rak bagian filsafat, saya tersentak karena koleksi bukunya bejibun. Saya belum sempat membaca semuanya. Malah, saya mendapatkan buku asli terjemahan Truth and Methodnya Gadamer di sini. Sebelumnya, saya hanya mendapatkan buku magnum opus penggagas falsafah hermeneutik ini dalam bentuk fotokopian. Mungkin setelah selesai ujian doktor, 8 Mei, saya akan menekuri buku-buku yang terbengkalai itu. Ini terjadi disebabkan di kampus saya tidak mempunyai jurusan atau fakultas filsafat sehingga buku-buku warisan Yunani itu tidak sempat terjamah oleh mahasiswa.
Di depannya, ada kursi panjang yang menjadi tempat mengasyikkan karena di sini kita bisa bertemu banyak orang, yang bahkan tempat saya mengenal banyak mahasiswa Indonesia dan bertemu dengan teman-teman lain yang berasal dari banyak negara. Letaknya yang berada di tengah kampus membuatnya menjadi tempat lalu lalang mahasiswa. Inilah tempat yang banyak mendapat kunjungan mahasiswa, selain kantin dan masjid. Apakah ini juga petanda bahwa keperluan manusia itu adalah makan, membaca dan beribadah?
Subscribe to:
Posts (Atom)
Pengakuan pengaruh luar terhadap identitas dapat melonggarkan batas. Betapa lancung menegaskan jati diri seraya menutup diri sementara tan...

-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
-
Kata dalam judul sering didengar di tahun baru. Orang jiran menyebutnya azam. Anda bisa menyebutnya tekad. Buku ini menandai sebagian dari ...