Sunday, July 31, 2022

Mengenal Eisntein


 Buku ini saya beli agar Biyya dan Zumi terpapar pada sains sejak dini. Dulu, saya membayar RM 19.90 di toko buku Popular Mal Aman Central, Kedah, Malaysia, seperti Gramedianya kita di sini.

Dengan membaca, kita telah membuka jendela agar rumah kehidupan kita tidak pengap dan sumpek. Ulama dalam Alqur'an terkait dengan kepekaan pada sejarah dan alam.
Hingga hari ini, buku riwayat Enstein ini belum dibaca oleh Biyya, tetapi dilihat oleh Hulknya Zumi. Tadi, saya sempat bercerita pada Biyya bahwa Einstein adalah seorang determinis. Segala sesuatu ditentukan oleh manusia itu sendiri. Tentu, ini tidak mudah dipahami oleh Biyya karena ia masih melihat hidup secara bersahaja.

Friday, July 29, 2022

Warung Kopi

Kemarin, kami berdua pergi ke toko sepatu STARS Kraksaan. Di sini, Biyya mencocokkan ukurannya dengan kaki. Akhirnya, ia merasa nyaman dengan nomor 41. Setelah itu, kami berkunjung ke pasaraya untuk membeli lem sandal. 

Lalu, kami duduk di warung Vertical untuk menikmati kopi Cappuciono dan Hazelnut Latte. Saya mengeluarkan buku Is the Internet Changing the Way You Think? The Nets Impact on Our Minds and Future. Penyuka Billie Eilish ini sempat membacanya, tetapi malah lebih sering ngobrol ke sana kemari. 

Pertanyaan yang memantik rasa ingin tahunya adalah tatkaka kami berbicara tentang kebaya, sarung, jubah, dll. Nothing truly Indonesia? Tanya Biyya. Maklum, pakaian, agama, bahasa, dan makanan diimpor dari Arab, India, China, dan Eropa. Kebetulan, saya bertemu dengan rekan pondok dan kampus, Pak Umar dan Pak Alfian.  

Wednesday, July 27, 2022

Merawat Buku


Saya telah mengelem sampul yang terlepas. Dengan Fox, kini buku ini bisa dibaca kembali. Maklum, karya ini dibaca berkali-kali oleh Biyya, penggemarnya.

Saya pun mengikuti IG sang penulis, meskipun kata Roland Barthes, pengarang telah mati di tangan pembaca. Saya tetap menganggap mereka "hidup".
Alamak, radio tetiba memutar Fariz RM dengan Barcelona. Kala sepasang mata menatapku manja ... Karya
terbaik
. Tabik!

Tuesday, July 26, 2022

Orang Madura di Malaysia

Setiap kali terdengar orang Madura yang bekerja di Semenanjung bercakap di banyak tempat, saya mengajak mereka berkenalan. Dari mereka, saya belajar tentang keteguhan, kesabaran, dan ketulusan. 

Dunia batin mereka saya pahami dan hayati. Mereka takzim pada kiai. Doa guru dan orang tua mereka menyinari jalan hidupnya. Setelah tahu saya berasal dari Sumenep, Pak Zaini ini bertanya, "Kenal Irwan, Mas? " Tidak. Rhoma saya tahu.

Kak Zaini bekerja di terminal Shah Alam, Selangor. Ada orang dari Pulau Garam di sini, seorang ibu, yang kami pernah bertemu di hari lain. 
 

Kerja Sama


 Dulu, kakaknya berangkat ke TK dengan bus sekolah. Kini, si adik pergi bersama orang tua. Si ibu harus menemaninya di kelas. Keduanya tumbuh secara berbeda.


Betapa bahagianya hari ini kami melihat Zumi duduk dgn teman sekelasnya. TK Anaprasa Nurul Jadid telah mengajar mereka sejak dini untuk bekerja sama. Dari sini, anak-anak belajar mendengar dan menerima pandangan orang lain. Terbaik

Di sela belajar pengetahuan, mereka bisa bermain dgn riang. Setelah itu, mereka tidur siang. Masa depan mereka nanti gemilang dgn pilihannya sendiri

(Bukan Kopi) Kenangan

Bagi seorang ayah, kenangan apakah yang ingin diingat oleh anak perempuannya?

Boo Su-Lyn menulis dalam buku bagus ini (Saya tak semestinya sependapat dengan ide libertariannya) bahwa pegiat tersebut merasa terharu dengan kesabaran sang ayah yang mengantarnya ke sekolah tiap hari dengan sepeda motor kapcai C70.

Sampul belakang menunjukkan biodata hidup penulis, yaitu sebagai wakil editor berita dan kolumnis Malay Mail dan pendiri BEBAS, sebuah gerakan anak muda yang membela kesetaraan, sekularisme, dan penghentian terhadap diskriminasi. Tidak hanya itu, ia adalah host program wicara daring (online) yang membahas isu politik, ras, agama, hak-hak asasi manusia, dan demokrasi. Sebagai orang libertarian ia percaya pada keterlibatan pemerintah yang minimal dalam ekonomi dan isu sosial. Dengan melihat jati diri penulis, pembaca bisa membayangkan jalan pemikiran dan sikap wartawan tersebut.

Sebagai kumpulan tulisan, pembaca tidak perlu membaca buku ini dari awal, karena setiap tulisan diberi nomor dan judul yang menggambarkan isi. Dengan membayangkan pikirannya berdasarkan ideologi di atas, kita bisa memilih bagian-bagian yang mendatangkan daya kejut, seperti “Why I Left the Faith”. Pilihan meninggalkan agama di Malaysia tentu tidak lazim dan menggugat dasar negara, yaitu kepercayaan pada Tuhan sebagai sila pertama. Peliknya, hingga kini buah pikiran penulis ini tidak dilarang, seperti buku-buku yang dianggap mengganggu ketenteraman umum, seperti History of God oleh Karen Amstrong dan Allah, Kebebasan dan Cinta Irshad Manji
 

Jumatan dan Ingatan

Dulu ayah mengajak saya ke masjid. Kini saya mengajak Zumi ke Jum'atan. Hal ini juga dilakukan oleh orang lain.

Di sini, setiap individu belajar tak melakukan apa-apa. Tak mudah, malah mengantuk. Ia pun berpindah untuk merebahkan kepala di haribaan.

Kita pun yang dewasa mencoba melewati takhalli, tahalli, dan tajalli. Kalaupun sulit, setidaknya kita tepekur, berusaha merasa cukup dgn diri sendiri. Dgn tak menempelkan aksesoris, lencana, dan benda lain untuk mengada, kita telah mengenali diri sendiri. Jika diri asli yang hadir, Tuhan juga berada di situ.

Saya sempat terlelap sekjepa. Sadar, ketika jamaah bersiap sedia untuk bersembahyang. Kelelapan ini begitu nikmat.

Ket: Foto diambil sebelum khotbah.
 

Kopi Dalgona

Saya menikmati secawan kopi Kapal Api di kantor pascasarjana UNUJA sambil menikmati lagu Hari Berbangkit. Duh, suara saxophone itu seperti tiupan sangkakala.

Anak kami ikutan buat kopi Dalgona asal Korea Selatan. Semalam, saya berdebat dgn Biyya soal hidup asli atau otentik. Saya usul bikin kopi dgn campuran jahe, temulawak, dan kelor. Generasi alpha menang. 

Keduanya akan menelusiri banyak jejak sebelum akhirnya pulang ke rumahnay sendiri, Jawa dan Madura. 

Menemani Biyya Belajar


Nanti, kami akan pakai notebook agar lebih nyaman. Tetapi, kaidah itu lebih penting daripada materi, kata Muh Yunus. Kepiawaian guru untuk membuat materi menarik sangat penting. 

Apa perlu les atau kelas tambahan? Biyya minta sendiri untuk belajar pada guru les matematika. Nanti, tambah sang ibu, ia juga bisa menambah menu fisika bila ingin mengasah kepekaan illmu alam. 

Apa pun, anak-anak akan memilih cara dan gaya belajarnya. Kami hanya memenuhi apa yang membuatnya nyaman dalam menekuni pelajarannya. 

Gambar Diri


 Santri SMA Nurul Jadid membuat kejutan. Saya mendapat kenangan ini setelah berdiskusi neokolonialisme di era digitalisasi bersama siswa. Terima kasih Pak Didik P Wicaksono. Sampaikan salam pada sang seniman.

Foto yang dijadikan obyek mungkin diambil dari Google. Foto tersebut adalah pose yang diambil tatkala asrama SME Bank UUM hendak memasang foto di carta personalia. Terima kasih En Zahril Anwar Malek.

Lalu, kami memesan gambar Biyya untuk dilukis. Si sulung meletakkan foto yang diarsir oleh tangan terampil di atas rak buku di kamarnya. Sebagai remaja yang suka melukis, ia tentu belajar dari orang lain bagaimana menghasilkan karya. Begitulah hidup! Liyan itu bukan penjara dalam hidup ini, sejatinya. 

Monday, July 25, 2022

Asrama Mahasiswa


Kami tinggal di sini selama hampir tiga tahun. Zumi masih baru bisa berjalan dan harus naik tangga untuk menuju lantai dua. Justru, ia senang. Saya pun sering menikmati kabut pagi di loteng. 

Asrama UUM ini terletak di Bukit Kachi, 1 KM dari kampus. Di waktu libur, mahasiswa pulang dan kawasan ini hanya ditinggali oleh pegawai dan kepala asrama. 

Sekali waktu, ketika kami hendak tidur, istri mendengar ada suara tok tok di tingkat bawah, seakan-akan ada orang yang mengetukkan tongkat di lantai. Begitu jelas, sehingga bulu kuduk meremang. Padahal, jarum jam masih menunjuk angka sembilanan. Lalu, suara hilang dan senyap. 

Pengalaman di atas hanya sekali. Selebihnya, kami melakukan banyak kegiatan yang menyeronokkan tatkala liburan, seperti menikmati sore di sekitar rumah, berolahraga, dan malah kadang menyapu halaman parkir. 

Sunday, July 24, 2022

Bangku SD


Ini bangku kami dulu. Setiap mudik, saya menunjukkan pada Biyya dan Zumi sekolah dasar tempat kami belajar. Kami bahagia di sini karena guru-guru kami hebat belaka dan teman-teman yang menyenangkan.

Kami berjalan kaki ke sekolah. Sekali waktu, ada supir pick up berbaik hati berhenti dan mengangkut kami ke depan pasar. Sepanjang jalan kami berteriak kegirangan.
Pak Aqib, Bu War, Pak Buchari, Pak Buang, dan Pak Is adalah sebagian dari mereka yang membuka pikiran para murid. Kami hapal butir-butir Pancasila dan nama-nama menteri. Kini, hanya Zulhas yang saya hapal karena ia menggunakan Minyakita untuk kampanye sang anak.

Thursday, July 21, 2022

Biyya dan Encik Andrea


Tanpa mengabaikan kegiatan lain yang digelar oleh PPI USM, acara bedah buku dan pemutaran film Laskar Pelangi sangat berkesan. Saya mengenal lebih dekat dengan banyak orang, dari pejabat, mahasiswa, dosen, dan orang ramai. Melalui kepanitiaan, kita biasanya mengenal watak teman-teman sendiri. 

Pak Dolok, kala itu, adalah mahasiswa S3, yang bisa menggerakkan adik-adik mahasiswa S1 dan S2 untuk mensukseskan program yang melibatkan perwakilan Republik Indonesia di Pulau Pinang. Pak Munir, konsul, adalah orang yang sangat mendukung banyak perhelatan mahasiswa di kampus, dari pagelaran, diskusi, dan olah raga. 

Biyya telah menjadi bagian dari literasi sejak bayi. Semoga ini adalah bagian dari tabungannya untuk mengerti hidup melalui novel. 

KAI dan Buku


 Setelah menikmati bakso di restorasi, saya membaca "Polisi Bahasa" oleh Eko Endarmoko dan Biyya mendaras "Magic Mitfits" oleh Neil Patrick. Perjalanan dengan kereta api sangat menyeronokkan.

Selain ketepatan waktu keberangkatan, angkutan umum ini bersih, aman, dan nyaman. Terima kasih, Pak Ignasius Jonan

Tebak, gambar di bawah ini hendak mempromosikan budaya membaca atau naik kereta api? Keduanya. Menarik, respons banyak teman Facebook bermacam-macam. 

Wednesday, July 20, 2022

Teman Karib

Dulu, kami sama-sama kuliah di USM. Semalam, saya dan Pak Nasir meneguk cappucino di warung kopi kampus. Kata dosen UIN Arrraniry ini, universitasnya mengirim mahasiswa untuk mengikuti program pertukaran pelajar bersama UNIMAS dan UNAIR di UUM.

Sebagai bahan obrolan, saya sengaja membawa novel "Laut Bercerita" Leila S. Chudori. Maklum, lulusan sastra tersebut pemerhati karya fiksi yang cermat. Namun demikian, kami pun juga bicara soal hiruk-pikuk dunia dan seisinya, semisal politik lokal Aceh, biaya hidup era Jokowi, psikologi sufi, dll. 

Peluncuran Buku


Wah, buku yang diluncurkan bukan karya terbitan baru, tetapi lawas. Ini termasuk terobosan bahwa coretan lama bisa mengisi ruang atas pertimbangan keterkaitan dengan isu. 

 Karya ini lahir dari jalan panjang mengulik bahasa, dari pembelajaran di sekolah, madrasah, hingga perguruan tinggi. Nama-nama Pak Aqib, Kiai Muqit, Pak Asy'ari, Pak Hafidz dan Bu Nafilah adalah sosok yang mengenalkan secara lebih serius tentang bahasa dan pernak-perniknya. 

Mengapa kata itu rapuh? karena ia mudah retak sebab hal-hal di luar "linguistik" bisa hadir menggeser, yang kata Pierre Bourdieu tidak lagi berada di bawah kekuasaan kaum Linguis. 

Fathol Kholiq, teman baik, telah mengetengahkan cetusan saya di Majalah Tempo ke tengah khalayak agar kepekaan terhadap kata melempangkan jalan untuk meraih makna. Tabik. 

Tuesday, July 19, 2022

Mandiri

Alhamdulillah, hari ini Zumi berangkat ke sekolah tanpa diantar dan dijemput oleh orang tua. Ini adalah foto kemarin tatkala ia bersama Kai, teman sekelas dalam perjalanan ke SD Namira, Kraksaan. Hari ini, saya mengajak penyuka Dinosaurus tersebut ke koperasi Basmalah untuk membeli kudapan sebagai hadiah.
Berbeda dengan kakaknya, yang telah naik mobil sekolah bersama Arka waktu belajar di Smart Reader Kids, Jitra, Kedah, penikmat Ryan Toys selalu ditemani sejak belajar di TK UUM. Pelan tapi pasti, setiap anak akan melakukan banyak hal sendiri.

Setiap anak menjalani pengalaman yang berbeda, meskipun di rumah kami menerapkan gaya kepimpinan demokratis bahwa setiap anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab. Zumi hanya bisa menempel gambar di pintu kamarnya, demikian juga si sulung Biyya. Hanya, Zumi selalu bilang, I am the boss here. Hehe
Tahniah, Zumi!

Bus

Di sini bus, di jiran bas. Gambar ini mempunyai seribu kata. Dalam sebuah kegiatan, kami harus bergerak dengan kendaraan berbadaan besar. Dengan demikian, kami bisa mengurangi jejak karbon. 

Lalu, mengapa bis ditulis bus? Biarlah teman-teman di grup Whatsapp Klinik Bahasa membahasnya. Bagi saya pengalaman ini adalah sebuah kamar sempit bagi kami yang cukup untuk tidur, karena kegiatan ini lebih sering dilakukan di aula dan luar ruang. 

Hingga kini, saya menikmati naik angkutan umum ini di rute Paiton-Surabaya karena supirnya kadang memutar lagu Rhoma Irama. Meskipun kadang ia menghadapi kendala, semisal mesin rusak, pindah angkutan , dan lain-lain. Di sini, siapa pun bisa menemukan wajah manusia. Belum lagi, pengamen dengan pelbagai alat datang menghibur. 

 

Sunday, July 17, 2022

Bus Ekpresperdana | Changlun-Jeli | Wifi gratis


Kelas Aqidah dan Isu-Isu Pendidikan sore ini akan membahas banyak isu, seperti Asy'ariyyah, Syiah, Mu'tazilah, Wahabbiyyah, dan Islam liberal.

Dalam perjalanan, kami akan melewati dan menikmati hutan lindung (simpan) Gerik. Bagi otak kiri, rimba itu sekadar kekayaan hayati, sementara otak kanan, pohon yg rimbun itu menyimpan misteri.

Ada sesuatu yang membuat bulu bergidik tatkala bus seakan-akan memasuki labirin hutan karena kabut dan pohon yang lebat itu akan menelan kendaraan yang kami tumpangi. Hihi

Gambar Blog

Ini foto yang berada di beranda blog ini. Dengan latar mesin cuci binatu yang berada di kantin Universitas Utara Malaysia, kami merayakan sore sambil menunggu cucian kering. 

Kaus yang dipakai itu adalah t-shirt yang dibeli di terminal Juanda tatkala kembali ke Semenanjung dari mengajar di program pascasarjana IAINJ (kini UNUJA). Karena itulah, saya kembali menjahitkan pada penjahit karena benangnya lepas di bagian ketiak. 

Di mana saja, kapan saja, dan apa pun yang dilakukan, cekrek, senyum, dan gembira. Itu saja.  

 

Keluarga | Batas | Terabas


Saya berfoto dgn cucu ayah angkat di sebuah flat, tempat kami tinggal waktu belajar di USM dulu. Di sini, banyak cerita yang mengingatkan kami bahwa tak ada yang hilang dari kehidupan jika penghuni mau berbagi.

Sepotong gambar ini hendak mengungkap batas, bahwa keluarga itu hadir karena hubungan emosional wujud di antara individu. Justru, batas itu hasil dari terabas.

Ketika mengandaikan kesamaan, sejatinya banyak perbedaan yang mudah dijadikan alasan untuk menolak orang lain sebab gagal mengurai asal-usul.

Selamat hari raya untuk Pakcik sekeluarga. Hubungan kami lebih banyak dirasakan daripada dikatakan
 

Keluarga

Sejauh apa pun pergi, kami akan pulang. Betapa senang melihat Zumi tertawa lepas karena dipegang sepupunya, Dini. Dari sini, kami telah merasa cukup untuk menjalani hidup. 

Di halaman belakang, kami bercakap-cakap ringan. Tidak perlu mata liyan hadir sehingga spontanitas, celetukan, dan keakraban muncul begitu saja. 

Biyya melihat rumah nenek adalah tempat untuk berhenti sejenak dari rutinitas membaca dan melukis. Penyuka Aurora ini menyebut ikan tongkol semalam tatkala saya menelepon ibu. Ya, lauk ini sangat berkesan di lidahnya. Katanya, rasanya maknyus. Kami pergi untuk kembali lagi. 
 

Saturday, July 16, 2022

Ujian Tesis

 

Saya bilang kepada mahasiswa bahwa ujian kehidupan itu jauh lebih sulit dan rumit dibandingkan ujian semester dan tesis. Buku, waktu, tempat dan pengujinya tidak ditetapkan sebelumnya.

Sementara, dalam ujian terbuka ini promovendus telah menulis dan memahami karya terakhirnya melalui bimbingan. Penanya bertanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran tugas paripurna.

Acapkali ada peristiwa dramatik ketika mahasiswi idkuasa menahan tangis ketika menyampaikan pesan. Mahasiswa yang lain menyatakan siap dibantai sebelum sesi tanya jawab dimulai. Malah, ada seorang mahasiwa tidur lelap di sela rehat karena ia akan mempresentasikan tesis setelah istirahat siang. Apapun, sesi penutup dari acara ini selalu sangat menyentuh. Semua hadirin berdiri dan menyanyikan Padamu Negeri

Batik dan Kesejahteraan Semua


 Dari kiri, penggemar Rhoma Irama, Waka Pesantren, Dirjen, dan Kepala Kemenag Probolinggo.

Ketika tujuan yang sama disangga oleh orang-orang yang memakai batik yang berbeda, maka kita fokus pada tujuan bersama, yakni kesejahteraan khalayak.

Panggung ini adalah kepanjangan dari keinginan banyak pihak untuk memantapkan kehendak agar umat kuat dengan kemandirian ekonomi, budaya, politik. 

Friday, July 15, 2022

Kompak

 

Kini keduanya telah semakin tumbuh besar. Potongan gambar ini adalah kenangan tatkala si kakak pulang sekolah dan minta makan siang di warung kopi Richiamo kampus Universitas Utara Malaysia. 

Foto ini pernah diunggah ke Facebook dan media sosial ini mengingatkan bahwa kami pernah memiliki peristiwa yang pernah mencuit hati. Dengan meletakkan di blog, saya bisa memperlihatkan pada Zumi bahwa Biyya memberikan perhatian padanya sejak kecil. 

Kami pun juga sesama saudara. Si ibu dengan adik-adiknya di Yogya dan Medan. Si ayah dengan kakak di Sumenep dan adik di Jakarta. Kedekatan sejatinya bermula dari saudara dan menjadi potrert kebersamaan yang lebih utuh dengan hubungan kemanusiaan. 

Thursday, July 14, 2022

Menunda


Akhirnya, saya membatalkan dua buku, Postmodernism dan A History of Philosophy, yang saya hendak beli agar si sulung bisa membeli bacaan yang disukai lebih banyak. Kata Heraclitos, kenikmatan itu adalah kemampuan menunda. Yeah!

Zumi membawa McQueen, mobilan-mobilan, yang dibeli di BBW, ke musala untuk bersembahyang bersama. Ada banyak cara merayakan hidup. Kebedaan adalah keindahan itu sendiri.

Setelah menua, kita seringkali menunda. Ini bagian dari pemikiran katedral. Tidak semua diobral agar kita meraih apa diinginkan, bahkan meskipun memiliki duit. Yeah!

Wednesday, July 13, 2022

Grafologi

Ada tanda tangan Biyya dan stempel Spiderman. Mengapa? Biar anak-anak dekat dengan buku, selain telepon pintar. Saya tanya pada si sulung, "do you want to change your signature in the next days?", Tukasnya, No. I like it. 

Apa betul teken itu mencerminkan watak pemiliknya? Grafologi mengurainya. Garis panjang di awal ttd saya menunjukkan cepat "akrab" dan pendek di belakang, segera jemu. Dua coretan di atas huruf o, estetika. Saya suka desain yang bagus, apa pun. Betapa saya merasa nyaman dengan taman Bungkul Surabaya karena reka bentuk, bahasa jiran untuk design, sangat menyenangkan dan mengindahkan suasana. 

Alamak! Dinosaurus itu ditempel oleh saya agar Zumi melihatnya di sini. Pelekat atau stiker ini dibeli di DIY Roxy Jember. Setidaknya, muridnya SD Namira mau membaca judul buku ini. Oh ya, anak kelahiran Kedah ini belum menuliskan tanda tangannya. 

 

Monday, July 11, 2022

Bungkul

Untuk kedua kalinya, kami mengunjung tempat ini. Dulu, kami juga pernah menyusuri lantai di malam hari. Begitu banyak orang di masa itu. 

Kini, kami mendatanginya di pagi hari setelah menunaikan salat Id di Jalan Darmo. Setelah membeli kudapan, kami menghabiskan es teh, sosis, lumpia sambil duduk di lingkaran berbatu. 

Zumi meminta difoto. Anak ini membawa balon yang diberi nama Boba. Sebelumnya, ia juga mengingatkan saya bahwa binatang seperti kambing itu adalah mammoth. Waduh, saya sudah tua untuk mengingat banyak hal. Betapa bersih lokasi ini! Tabik untuk Bu Risma dan wali kota penggantinya. 

 

Angkringan

Tatkala menemani Zumi bermain pasir di sudut stan pameran buku Big Bad Wolf, ia bilang lapar. Serta merta, saya ajak penyuka Dinosaurus ini ke lantai dua. Maklum, turunan! Saya tidak bisa berpikir dalam keadaan perut keroncongan.
Aha! Ada warung kesukaan jutaan umat, angkringan. Saya bertanya pada ibu sang penjaga, di mana ia membuka lapak? Di depan Tunjungan Plaza, tak jauh dari Hotel Bekisar, Surabaya. Dengan dua bungkus nasi kucing dan tempe bakar, makan siang berlangsung dengan riang. Si mami juga melakukan hal serupa. Alamak! Biyya dan Zumi memilih kebab Turkiye Mas Bernando J. Sujibto. Hehe
Pengalaman dua hari berada di kota Pahlawan, kami membiarkan rumah kami menyegarkan dirinya. Namun, sedekat atau sejauh apa pun pergi siapa pun akan pulang untuk menemukan dirinya. Lagi-lagi, kata Hamzah Fansuri, rumah sejati itu hati. Jadi, hati-hati! Hihi

 

Saturday, July 09, 2022

Big Bad Wolf


Biyya memakai kaus mari belajar marxisne buatan Alfikr. Saya sudah melewati Pak Marx, karena kami hidup di sini dan kini. Syariah cukup umtuk melihat ekonomi, politik, dan tetek bengek yang lain.

Tabik.

Status saya di Facebook hari ini. Biyya dan Zumi sangat senang menjelang pergi ke Surabaya untuk mengunjungi pameran buku asing Big Bad Wolf di Jalan Ahmad Yani Surabaya.

Setelah tiga tahun, kini keduanya bisa mendapatkan kembali kesempatan untuk mencari buku-buku bacaan yang disukai secara langsung. Sebelum pandemi, BBW juga pernah dihelat di kota Pahlawan.

Tak hanya itu, keduanya pun ingin menikmati masakan Korea, sementara saya dan maminya membayangkan nasi gudeg.

Thursday, July 07, 2022

Iman yang Utuh

Ini buku yang sangat bermanfaat untuk memahami secara menyeluruh "kasih sayang pada seluruh jagad" (rahmatal lil 'alamin), yang selama ini sering dibatasi pada menjaga kebajikan manusia yang berbeda.

Alam kita sakiti, tetapi kita tidak merasa. Selagi bumi tidak dianggap ibu sebagaimana kearifan orang-orang kuno, manusia modern mengabaikan pengetahuan (logos), dan mengekalkan dongeng (mitos). Tos!

Bayangkan, Tuhan dipuja, di sebelah rumah ibadah sampah berserakan. Jelas, imannya tidak utuh.
 

Rindu Kelantan

Kami menginap di sini selama tiga hari di sebuah lebaran. Kami memiliki keluarga Cikgu Rahim, dr Adi, dan Dr Sri. Kawan dekat saya daalah Dr Supyan, Dr Zailani, dan Dr Fauzi yang juga berasal dari negeri Cik Siti Wan kembang. Tatkala belajar di USM, kami sering makan malam di warung Tomyam Sungai Dua.

Alhamdulillah, saya pernah mengajar kelas jauh di Kota Bharu. Tentu, pengalaman menunaikan salat dhuha di masjid almarhum NIk Aziz Nik Mat, sangat membekas kuat. Betapa cahaya tokguru itu menyinari rumah di dekatnya.
Semoga hasrat ke Semenanjung tertunai untuk sekaligus menyusuri tempat dua anak kami lahir, Minden dan Jitra. Ari-ari keduanya ditanam di sini. Amin.

Wednesday, July 06, 2022

Big Bad Wolf

Saya, istri, dan Zumi duduk menikmati suasana pagi. Di sela itu, si bungsu bertanya pada maminya, betul kita mau ke Surabaya untuk lihat pameran buku? Besok, besoknya lagi, atau besok-besoknya?
Ia akan terus bertanya. sebelum hari tiba. Mau apa di sana? Di lantai dua ada pusat permainan. Si sulung, dia mau menikmati makanan Korea. Untuk merangsang keduanya membaca, tentu orang tua akan memberinya insentif agar mencari pengetahuan itu menyenangkan. Zumi menyukai Plant vs Zombie (terjemahan) dan Biyya suka The Magic Mirror, sebelum akhirnya meninggalkannya sejalan bertambahnya usia.
Seperti dulu, kami akan naik bus AKAS dari Paiton. Lalu, bagaimana jika ada bus lain, seperti Ladju? Bagi orang Madura, bus itu AKAS.

 

Tuesday, July 05, 2022

Siasat yang gagal


Akhir-akhir ini, Biyya tidak lagi membawa buku ke mana-mana. Ia malas membaca. Tadi, saya bilang ke maminya, bahwa buku ini punya ayah terlupa tidak dibawa. Siapa tahu penyuka Aurora ini mau menguliknya. Eh, nggak mempan. Apalagi ia tidak enak badan.

Kami pun sedang berusaha mencari cara lain. Ada saran? Alhamdulillah, banyak teman di Facebook yang memberikan saran, semisal Pak Gautama bahwa fase remaja perlu media lain untuk mengekspresikan diri. Dari Ibu Wiwied, kindle mungkin bisa menjadikan pengalaman membaca berbeda. 

Setidaknya, urusan anak-anak menjadi perhatian bersama sebagai orang tua. Toh, setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Dengan mengetahui apa yang menjadi kesenangannya, orang tua hanya memberi jalan agar hidup mereka menggembirakan. 



Komunalisme dan Fanatisme

Bentrok di Babarsari Yogyakarata dilatari oleh sentimen kelompok. Lalu, apakah "kesukuan" itu harus dihapus? Tidak karena ini "alami". Kemudian, bagaimana bila kerusuhan itu dipicu oleh oleh emosi keagamaan? Apakah kita bisa mengatakan bahwa fanatisme itu satu-satunya menjadi penyebab pertikaian?
Mungkin, Akar Kekerasan Erich Fromm bisa disodorkan bahwa ada banyak peubah dari pertengkaran. Tanpa apologetis, agama kadang ditempelkan untuk menarik dukungan, termasuk kasus terakhir ACT, yang menggunakan kesadaran religius untuk menangguk sokongan.
Bagi saya, agama itu pribadi. Etikanya merembesinya pada seluruh sisi kehidupan. Itulah mengapa motor saya tidak ditempeli stiker ayat-ayat dan simbol-simbol. Kalaupun kini saya adalah anggota PPP, itu karena Rhoma Irama yang dulu. Hehe

 

Monday, July 04, 2022

Kajian KItab

Kajian kitab al-Da'wah al-Tammah wa al-Tadzkirah al-'Ammah memperlihatkan ruang publik pesantren yang menarik.
Perbedaan terhadap pembacaan semantik dan pemahaman terhadap teks tidak membuat peserta harus menaikkan suara, tetapi logika. Keadaban mengemuka. Contoh, "khatir" dalam bagian ketiga itu diterjemahkan yang terhormat atau bikin khawatir, yang secara kebahasaan akan mempengaruhi pengertian.
Andai gelar wicara di televisi dan debat di parlemen didasarkan pada pencarian kebenaran dan keadilan, saya pikir setiap individu akan menimbang sesuatu dengan jernih, seperti ditunjukkan para masyayikh, ustaz, dan santri.
Dalam sesi tasaul, misalnya, pesertai tidak hanya bertanya tetapi juga menyisipkan pandangan. Demikian juga jawaban menunjukkan sikap, seperti khilafah itu adalah kepempinan yang didasarkan pada integritas, kualitas pribadi.
Apakah kita harus berdiam diri (sukut) terhadap konflik para sahabat nabi? Tidak, kata Gus Fayyadl dalam tanggapannya. Ia harus direspons sebagai peristiwa historis. Sebagai penutup, Kiai Zuhri menegaskan bahwa tugas mengingatkan kekuasaan adalah dilakukan melalui pendidikan dan dakwah. Sebab wajah dari penguasa adalah wajah masyarakatnya. Jadi kalau pemimpinnya buruk, itu adalah watak dari warganya.
Secara pribadi, saya menyoroti isu "syura" dan demokrasi yang sempat mengemuka dalam forum, yang dipandang atas dasar semangat yang sama, yakni permufakatan. Masalahnya adakah "deliberatif" betul-betul telah dipraktikkan ketika keputusan itu disandera oleh segelintir, seperti UU Cilaka, dll itu?

 

Syawal Ketujuh

Tatkala mampir ke kedai buku, saya membeli majalah Basis Majalah. Kita tentu sangat menghargai ikhtiar Pak Sindhunata yang masih setia denga...