Thursday, June 30, 2022

Filsafat Kebosanan dan Mahasiswa


Svendsen lebih memilih tipologi kebosanannya Martin Doehlemann daripada Milan Kundera (hlm. 41). Tetapi, mencermati kebosanan aktif Kundera yang berupa kesenangan seorang pada hobi tertentu layak untuk ditimbang.
Ada empat tipe kejemuan: 1. Kebosanan situasional, seperti seseorang yang sedang menunggu orang lain, mendengar kuliah atau naik kereta api (lebih jauh lihat dalam buku "A Philosophy of Boredom").
Kalau hanya ngoceh, saya akan membuat mahasiswa jenuh. Itulah mengapa kaidah diskusi bersama jauh lebih "menantang", lagipula mereka telah "mendengar" sejak Taman Kanak-Kanak. Oleh karena itu, pada pertemuan-pertemuan akhir, kami akan mengulik sebuah teks tentang kata, simbol, dan makna dengan menerjemahkan dari bahasa asal ke bahasa sasaran, lalu mengulasnya sebagai wacana. Masing-masing harus melakukannya dan nanti akan mengikuti kelas lanjutan yang didasarkan pilihan secara sukarela.

Wednesday, June 29, 2022

Jalan Buku

Seorang pembeli membreri tahu di grup WA bahwa buku telah sampai ke alamat. Lalu, ada anggota lain juga memesan karya ini. Alamak! Ia berasal dari Yogyakarta, tempat naskah ini diterbitkan. Malah berkat promosi di Facebook, seorang teman juga meminta untuk dikirimkan ke alamatnya di Sulawesi, meskipun yang bersangkutan masih berada di Turkiye. 

Dua buku terakhir yang akan diposkan akan membuat Zumi senang karena ia akan membayangkan dapat upah membeli kudapan ringan di Basmalah. Semoga Biyya juga masih mau untuk diajak ke kantor ekspedisi JNE. Hitung-hitung, keduanya mengisi waktu liburan panjang. 

Dalam pengantar, saya membubuhkan ingatan bahwa Biyya lahir merupakan berkah karena bahan buku ini berasal dari disertasi yagn diujikan tak lama setelah penyuka Toto Chan ini melihat dunia untuk pertama kalinya. Nah, cangkir itu adalah buah tangan dari mahasiswa, yang mengingatkan saya pada kampung halaman dan warung kopi yang ada di sekitarnya dulu. 

Monday, June 27, 2022

Che Guevara

Che begitu dekat dengan kaum terpelajar. Dia dan temannya berbelanja sayur ke warung sayur di Jalan Tanjung. Di lain waktu, saya juga pernah melihat mahasiswa memakai kaus bergambar Tan Malaka di depan pasar mini Alfamart di Paiton. Mengapa mahasiswa suka orang-orang revolusioner?.

Lalu, apa makna kehadiran dua tokoh Kiri itu di Paiton, Probolinggo? Saya melihat gambar Che juga ditempel di dinding bambu warung kopi tidak jauh dari kampus. Saya pernah hadir di sini untuk menemani mahasiswa berdiskusi pemikiran Jean Paul Sastre. 

Apa pun, tokoh-tokoh itu hidup pada zaman dan tempat yang berbeda. Semangatnya mungkin perlu ditimbang, tetapi cara dan strategi jelas tidak sama untuk membebaskan warga dari belenggu. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh mahasiswa tatkala nasi jagung bungkus naik dari Rp 5000 ke Rp 6000 dan bakpao dari Rp 2000 ke Rp 2500? 

Sunday, June 26, 2022

Filsafat Kebosanan

Saya tahu buku ini dari karya Daniel Klien yang menulis "Travels wih Epicurus". Bagi Zumi, jika ia bilang "I am bored", maka ia ingin bermain dengan teman-temannya setelah lama berada di rumah. Bagi Biyya, I do not know what I have to do. Artinya, ia perlu kegiatan, spt mencuci motor dengan upah Rp 10 ribu.
Lalu, mengapa Swendsen menulis isu di atas? Sebab teman dekatnya mati karena kejemuan. Ya, kata de Bono, perulangan membuat siapa pun tidak nyaman. Demikian juga, tidak adanya orientasi hidup bikin orang frustrasi. Umtuk itu, membaca adalah membuka jendela agar kita tidak pengap.

Tapi betulkah kerumutan kehidupan modern membuat warga justru mudah bosan? Dalam buku, Seneca dulu menyebut keletihan hidup, yang menjadi "cikal bakal" dari kebosanan hari ini.

Tolerasi dan Masyarakat 5.0

Kemarin, saya memenuhi undangan Bincang Akrab Kajian Keagamaan (Bineka) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNESA Surabaya. Pak Ketut (Hindu), Pak Anung (Kristen) dan Pak Haryanto (Buddha) menyampaikan respons agama terhadap tantangan toleransi menjelang era Masyarakat 5.0. 

Saya sendiri mewakili Islam mengusung tema kembali ke pesan etis agama awal agar seluruh pandangan kita didasarkan pada pondasi dari ajaran, yakni budi pekerti. Dengan demikian, teknologi dilihat sebagai alat, bukan tujuan, yakni kesejahteraan semua (rahmatal lil'alamin). 

Tentu, wujud dari kehendak untuk menciptakan harmoni telah digambarkan dari rangkaian acara dan personalia panitia yang terlibat dalam kegiatan ini yang mencerminkan kemajemukan. Kevin, Yusril, Elisabat, Dian, Dinda, dan Ayuni merupakan wajah keanekaragaman negeri ini. Apalagi sebelum Zoominar, rekan-rekan memutar lagi Ampar-Ampar Pisang dan Cublak-Cublak Suweng yang jelas-jelas menempatkan perbedaan sebagai keindahan. Hanya kepicikan yang menghalangi kejernihan. Selamat untuk Bu Heny, ketuju Jurusan Bahasa dan Sastra Indoesia dan rekan-rekan di UNESA yang telah menggelar kegiatan yang sangat bermanfaat. Selain itu, saya sangat menghargai kelas Pemikiran Tafsir Modern dan Kontemporer UNUJA yang hadir dalam diskusi ini. Tabik. 

Saturday, June 25, 2022

Falsafah Alqur'an

Al-din lazimah min lawazim al-basyariyyah (hlm. 1).
Tentu, ini klaim dari orang yang beragama bahwa kita memerlukan agama. Namun, dengan dipikirkan secara kritis, sikap religius kita akan bertemu dengan orang yang berpikir secara berbeda. Itulah mengapa saya suka menyimak apa yang dikatakan oleh Sam Harris dan Richard Dawkins, misalnya. Di negeri ini, orang seperti keduanya belum muncul secara terbuka. Kebanyakan masih malu-malu.
Tetapi, apa kebutuhan lain dari hidup manusia? Rasa yang menembus logika. Di dini hari, saya menyetel radio Krisna FM yang memutar keroncong, lalu gending Jawa, dan nanti kuliah subuh yang didahului syiir Waton. Secara estetik, agama kultural itu menjadi ruang untuk mengasah kepekaan terhadap keindahan. Pesan yang ada dalam lagu yang bermuatan risalah adalah cara lain agar "wahyu" itu menembus hati setelah bunyi. Tatkala bunyi dan kata telah terlontar, keduanya raib begitu saja dan tiba-tiba "kosong" melompong. Suasana inilah yang membuat saya cukup dengan diri sendiri.

Ekologi Manusia

 

Tidak disangka, setelah dipromosikan dalam sebuah grup Whatsapp, buku Hubungan Tuhan, Manusia, dan Alam, dipesan oleh salah seorang anggota yang berasal dari Bogor. Teknologi informasi menolong kita untuk berinteraksi secaya maya dengan rekan "nyata".  

Setelah Jum'atan, saya mengajak Biyya untuk mengeposkan paket ini di JNE Paiton. Kami meminta Mas Anas, staf ekspedisi, untuk mengabadikan peristiwa ini. Wah, gambarnya tidak jelas, karena berlawanan cahaya, Pak? Oh, nggak apa-apa. 

Kemudian, kami pulang dan mampir ke warung untuk memenuhi upah Biyya, kudapan kripik dan minuman berasa lemon. Betapa senang, setelah saya memberitahu pembeli melalui pesan singkat, ia bilang bahwa buku ini bisa dijadikan rujukan untuk mata kuliah yang diajarkannya, Ekologi Manusia. Dengan melihat lingkungannya, kita sejatinya melihat orang-orang yang tinggal di sebuah rumah yang harus dilestarikan, bukan dimusnahkan. 

Thursday, June 23, 2022

Biyya dan Laut Bercerita

Biyya membaca lagi dan lagi novel Laut Berceritanya Leila S Chudori. Ia melakukannya di kedai kopi sambil menunggu sang adik yang bersekolah.
Saya pun berseloroh, untuk mata pelajaran Biyya cukup mengambil subyek sastra dan melukis biar belajar menyeronokkan. Beruntung, ia masih bersemangat untuk menekuni Matematika dengan mengikuti les.

Sayangnya, pelekat (sticknote) yang saya ditempelkan di sekujur buku dilepas, padahal saya meletakkannya untuk menandai hal-hal penting terkait penulisan artikel. Setiap orang membaca secara berbeda. Apa yang penting adalah tanggapan terhadap kisah fiksi untuk dihadapkan pada kenyataan sehari-hari.

 

Wirausaha

Dari 100 buku yang saya terima, kini karya ini tinggal 4 buah. Dengan membawa naskah ini ke pelbagai kegiatan bedah buku, sebagian peserta berminat untuk membelinya. 

Bahkan di masa pandemi, Himaprodi Ilmu al-Qur'an dan Tafsir UNUJA pernah menggelar diskusi secara daring tentang Toshihiko Izutsu yang mendorong peminat untuk memilikinya, sehingga saya dan Zumi membungkus dan mengirimnya melalui JNE atau JNT sesuai dengan permintaan peminat. 

Kadang, saya berseloroh bahwa menghasilkan buku itu lebih mudah daripada menjualnya. Selain itu, kehadiran buku ini menjadi relevan di kelas terjemahan  teks The Semantics of Qur'anic Language: al-Akhira oleh Ghassan el-Masri, karena karangan sarjana tersebut melanjutkan usaha Izutsu dalam memahami teks kitab suci secara semantik, termasuk Goldzhiher. Saya meminta peserta untuk membacanya di perpustakaan kampus agar usaha menerjemahkan dan menjelaskan pokok-pokok pikiran el-Masri dapat dilakukan secara saksama. 

Wednesday, June 22, 2022

Rapor Zumi

Hari ini, saya mengambil rapor Zumi di Sekolah Dasar Namira. Di sini, saya juga mendengar penjelasan tentang perkembangan kognitif, psikomotorik, dan afektif  adik Biyya ini secara lisan. 

Tatkala mengisi pesan di buku log, saya menegaskan apa yang telah dinyatakan oleh lembaga ini bahwa pendidikan anak itu adalah proses pembelajar menemukan dirinya. Dengan demikian, para guru melihat anak didik secara utuh, sehingga bisa memberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan keminatan yang bersangkutan. 

Apa yang menyenangkan bagi kami adalah ketika Zumi ditanya tentang sekolah seusai pulang. Dengan berbinar, penyuka Dinosaurus ini bilang tadi asyik bermain dengan teman-teman. Saya membayangkan bahwa pembelajaran bagi anak-anak di sekolah harus didesain agar mereka merasa nyaman tatkala mengikuti pelajaran. 

Tuesday, June 21, 2022

Merayakan Hari Ayah


Kemarin, kami merayakan Hari Ayah di Kitoz, tak jauh dari rumah. Biyya bisa menikmati nyanyian dari kanal Youtube melalui jaringan Wifi dan Zumi bermain di tempat bermain (playground). Saya dan istri menikmati batagor dan minuman jeruk segar.  Di sela-sela keasyikan, kami saling bertukar cerita. 

Zumi sekali-kali pergi ke meja untuk minum setelah berlarian dan bermain aneka permainan. Biyya menggunakan alat pendengar (earphone) agar bisa mendengar lagu kesukaannya dengan khidmat. Lalu, masing-masing tepekur dengan kegiatan masing-masing. Saya membawa koran Jawa Pos yang belum dibaca di pagi hari ke warung di lantai dua. 

Saya membawa buku ini untuk mewariskan pemikiran katedral pada anak-anak. Dengan menggeser apa yang dilakukan tidak hanya untuk diri sendiri, mereka sejatinya telah belajar peduli dengan orang lain. Seperti kata Yuval Noah Harari, yang dikutip di buku ini, bahwa mungkin 40 tahun yang akan datang, apa yang dipelajari hari ini tidak relevan. Tetapi, ada sesuatu yang harus ditanamkan pada mereka, yakni empati.

Monday, June 20, 2022

Ingin Liburan Ke Malang

Kemarin, saya memberitahu kawan yang mengajar di UMM kalau kami ingin liburan ke Malang. Ia pun menyambut baik. Sayangnya, ternyata ia masih berada di Taiwan untuk menyelesaikan kuliah S3nya. 

Saya pun bertanya pada Pak Nurhamid, rekan UNUJA, yang pernah kuliah di Universtias Brawijaya tentang kota pelajar ini, yang katanya ada banyak pantai di sini. Mas Alfi merekomendasikan ke Secret Zoo yang asyik, karena seharian pengunjung bisa menikmati keindahan bersama hewan. 

Setidaknya, di sini Biyya dan Zumi nanti bisa bertemu sepupunya yang sedang menempuh master di UIN Malang. Betapa lebaran kemarin, ketiganya sangat akrab. Tunggu ya Din! 

Badai Politik Uang


Kami akan membedah buku ini bersama penulis dan anggota legislatif di MWC NU Paiton pada Ahad, 26 Juni.

Pasca penangkapan seroang petinggi di Probolinggo, isu rasuah dan penyalahgunaan kekuasaan diungkap ke khalayak secara terbuka. Karya ini mencoba menelusuri politik uang dalam pesta pemilihan umum di tingkat lokal.

Tentu sebagai ketua KPUD kota, Dr Hudri mengantongi data secara akurat. Tetapi, mengapa pelaku tidak diringkus? Pada diskusi yang akan datang, persaoalan ini perlu diurai dengan tuntas sehingga proses demokrasi bisa dipastikan, bukan semata-mata prosedural, tetapi juga aktual.

Sunday, June 19, 2022

Cinta Bukanlah Kapal

Dangdutan radio Bayu Gita FM dibuka oleh Iis Dahlia. Seni bawahan ini mengandung metafora dan kritik perempuan pada ketidakadilan. Masa, orang ramai mengulik gagasan feminisme Nancy Frasernya Amin Mudzakkir?

Namun, kaum terpelajar harus membeli buku peneliti BRIN ini untuk membuat filsafat berkat. Sejatinya, ilmu ini hendak menyelesaikan persoalan sehari-hari. Betapa seru tatkala bedah buku ini di Unviersitas Nurul Jadid, seorang mahasiswa, Ma;had Aly, HIrzan bertanya, mengapa Amin tidak mengangkat pemikiran Nawal S atau Aminah W M yang juga bicara hak-hak perempuan?

Puncak pengetahuan itu dicapai bila seluruh lapisan khalayak bisa menjangkaunya. Parsimoni. Pada gilirannya, kaum terpelajar akan menerjeamhkan gagasan berat ke dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak luas. Bukankah lagu dangdut itu juga mengungkapkan soal ketidaksetaraan?

Saturday, June 18, 2022

Wayang Slamet Gundono

Saya sangat menyuka ulasan buku ini. Lebih jauh, karya biografi Slamet Gundono tersebut bercerita bahwa wayang itu konsep, bukan bentuk, semacam kulit atau kayu. Oleh karena itu, daya pikat dari warisan seni ini tidak terpaku pada pakem

Semoga Biyya mau membaca riwayat ini agar akar Ngapaknya bisa ditelusuri. Dengan daya ungkap baru, wayang bisa dinikmati oleh generasi sekarang. Di tengah kegemarannya pada novel-novel luar, seperti Geiman, Rolling, dll, siswi SMP Bhakti Pertiwi ini bisa mencari jejaknya sendiri melalui kisah nenek moyang. Apalagi penyuka Aurora juga telah mendaras Kiai Sadrach. 

Betapa Slamet, seperti Sadrach, telah melawan kehendak orang ramai pada masanya. Namun, keyakinannya telah melahirkan kepercayaan yang kokoh dan pengikut yang turut merayakan gagasannya. Di sini, pencarian adalah kata kunci, sehingga dalam proses menuju pencerahan bisa menjadi perjalanan yang menantang dan sekaligus menyenangkan. 

Betapa pagi ini, saya menemukan rekomendasi untuk membeli buku baru. Dengan kopi dan goreng tahu isi Tante Sulas, saya merasa cukup karena asupan pikiran dan ragaan berjalan seiring. 


Tun dan Kita

Zumi bilang, like an old guy in Upin Ipin, right? setelah mendengar dr Mahathir Mohammad di TV Metro. Perdana Menteri ke-4 dan ke-7 ini memberikan kuliah umum pada Rapat Kerja Nasional Partai Nasdem di Senayan.

Saya mengikuti syarahan ini. Menarik, ada peserta bertanya soal buku "The Malay Dilemma". Tun Menjawab bahwa karya itu lahir dari kehendak agar Melayu bisa berjalan bersama kaum (baca: etnik) lain di negeri jiran. Merit itu tidak bisa dijadikan pengukur tatkala kesetaraan belum wujud. Kebijakan afirmatif diambil untuk menciptakan keseimbangan. 

Tentu, beberapa diksi yang disampaikan Tun perlu untuk dicerna karean tidak akrab dengan peserta sepereti kerajaan (pemerintah), bandar (kota), dan pokok (pohohn). Saya ingat ketika Ibu Leila S Chudori akhirnya memilih menggunakan bahasa Inggris pas mewawancarai Tun dulu. 

Jumatan

Kami berangkat ke masjid kampung untuk menunaikan salat Jum'at. Sebelum dimulai, saya mengambil foto Zumi. Pada pukul 11-an, saya bilang bahwa di sini dia akan bertemu dengan teman-temannya, seperti Nabil, Rafan, Akmal dan Kiki. Betapa wajahnya berbinar. 

Tetapi, teman-temannya mungkin memilih tempat duduk lain. Ia bertanya apa sembahyang masih lama? Tidak. Ia bisa duduk tenang. Pengkhotbah mengulas tentang ciri-ciri orang munafik dalam bahasa Madura seraya mengutip sebuah hadits. Lalu, ia menyebut bahwa seseorang yang meninggalkan salat Jum'at tiga kali berturu-turut tanpa uzur dianggap sebagai orang munafik. 

 Pelan tapi pasti, adik Biyya ini akan belajar untuk bersiduduk, sebagaimana ia bisa fokus tatkala melukis aneka jenis karakter dari kartun. Setiap orang yang hadir di sana juga tepekur. Tidak ada yang bercakap-cakap, apalagi bermain telepon pintar. Di sinilah, individu-individu menemukan dirinya dalam kontemplasi, siapa dirinya dan mau ke mana perahu hendak dilayarkan. Sepatutnya, ruang ini adalah kesempatan untuk memejamkan mata, melihat ke dalam, bahwa kemampuan untuk melihat dirinya adalah jalan menuju pencerahan. 

Friday, June 17, 2022

Tafsir Tematik: Kita Ini Siapa dan Mau Ke Mana?

Terima kasih Ustaz Ahmad Husain Fahasbu yang telah meromendasikan buku ini untuk ditelisik. 

Kajian tematik surah Albaqarah terkait arti hidup dan jati diri sangat relevan dengan tantangan masa kini. Banyak orang galau dan risau. Mereka bingung justru di tengan banyak tanda di telepon pintar.

Kiai Surur Ambarsa merujuk pada kitab-tafsir dahulu dan kini dengan pembacaan bahasa baru. Sehingga, muslim sejati dan sempurna dilihat dari kepedulian pada orang lain melalui redistribusi kakayaan (hlm. 149).

Paparan sepenuhnya tentang tafsir yang berasal dari kesarjanaan mufasir menunjukkan kecukupan pengetahuan kritis dan progresif dari turats. Tantangan terbesar adalah bagaimana ide-ide ini menjadi ruang penyertaan khalayak untuk membebaskan umat dari kezaliman struktural dan kultural.

Itulah mengapa puncak agama itu bersifat etis setelah seseorang menghayati iman dan menunaikan kewajiban (hlm. 143). Jadi, cara mengatasi gejolak minyak goreng itu bukan mengongkosi orang pergi umrah, tetapi meringkus oligarkh yang tamak. Dalam hubungan sosial, semua orang tunduk pada aturan universal.

Wednesday, June 15, 2022

Bermain

Di hari pertama, Fatih, sepupu Zumi, diajak ke warung untuk membeli benang layangan. Keduanya sangat senang karena nanti sore kami akan menerbangkan wau. Dengan Rp 10 ribu, dua gulungan benang dibawa pulang. 

Tetapi, hidup kadang berjalan tidak seperti yang direncanakan. Sore itu kami malah pergi ke pantai Utama Raya untuk melihat matahari terbenam. Apa pun, anak-anak akan menikmai hari-harinya dengan bermain. Bukankah kita juga demikian sebagai homo ludens?

Malah di hari kedua, apa yang tidak dirancang justru dialami, yakni kami mencari kepiting di saluran air di depan rumah. Betapa ini juga menyeronokkan. Apalagi, anak ipar jiran, Runako, yang baru pindah dari Mamuju Sulawesi turut bergabung. Hanya dalam hitungan detik, mereka yang baru kenal sudah tampak sangat akrab. 

Spontanitas perlu hadir di tengah usaha untuk mengalihkan Zumi dan Fatih dari terpapar secara terus-menerus pada layar telepon pintar. Anak-anak tumbuh dengan khayalannya tentang dunia, yang mungkin kadang orang dewasa memandangnya dengan penuh takjub karena hal-hal sederhana bisa mendatangkan keriangan, seperti melihat kepiting yang ditaruh di toples plastik selalu jatuh ketika hendak memanjat. Dasar ketam! 
 


Monday, June 13, 2022

Pantai Utama Raya

Biyya dan Zumi mengajak sepupunya, Fatih, ke pantai Utama Raya Situbondo. Setelah menyusuri tepi pantai, kami pun ke warung makan untuk menikmati nasi goreng dan telur. Karena foto ini diambil berlawanan dengan cahaya matahari yang hendak tenggelam, gambarnya tidak terang. Betapa pentingnya sudut pandang untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas!

Di sela mengunyah, Biyya menyatakan bahwa organ tunggal di lantai dua berisik karena musiknya keras dan menghentak. Mengapa bukan nyanyian yang lebih lembut, tanyanya? Alamak, selanjutnya adalah lagu Rhoma Irama yang berduet dengan Rita Sugiarto, Pria Idaman. Meskipun dibawakan oleh orang lain dan bunyi instrumen tidak seperti aslinya, saya merasa hadir sepenuhnya di sini. 

Aneh, mengapa Biyya tidak suka lagu Bang Haji, padahal sejak kecil ia telah sering mendengarnya di rumah Pulau Pinang, Kedah, dan Paiton? Memang, tatkala mengerjakan pekerjaan rumah siswi SMP ini menyetel musik jazz atau nyanyian Aurora agar merasa nyaman menyelesaikan tugas. Tak apalah, sama seperti ibunya yang tidak menikmati Koes Plus, meskipun lagu grup orkes ini sering didengar sejak kecil di rumah. 

Setidaknya, dari sini setiap orang dari sebuah keluarga memiliki kesukaan masing-
 masing. Toh, bunyi dan suara itu hanya alat. Tujuannya sama, agar kami tidak keliru menjalani hidup. 

Sunday, June 12, 2022

Salat bersama Sepupu


Saya mengajak Zumi dan sepupunya Fatih untuk salat. Alamak! Keduanya mau. Maklum, sejak pukul dua pagi dini hari keduanya baru bertemu setelah tiga tahun lebih tidak bersua. Kami hanya bersapa melalui telepon video Whatsapp. Hingga pukul 11 siang lebih keduanya masih bermain, dari berlarian dan menonton Youtube

Setidaknya, keduanya belajar untuk duduk tepekur. Dari sini, Z dan F bisa menabung untuk berusaha menikmati hidup dengan diam. Sembahyang adalah komunikasi dalam kesunyian, sebenarnya. Namun, kebersamaan dalam salat menunjukkan masing-masing menjalani kekhusyukan sendiri tetapi peduli.

Ya, anak-anak juga menjalin hubungan kemanusiaan bermula dari keluarga. Dari sini, nilai-nilai penghargaan dan penghormatan dipupuk. Semisalnya, tatkala Zumi memanggil si adik, Fatih menjawab dengan bahasa halus, ndalem. Etika Jawa merembesi keduanya dalam menatap masa depan. 


Friday, June 10, 2022

Kaus Sego Kucing

Dengan disetrika, kaus ini tidak lagi kusut. Dengan membuatnya licin, sejatinya saya ingin mengenang pakaian yang dibeli di Malioboro di sela-sela kegiatan UUM Kedah-UNY Yogyakarta pada tahun 2017. Encik Zailani Mohd Yusuf juga membeli beberapa potong pada waktu itu. 

Saya pun bisa merasakan jejak selera tatkala menikmati ceker bakar dan teh susu panas di warung makan Sego Kucing di depan kos dulu bersama-sama teman. Pada saat bersamaan, saya juga mengingat kaus lain, seperti Langkawi yang dihadiahkan oleh Mas Zulheri Rani, kawan USM dari Padang atau kaus yang dibeli dari kegiatan amal untuk membantu organisasi yang peduli kanker. 

Kaus bertulis Surabaya yang masih awet hingga kini mengingatkan pada terminal tempat saya membelinya. Zumi sering mengejanya dan menyukainya karena ada gambar ikan dan buaya. Anda juga punya kaus yang bercerita sebuah pengalaman tertentu, bukan?

Thursday, June 09, 2022

Ujian Terakhir Zumi

Alhamdulillah, kami bisa mengantarkan Zumi ke sekolah hingga ujian hari terakhir. Sebenarnya, kami hendak mencari warung pecel serupa yang masih memiliki hubungan saudara dengan warung ini, tetapi setelah menyusuri Pasar Semampir kami tidak menemukannya. 

Tadi pagi, kami kembali merasakan nasi pecel dan peyek di sini. Dengan segelas teh, kami bisa menghakhiri ritual sarapan dengan sempurna. Jeleh hilang. Saya pun mengirim gambar di sebelah gambar di sebelah pada grup Whatsapp Forum Sejahtera dan Alumni Madura Jogja. Penanggalan lembaga pendidikan tinggi ini adalah bukti bahwa kaum cerdik pandai harus dekat dengan masyarakat. M

Meskipun Zumi tidak mengulang pelajaran, murid SD Namira berujar bahwa ia bisa mengerjakan ujian. Kami berdua tertawa. Maklum, pelajaran Komputer dan Bahasa Jawa bukan materi yang mudah bagi penyuka FGTeve ini. Tetapi, setidaknya ia saling menyapa tatkala pulang dari sekolahnya. 

Kita tentu berharap anak-anak generasi baru menikmati masa belajarnya dan menekuni minat serta berusaha untuk membina pertemanan sebagai modal sosial nanti jika berkhidmat di masyarakat. 



 

Wednesday, June 08, 2022

Soto Koya

Setelah mengantar Zumi ke sekolah, kami menikmati sarapan di sini. Kemarin, warung yang terletak di Kraksaan ini tutup karena pemiliknya baru pulang dari menunaikan umrah. Dengan krupuk udang dan jeruk panas. rasa soto makin bertambah-tambah. 

Kini, kami berdua bisa menikmati jalan-jalan setelah dua anak bersekolah. Ini juga dialami oleh banyak orang tua yang lain. Pada akhirnya, buah hati kita akan menjalani hidupnya bersama teman-teman di sekolah dan di rumah. 

Dalam tiga hari ini, kami juga sering berpapasan dengaan rombongan vespa yang sedang menuju ke sebuah acara di Bali. Kemarin, ada tiga orang yang berhenti di depan toko Alfamart karena motornya rusak. Mereka memperbaiki secara bersama. Pagi ini, saya melihat mereka sedang beristirahat di sebuah warung tak jauh dari rumah, bahkan salah satu dari mereka mendirikan tenda di depan gudang tambakau. 

Di jalanan, kami sering melihat kehidupan banyak manusia dengan aneka ragam hasrat, watak, dan sifat. Sebagian adalah cermin dari hidup kita, yakni kehendak untuk menikmati kehidupan. Betapa tidak, dengan motor tua mereka melakukan perjalanan yang cukup panjang dan tidur di beberapa titik di udara terbuka. Setiap orang tentu akan meraih makna dari usaha bersusah-susah ini. Apakah tidak, mereka rela berpanas-panas dan berhujan-hujan dan hanya tidur di pinggir jalan tanpa selimut dan di ruang terbuka. 

Bersama

Saya menikmati ceramah Pak Kiai M Musleh Adnan melalui radio Bayu Gita FM. Jika doa orang saleh pasti (dalam bahasa Madura=pasteh) diterima oleh Allah, maka pernyataan ini sejalan dengan konsep etika dari Mu'tazilah tentang wajibnya Tuhan membalas amal baik.
Tetapi Pak Kiai tentu tidak akan membawa persoalan perbedaan aliran teologis ke khalayak, karena kebutuhan masyarakat awam dalam beragama adalah kebersahajaan dan kepastian. Berbeda misalnya tatkala kami membedah buku Mas Aksin Wijaya berjudul "Fenomena Berislam: Genealogi dan Orientasi Berislam Menurut Alqur'an" terbitan Diva Press di UIN KHAS Jember. Setiap yang hadir dalam acara ini bisa menyatakan pandangannya tanpa harus terbebani untuk sama tanpa mengabaikan permufakatan, yang mungkin lebih banyak dalam hal lain.
Pendek kata, setiap orang mencapai pemahaman secara berbeda, tetapi "tindakan" yang dilakukan mungkin sama. Ketika saya dan Zumi bersembahyang besama di masjid dekat rumah, masing-masing yang hadir di sana memiliki pemahaman yang tidak sama. Bagi saya, pertemuan bersemuka itu menaikkan level oxytoxin yang berfungsi untuk mengurangi rasa cemas. Soal keikhlasan berpulang pada Tuhan.

Tuesday, June 07, 2022

Zumi dan Ujian

Ini hari kedua kami menemani Zumi ke sekolah. Setelah mengantar ke gerbang, kami pun beranjak untuk segera bersarapan. Pada awalnya, istri ingin menikmati soto koya, tetapi tutup. Lalu, kami pergi ke warung makan pecel Kediri lagi. 

Pada hari pertama, Zumi mengeluh karena tidak bisa menyelesaikan ujian Bahasa Arab, meskipun kami sebelumnya telah mengajarkan ahdlar (hijau), ahmar (merah), abyadl (putih) dan ashfar (kuning). Untuk itu, pagi-pagi sebelum berkangkat, si ibu membangunkan untuk mengulang pelajaran. Namun, adik Biyya ini bilang sudah paham. 

Untuk itu, melalui pesan telepon, sang ibu mohon ustazah Laili untuk menasehati muridnya untuk belajar. Maklum, anak ini cenderung patuh untuk mengindahkan permintaan guru. Kami berharap pengalaman ini mendorong penyuka dinosaurus mau mempelajari bahan sebelum masuk kelas. Setidaknya, dalam dua hari ini, ia tampak bisa tidur lelap di siang hari. Mungkin, ujian telah menguras jiwa dan raganya. 

Monday, June 06, 2022

Nasi Pecel Kediri

Setelah mengantar anak ke sekolah pada pukul 6.30, kami berdua menikmati nasi pecel Kediri di Jalan Kraksaan, depan penjara. Ini adalah pertama kali saya sarapan di sini, meskipun sudah berkali-kali melewati warung ini. 

Di tembok, saya melihat pengumuman bahwa harga bumbu pecel satu cub (cup?) sebesar Rp 17 000 karena bahan baku mengalami kenaikan semua. Jadi, melonjaknya harga kebutuhan sehari-hari karena keinginan bahan itu sendiri, bukan? Jadi, fundamentalisme pasar bekerja. 

Selain itu, ada poster nama warung yang disertai iklan penawaran mobil Mitsubishi secara dicicil. Beberapa penanggalan juga menempel di dinding, seperti almanak perguruan tinggi dan toko yang menjual alat jahit. Sejauh saya lihat, mungkin seluruh bahan dari sarapan ini dihasilkan oleh penghasil lokal, beras, telur, kacang, dan lain-lain. Mungkin, kedelai saja yang diimpor dari luar.  

Bedah Buku

Ketika membahas buku Mas Aksin Wijaya, Fenomena Berislam: Genealogi dan Orientasi Berislam Menurut Alqur'an, kami membawa pikiran sendiri-sendiri. Bila tafsir maqashidi secara teologis lebih dekat pandangan Maturidiyah, saya melihatnya prinsip-prinsip utama itu lebih sejalan dengan Mu'tazilah.
Tetapi, perbicangan ini hanya berhenti di ruangan Gedung Kuliah Utama UIN KHAS Jember. Mungkin, kita perlu membawakan pemikiran keagamaan ke khalayak dengan meminjam gaya dan langgam Kiai Sattar, Bondowoso, yang membawakan pesan keagamaan dengan riang dan renyah. Apakan tidak, pagi ini melalui siaran radio Bayu Gita FM sang kiai mengulas pola pengasuhan anak seraya mendendangkan lagu Keramat Bang Haji.
Pendek kata, kita mesti memikirkan agar pesan-pesan etis itu bisa disampaikan kepada lebih banyak orang tanpa membuat mereka mengernyitkan dahi.

 

Saturday, June 04, 2022

Selamat Jalan Kawan


Hari ini, saya mendapatkan kabar di grup WA Akidah Filsafat angkatan 92 IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bahwa Haji Romli menuju ke haribaan Tuhan. Innalillahi wainna ilaihi raji'un

Foto di sebelah adalah sebagian potongan ingatan kami. Kala itu, kami pergi berpelesir ke candi Borobudur Magelang dengan naik sepeda motor. Dalam perjalanan pulang, hujan turun deras sehingga kami basah kuyup .

Saya juga masih ingat dengan baik tatkala menginap di kosnya di Karangnongko Maguwoharjo dulu. Pagi-pagi seusai berjamaah di surau terdekat, kami bercengkerama sambil menikmati suasana pagi yang segar dan kokok ayam yang bikin jembar. Kedekatan kami juga terbukti ketika saya menjadi juru kampanye sosok baik ini dalam pemilihan umum mahasiswa. Semoga kamu tenang di alam sana dan keluarga yang ditenggalkan tabah. Amin. 



Kudapan

Kemarin, saya berkunjung ke rumah teman di Tanjung. Di sini, saya dan kawan lain dari Tasik menikmati suguhan berupa Ketan Duren (baca: Durian). Namun, saya membatasi diri karena menjaga asupan agar kolesterol tidak naik. 

Sementara, teman dari tempat kelahiran Rhoma itu minta izin untuk merokok. Saya pun bilang, sebagai orang yang pernah merokok saya masih bisa toleran dengan asap dari satu perokok, tetapi kalau lebih, saya tidak nyaman dengan bau tembakau yang dibakar. Tak jarang, saya merasa pusing seusai mengikuti kegiatan yang dihadiri oleh banyak orang yang menghembuskan asap. 

Ia pun mengeluarkan kotak yang berisi rokok Sehat Tentrem, yang dihasilkan oleh sebuah pondok di Jombang. Katanya, tidak hanya mendapatkan tambahan herbal, ST juga mengandung bacaan selawat. Setelah dicek di Google, dua produk lokal ini telah dijual secara daring. Saya membayangkan pada masa yang akan datang, produk rumahan akan menjadi kebutuhan banyak orang berkat kemudahan aplikasi pembelian secara daring.  

Friday, June 03, 2022

Wedang Uwuh

 

Saya menikmati minuman ini untuk pertama kali di ruangan Universitas Nahdaltul Ulama Indonesia, Jakarta. Sebelum acara bedah buku, Mas Ngatawi Al-Zastrow menyuguhkan wedang uwuh pada para tamu. 

Kemarin, di pasaraya Trans Mart Jember, saya membeli untuk kembali merasakan kayu secang, jahe, cengkeh, dan gula batu. Melihat produk rumahan di sini kita seakan-akan menemukan harta karun karena sepanjang mata melihat, begitu banyak barang dihasilkan oleh pabrikan. 

Di sore tatkala matahari bersinar hangat, saya menyeruputnya di teras sambil mendengarkan lagu dangdut melalui radio Krisna FM Lumajang. Dengan membaca Travels with Epicurus: Meditations from a Greek Island on the Pleasures of Old Age, dunia dilipat sedemikian rupa. Batas-batas luruh karena kita tidak lagi terbelenggu oleh satu kekuatan dominan, seakan-akan semuanya berjalan secara harmonis. Istri turut merasakan rasa penuh warna dari wedang ini.

Setiap bab dari buku ini dimulai dari sebuah kutipan seorang filsuf. Bab enam yang membahas tentang Stoicisme dan Masa Tua dibuka dengan perkataan Seneca bahwa obat terbaik dari kemarahan itu adalah penundaan. Ya, di tengah tekanan dari banyak hal dalam kesehariaan, emosi kadang mudah meledak. Dengan menundanya untuk tidak meluahkan menjadi amarah kita telah mengobatinya. 

 

Thursday, June 02, 2022

Bersiap Pensiun

Saya terbangun karena si bungsu mengigau. Sambil menikmati keroncong dari radio Krisna FM Lumajang, saya membuka kembali buku ini sebagai persiapan pensiun. Kata Klein, di usia senja, rasa bosan adalan ancaman sebab si tua mempunyai banyak waktu, tetapi tidak ada yang dikerjakan.
Mudah, kata penulis, untuk atasi soal ini, yakni membaca A Philosophy of Boredom oleh Lars Svendsen, filsuf Norwegia. Aha!
Untuk menyelidiki masalah kebosanan adalah mencoba memahami siapa kita dan bagaimana kita cocok dengan dunia pada titik waktu tertentu ini (Svendsen, 2008: 7). Klise! Mengenal diri sendiri cukup membuka KTP, bukan? Hehe

Tetapi, akhirnya penulis mengajak kita melihat kebosanan dari banyak disiplin, seperti filsafat, kesusasteraan, psikologi, teologi, dan sosiologi. Semoga dengan membaca banyak sudut pandang ini, kita tidak akan merasa bosan lagi.

Wednesday, June 01, 2022

Dua Kakak Adik

Si bungsu selalu ingin menang sendiri. Setiap anggota keluarga harus mengikuti apa maunya. Malah, ia pernah bilang, in this house, I am the boss. Tidak, kata saya. Tuhan itu bos. Lalu, ia bilang, That's whyI am the God

Sepulang dari liburan, keduanya sakit. Mungkin, kelelahan setelah di Jember keduanya berenang dan berhujan-hujan membuatnya masuk angin. Alhamdulillah, keduanya sudah pulih, meskipun perlu waktu untuk bergiat seperti sedia kala. 

Ibunya cemas tatkala melihat Zumi lemas. Untungnya, dr Syamsul membesarkan hati kami bahwa mungkin ini faktor makanan. Ia memberikan sirup anti-mual. Kami sempat membelikan keduanya ayam geprek Sa'i agar mau makan. Ternyata, seenak apa pun yang diasup sebelum ini, tatkala sakit, keduanya tak menunjukkan berselera. Selagi sehat itu nikmat, kesyukuran ini mesti diungkap. 
 

Syawal Kesembilan

  Di tengah kesibukan masing-masing dalam merayakan kenduri arwah leluhur, kami merekam peristiwa agar abadi. Sebelumnya, saya dan Zumi memb...