Showing posts with label media. Show all posts
Showing posts with label media. Show all posts

Saturday, August 07, 2010

Perkasa

Saya membeli edisi pertama koran mingguan ini di mal Komtar di sebuah kedai yang berdekatan dengan tempat penukaran uang (money changer). Sebagai terbitan perdana, ia menyuguhkan berita provokatif sehingga terpaksa harus berurusan dengan Kementerian Dalam Negeri. Sejatinya, ia membawa suara kritis penggagasnya, Ibrahim Ali, anggota parlemen bebas. Bagi saya, kedudukan bekas aktivis ini sangat unik. Tidak saja ia berhadapan dengan partai komponen Barisan Nasional, ia juga senantiasa bersuara keras terhadap oposisi.

Sunday, May 10, 2009

Menunggu Berita, Meraih Makna


Saya merasa menemukan berita lebih berimbang pada koran ini, Sinar Harian dibandingkan koran-koran yang diterbitkan oleh pro-pemerintah atau oposisi. Prinsip etika jurnalisme paling dasar, mengetengahkan ke dua belah pihak (berseteru), dipraktikkan melalui pemuatan artikel, berita dan kutipan blog dari pelbagai sumber. Demikian pula komentar pembaca yang dikirimkan melalui pesan pendek (sms) mencerminkan berbagai kalangan. Karena itu, saya menyempatkan diri untuk selalu membeli koran yang diterbitkan oleh perusahaan berbeda Karangkraf ini agar bisa mengikuti perkembangan terbaru dunia politik, agama dan budaya Malaysia.

Tidak hanya itu, sebagai media yang menahbiskan dirinya sebagai koran komunitas, ia telah menjadi ruang bagi pelbagai masyarakat untuk menyatakan dirinya. Di sini, kita menemukan pelbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dari olahraga hingga kebajikan sosial. Sebuah gotong royong membersihkan kampung atau masjid, misalnya, tidak terlewat untuk menjadi berita. Tentu yang paling seru, aktivitas para politisi yang menampilkan dirinya dalam kegiatan masyarakat atau sedang menyambangi konstituennya diberitakan secara adil dan diberikan ruang pada ke dua kelompok politik, Barisan Nasional dan Pakatan Rakyat.

Berbeda dengan media yang dimiliki oleh dua musuh bebuyutan di atas yang selalu menurunkan berita tendensius dan berbau propaganda tanpa henti. Akal sehat tiba-tiba berhenti. Perbincangan melulu berkait dengan bagaimana memojokkan lawan tanpa ampun. Tentu, dalam keadaan seperti ini, pendidikan politik akan macet karena sumber informasi tidak didasarkan pada etika jurnalisme, transparansi, berimbang dan bertanggungjawab. Berita diturunkan tidak secara verbatim, apa adanya, melainkan pada tataran tafsir. Kalaupun disiarkan secara langsung, namun hanya dijadikan titik mula untuk mengkritik seteru. Apatah lagi mau mengembangkan jurnalisme sastera yang mengandaikan sebuah penyajian berita investigatif dan enak dibaca. Saya tidak tahu sampai kapan media pemerintah dan oposisi yang menyuguhkan bacaan yang enak dan perlu, mengutip moto majalah Tempo, akan lahir. Menunggu Godot? Wallahu a'lam.

Thursday, April 09, 2009

Oposisi Malaysia Kian Tak Terbendung


Saya menyambut gembira pernyataan Najib Tun Razak bahwa media harus memberitakan secara adil dan bertanggungjawab hal ihwal masyarakat. Sebelumnya perdana menteri ke-6 tersebut telah membuat kejutan dengan melepaskan tahanan ISA (Internal Security Act) dan menarik pembredelan dua koran oposisi, Harakah dan Suara Keadilan.

Namun langkah Najib belum menggoyahkan hati rakyat untuk mendukung pemerintahan baru. Tulisan di Jawa Pos (9 April 2009) berjudul "Oposisi Malaysia Kian Tak Terbendung" mencoba membaca mengapa perubahan itu tidak mendatangkan sambutan khalayak. Mungkin keterbukaan yang sedang dicanangkan pihak berkuasa belum diwujudkan secara nyata, sehingga itu dianggap janji yang belum ditunaikan.

Di tengah kerisauan terhadap pemerintah dan oposisi yang belum berubah, saya menemukan kegembiraan lain dengan hadirnya koran baru Sinar Harian yang telah mempraktikkan etika jurnalisme yang selama ini diabaikan oleh kebanyakan media. Meskipun saya tidak meninggalkan koran-koran yang dimiliki arus utama dan alternatif, saya lebih menikmati membaca koran yang dikelola oleh kelompok Karangkraf ini untuk mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat secara objektif. Sebagai koran yang menyodorkan jargon media untuk komunitas, surat kabar ini telah menjangkau 1 juta pembaca di seluruh negeri, sebuah prestasi yang luar biasa. Dengan harga RM 1, ia telah menempatkan dirinya sebagai media yang bisa dibaca oleh segala lapisan masyarakat.




  Pengakuan pengaruh luar terhadap identitas dapat melonggarkan batas. Betapa lancung menegaskan jati diri seraya menutup diri sementara tan...