Showing posts with label Friends. Show all posts
Showing posts with label Friends. Show all posts

Sunday, February 06, 2011

Obrolan di Siang Hari


Siang yang terik membuat warga kampus mencari tempat berteduh. Tentu banyak kantin untuk mengelak panas, tapi saya memilih Anjung Semarak. Coba lihat atap yang terbuat dari kaca itu! Ada air mengalir tak henti-hati. Sementara, di ujung sana Taman Buku terbuka bagi siapa saja untuk menekuri dunia pengetahuan.

Pertemuan dengan teman baik, Sri Murniati, asal Jakarta, Al-Mustaqeem al Radhi asal Kuala Lumpur dan Yatno Ladiqi asal Surabaya menyempurnakan rasa teduh itu. Secara kebetulan, Mas Ray, asal Medan turut bergabung memeriahkan suasana menjelang sore itu. Obrolan pun memecah kebekuan, seraya mencomot banyak isu dan tema. Setiap orang mencetuskan gagasan, yang lain pun menanggapi. Perbincangan itu membuat saya belajar mendengar (listening), yang kata Willard Spiegelman dalam Seven Pleasures: Essays on Ordinary Happiness mendengarkan itu mendatangkan kebahagiaan.

Minuman itu mengandung es, sementara bolpoin adalah hadiah dari penginapan dan buku itu merupakan pemberiaan dua kawan baik, sebagaimana tertulis di pojok kiri bawah. Tak hanya buku itu, Mustaqeem juga memberi buku berjudul Liberalisme: Esei-Esei Terpilih F.A. Hayek. Tapi, apakah percakapan akan juga menyodorkan hal-hal berat sebagaimana dibuku? Mungkin, tapi bahasanya mungkin lebih cair. Saya rasa mengerutkan dahi di siang hari hanya akan menambah muka kita kusut. Lelucon dan humor pun bermunculan.

Siapa pun yang datang ke kantin itu akan merasakan suasana nyaman. Di sana, kita bisa berlama-lama karena tidak hanya menyemai pertemanan, tetapi juga menikmati suasana kampus yang riang. Pengunjung berdatangan dan tak satu pun di antara mereka menunjukkan wajah kusut dan muram . Satu hal lagi, harga minuman tak mahal, meskipun pelayanan sangat memuaskan. Dalam seminggu itu, saya sudah dua kali mereguk udara di kantin itu. Kerinduan pun muncul lagi. Mungkinkah ini lahir karena saya akan pulang? Ah, hidup itu memang selalu begitu, kita merasa kehilangan setelah kita hendak meninggalkan.


Thursday, August 26, 2010

Kawan Baik


Kawan baik itu sesederhana kita mau bertegur sapa dengannya seraya tak lupa menyunggingkan seulas senyum. Tak perlu berpanjang-panjang kata, sambil lalu kadang perlu menyapa, ke mana Mas atau Pak, lalu Anda mengasyiki dunia. Gambar di atas menunjukkan kawan-kawan baik yang sedang bersiap-siap mengikuti ceramah agama oleh Ustaz Alwi Alatas di Masjid al-Ittifaq, Sungai Nibong Kecil.

Hakikatnya, manusia sedang berjuang untuk memenuhi keperluan pribadinya, namun jika mereka ingin mengubah hidupnya lebih bermakna, kebersamaan itu akan meringankan beban yang ada di pundaknya, tanpa harus membuat orang lain merasa digelayuti, atau diam-diam tak enak karena kehadiran Anda membuatnya tak nyaman, tapi terpaksa diterima. Apa boleh buat? Toh, akhirnya Anda akan kembali ke dunianya masing-masing bersama keluarga terdekat. Namun, Anda tak akan bersembunyi, karena selain isteri atau suami, Anda juga memerlukan kehadiran orang lain untuk menyempurnakan hidup yang fana ini. Itulah kawan baik.

Tuesday, June 22, 2010

Makan Malam dan Politik


Makam malam adalah peristiwa biasa. Namun jika dilakukan dengan kawan, siapapun akan menemukan banyak cerita. Di sini, kehidupan bermula. Tak percaya? Tanyakan saja pada Mas Yun, Mas Yatno, Mas Ayi dan Mas Taufik. Di sini, saya berkumpul dengan orang yang mempunyai pelbagai keahlian, seperti politik, manajemen dan biologi. Namun, herannya latar-belakang itu tidak memenjara mereka untuk bertukar pendapat.

Perjalanan menuju ke tempat makan tentu merupakan permulaan ngobrol apa saja. Mas Ayi sengaja memutar lagu-lagu lembut. Tak jarang tawa berhamburan. Isu politik nyelonong begitu saja. Partai Demokrat membuat langkah penyegaran dengan merekrut orang-orang muda. Lalu, Partai Keadilan Sejahtera berusaha bergeser ke tengah. Setelah sampai di lokasi, Pak Yatno membuka sedikit 'data' penelitian di lapangan tentang prilaku politik lokal. Nah, di sinilah cerita-cerita yang beredar di warung kopi tak sepenuhnya omong kosong. Dari informan, mahasiswa PhD sains politik itu menemukan banyak kabar menarik tentang premanisme (gengsterisme) dalam mempertahankan kekuasaan, baik di tingkat elit maupun lokal.

Lalu, saya membayangkan apakah hal yang sama juga terjadi di tempat kelahiran saya, tempat kaum santri bermukim? Semoga tidak. Meskipun dalam percakapan telepon sebelum hari pemilihan, salah satu konstituen dalam pemilihan kepala daerah memberitahu bahwa si anu memberikan uang. Agak miris, saya mendengarnya, meskipun ini tak mengganggu selera makan. Mungkin pada putaran kedua, aroma politik uang akan makin kuat, sebagaimana diterakan oleh teman di status facebooknya. Lagi-lagi, tulisan Mundzar Fahman di Jawa Pos beberapa hari yang lalu menari di benak, bahwa gaji sebagai bupati selama lima tahun tidak cukup untuk menutup biaya menjadi orang nomor satu. Wallahu a'lam.

Wednesday, July 01, 2009

Toko Buku, Warung Kopi dan Pantai


Bagaimana jika tiga hal di atas dinikmati bersama? Jelas, menyenangkan. Saya mereguknya kemarin bersama keluarga dan teman baik saya, namanya Encik Muzammil. Tentu, saya memulai dengan memesan segelas kopi dan menyesapnya perlahan. Setelah kerongkongan basah dan ngobrol ke sana kemari, saya beranjak menengok rak buku filsafat dan ilmu sosial. Sayangnya, buku keagamaan (Islam) tak begitu banyak, sehingga saya tak perlu singgah di rak bagian ini. Hanya melihat, saya kembali ke tempat duduk.

Dari ketinggian warung itu, saya menikmati pemandangan bukit Jerejak dan pantainya yang landai. Sore itu benar-benar mendatangkan riang tak alang-kepalang. Saya hanya perlu menarik napas dan menghadirkan keindahan alam yang tersaji di depan warung kopi. Oh ya, nama toko buku itu tampak jelas di belakang gambar, Borders. Di sini, pihak manejemen menyediakan ruang untuk membaca, sejumlah kursi dan meja diletakkan di tengah-tengah rak. Para pengunjung tampak khusyuk menekuri huruf. Melihat raut mereka, saya menemukan kegalauan, kesabaran dan keingintahuan. Suasana tenang, sunyi, sepi dari hiruk pikuk.

Sudah kesekian kalinya saya mampir ke toko ini dan baru sekarang mampir ke warung kopi sebelahnya. Saya tak pasti apakah ini yang terakhir sebab warung itu terlalu mahal menjual hanya untuk secangkir kopi. Mungkin, citra yang sedang diperjualbelikan di sini, sebab rasa tak jauh berbeda dengan kopi yang saya seduh di pagi hari. Atau, di sinilah, orang-orang ingin melihat dan dilihat agar diterakan sebagia bagian dari komunitas 'tertentu'.

Saturday, June 21, 2008

Tiga Hari Bersama Kawan Baik

Namanya Ismael S Wekke. Beberapa hari sebelum Konperensi Ilmu Sosial dan Humaniora di USM, 10-20 Juni 2008, kami bercakap di YM. Dia adalah salah satu pembicara dalam perhelatan ini. Lalu, saya menawarkan untuk menginap di kamar saya, karena teman sekamar telah pindah ke flat di luar kampus.

18 Juni pagi, dia mengirim sms bahwa kawan yang sedang mengambil PhD di UKM ini sedang mengikuti acara pembukaan di Dewan Tunku Syed Putra. Saya membalasnya, selamat datang dan nanti akan saya jemput. Kebetulah, pada masa itu, saya sedang bersiap-siap mengikuti Seri Sejarah Lisan yang akan dihelat di Taman Buku Penerbit USM.

Saya menjemputnya di depan Masjid setelah kawan kelahiran Sulawesi ini mengirim sms menunggu di sana. Kami pun pulang bersama ke asrama mahasiswa Restu, tempat saya tinggal. Namun, karena saya harus keluar mengantar kawan karib dari Kelantan ke Bandara, saya pamit keluar. Dengan En Azrin, saya menjemput Zailani dari asrama dan sebelumnya mampir ke Restoran Kayu (Warung Makan India Muslim). Di sana, saya memesan kari daging kambing, nasi dan segelas milo.

Hari kedua, saya menjemput Ismael di DKU (Dewan Kuliah U). Setelah sampai di asrama, kami pun bercerita ringan. Baru menjelang maghrib, kami mandi dan sama-sama berjamaah di surau lantai bawah. Karena harus menghadiri acara makan malam dalam acara tersebut, kami tak sempat makam malam bersama. Baru, malam ketiga, kami melakukannya di Tomyam Berkat, yang lebih dikenal dengan Romlah oleh mahasiswa asal Indonesia. Suasana tambah marak karena Stenly turut merayakannya. Cukup lama kami berdiskusi, untuk tidak menyebutnya berbual. Malah, inilah untuk pertama kalinya, saya cukup lama duduk di sini karena menikmati film Catwoman di TV 3. Film yang dibintangi bintang oscar, Halle Barry, ini menjadi tontonan ringan. Dialognya memancing otak untuk mengurainya, kamu harus mengerti kamu sendiri, maka akan bebas. Kebebasan itu adalah kekuasaan.

Hari ketiga, saya mengantarkannya ke Terminal Sungai Nibong dan sempat makan di warung lantai dua. Di sana, kami berbincang banyak hal, dari isu ringan hingga berat. Akhirnya, 11.30, dia harus bergegas karena bis Konsortium Penang-KL akan berangkat. Saya menitipkan salam untuk kawan lain, Jafar Lutfi yang kebetulan juga kawan karibnya.

Tuesday, February 20, 2007

Surat Elektronik untuk Kawan

Mas Moko,

Saya tertarik dengan sajian banjir sampeyan. Kebetulan aja, pas saya ke Jakarta, mampir ke saudara yang tinggal di sekitar Rawa Gatel, Semper Jakarta Barat.

Ketika menginap di sana, semalaman, saya harus bertarung dengan nyamuk. Obat anti-nyamuk apa pun (bakar dan semprot) tak mampu menghalanginya bernyanyi dan berpesta.

Katanya, setelah banjir, sampahnya yang tak bergerak udah dihanyutkan. Tapi, saya nggak yakin jika keadaan normal, rawa ini akan dipenuhi lagi segala macam sampah.

Saya bermimpi andaikan ratusan ribu demonstran PKS yang anti-Perang mau melakukan pembersihan, mungkin mereka akan pulang dengan kemenangan. Menentang Amerika, mereka seperti menghantam langit kosong!

Saya tetap menghargai suara partai ini, sebab kerja sosialnya sedikit lebih baik daripada yang lain. Dulu, saya aktif di PAN, dan sekarang non-partisan, meskipun berasal dari sebuah keluarga yang berlatang belakang tradisi NU, Madura lagi.

Kalau mau ke KL, Mas boleh kontak saya.

Terima kasih.
Ahmad Sahidah

Selipan: Lagu Lady oleh George Benson selalu buat saya tentram, damai dan sejuta rasa.

Saturday, December 09, 2006

Barbaque seorang Teman

Dering telepon mengagetkan saya yang sedang mengetik di ruangan kampus. Teman baik saya mengundang saya untuk turut 'merayakan' (tak disebutkan) dengan barbaque. Tentu, saya mengiyakan.

Tapi, sayang, ketika bersia-siap berangkat, hujan turun. Dengan serta merta, saya memberitahukan akan kelambatan kami. Sebelumnya, saya, Mas Tauran dan Pak Allwar ingin berangkat bareng dengan naik bus. Namun, karena hujan tidak juga reda, kami terpaksa membatalkan untuk memenuhi undangan.

Agar tidak ditunggu-tunggu, saya mengirim sms bahwa kami tidak bisa datang karena terlalu malam. Tapi, Mas Ayi tetap mengharap kehadiran kami sebab acara belum dimulai. Dengan bergegas, saya turun ke bawah menembus gerimis menjemput mas Tauran di International House. Bersama Pak Allwar, kami menunggu di halte menuju KOMTAR tempat Ayi akan membawa kami ke flatnya.

Tiba di rumah lantai 23, kami disambut manis oleh tuan rumah, Adik Woelan dan sobat yang berwajah kalem, Icank. Setelah mengucapkan salam, saya ke balkon untuk menatap pantai Gurney dari ketinggian dan membaui angin yang berhembus dari laut. Di sini juga digelar pemanggangan, sate, sosis, cecahan daging menunggu tangan kami untuk segera dipanggang.

Malam itu adalah milik kami karena malam tak lagi beku tapi cair oleh panas api, daging yang menerbitkan selera, dan canda ke sana kemari. Oh ya, Mas Ayi mengatakan bahwa undangan ini untuk merayakan ulang tahun dan 'malam' terakhir Icank di Penang. Lagu bang Haji, Pesta pasti berakhir. Bertiga kami diantarkan ke USM dengan mobil biru melesat membelah kegelapan malam.

Friday, August 12, 2005

Knowing Your Friends

Knowing Your Friends! [dikutip dari Mas Sartono, seorang psikolog]

Untuk teman-teman blogger, Jika berkenan, tolong di jawab pertanyaan ini!

1. Film terakhir yang kamu tonton di bioskop [pawagam]?
2. Buku apa yang sedang kamu baca sekarang?
3. Permainan karton favorit (contohnya: catur, ular tangga, monopoly, dsb)?
4. Majalah favorit?
5. Wangi - wangian [perfume] favorit?
6. Makanan yang menyenangkan?
7. Bunyi-bunyian favorit?[alat musik?]
8. Perasaan paling engga enak di dunia? [Mungkin, menunggu teman?]
9. Apa yang kamu pikirkan ketika kamu bangun tidur di pagi hari?
10. Tempat Fast Food favorit?
12. Terakhir jalan-jalan ke mana?
13. Kalo dapet satu juta dollar Amerika?
15. Bobo [tidur] ama stuffed animal (boneka) engga?
16. Badai, serem apa keren [cool]?
18. Minuman favorit?
19. Selesaikan kalimat ini, "Andaikan aku punya waktu, ....
20. Apakah kamu suka makan tangkai brocolli?
21. Kalau kamu bisa mewarnai rambutmu dengan warna apa aja, apa yang akan kamu pilih?
22. Kamu sudah pernah tinggal di berapa kota/negara?
23. Tempat favorit untuk relax?
24. Tontonan olah raga [sukan] favorit?
25. Satu hal baik dari orang yang mengirimkan knowing your friends ini kepadamu?
26. Apa yang ada di bawah ranjangmu?
28. Perasaan paling membahagiakan?
29. Word of wisdom?saya: Senyumlah, maka dunia indah
30. Cita-cita?

  Pengakuan pengaruh luar terhadap identitas dapat melonggarkan batas. Betapa lancung menegaskan jati diri seraya menutup diri sementara tan...