Sunday, December 21, 2025

Angan-Angan

Menunggu pengajian kitab Syarh al-Hikam di musala. Saya dapat datang lebih awal di hari Sabtu karena tidak mengantar anak ke sekolah. Dengan bersiduduk, kita dapat tepekur. 

Sebelumnya, Pak Kiai mengurai tentang derajat kesalehan diraih dengan menutup pintu angan-angan dan membuka pintu kesediaan untuk kematian.

Kini, dari mana angan-angan itu? Dari maklumat yang diperoleh dari luar, seperti iklan, media sosial, kebiasaan, dll. Jadi, apa cukup sesuatu yang ada dalam diri kita?

Mungkin, petuah Abu Sulaiman perlu ditimbang bahwa meninggalkan sebuah hawa nafsu dari banyak hasrat itu lebih bermanfaat bagi hati daripada berpuasa selama satu tahun dan salat malam. Pastinya, pandangan ini dipahami secara saksama.  

ترك شهوة من شهوات النفس أنفع للقلب من صيام سنة و قيامها

 

Membaca Platonya Averroes

Saya membaca buku Plato’s Republic in the Islamic Context: New Perspectives on Averroes’s Commentary, yang disunting oleh Alexander Orwin sambil menikmati The New Radio 88,5 FM. Meskipun ada jejalan pelbagai ruang, waktu, dan ide, saya mencoba keluar dari zona nyaman yang selama ini selalu terbiasa dengan selera musik tertentu. Kala mendengar jenis rock blues soul alternatif alternative rock, dan american, saya juga merasakan keasingan dari Plato, Ibn Rusyd, dan banyak penulis dalam buku kompilasi di atas.

Saya tumbuh dari lingkungan sederhana dalam menjalani hidup. Pikiran sebatas apa yang wajib, sunnah, dan mubah dan mulai berkembang kala di MTs, saya mendengar ustaz Khozaini Azim, Ustaz Hafid Syukri, Ustaz Mistarum, Ustaz Waris Anwar mengajar kami tentang sesuatu di luar keseharian, semisal politik, ekonomi, biologi, dan bahasa.
Di Madrasalah Aliyah, saya menyerap sosiologi dari Pak Panji Taufiq dan kritisisme melalui pengajaran bahasa Indonesia dari Pak Muqiet Arif. Ada banyak guru-guru lain yang juga membentuk pikiran dan perasaan kami. Para kiai tidak hanya mengajar hadis dan ilmu agama lain, tetapi juga teladan tentang istikamah, sahaja, dan rendah hati.
Kejutan datang kala harus mendengar teman saya di Akidah Filsafah IAIN bertanya pada Pak Afandi, guru Ilmu Kalam kami, tentang malaikat Jibril. Apa tugasnya sudah selesai dan kini ia menikmati pensiun? Guncangan datang bertalu-talu semakin kuat dengan intensitas yang tanpa batas untuk menyoal tabu dan had.
Kini, saya menua. Membaca tidak lagi untuk menggugat kepercayaan, tetapi menemukan makna dari keyakinan. Sejauh ini, saya mengikuti apa kata Pak Basyir Soulissa, bahwa belajar filsafat bukan menyangkal salat, tetapi signifikansi sembahyang dalam keseharian. Kadang saya iseng menegaskan bahwa takrif doa Kierkegaard turut mewarnai arti ibadah agar ia tidak dipahami sebagai alat tukar.
Tentu, Prof Zailan Moris mengajar kami untuk melihat pengetahuan dengan hati terbuka dan pikiran luas. Sebagai pembimbing tugas akhir, almarhumah menunjukkan kesaksamaan dalam mendaras karya. Ketika mengikuti bimbingan saya tak hanya mendengar apa yang diucapkan, tetapi apa yang ditunjukkan dari gambar di bilik tempat murid Seyyed Hossein Nasr berkhidmat. Ada foto negeri Parsi yang terpampang di dinding.
Ahmad, tahukah kamu tempat ibadah Zen itu adalah ruang kosong, tidak ada ornamen dll? Aha, bukankah ayah Izutsu bilang, hapuskan kata itu, karena ia tak mewakili apa-apa. Dalam satori, kita akan mendapatkan pencerahan masing-masing. Dalam keseharian kita akan menghadapi kata, benda, dan lambang berebut untuk menarik perhatian kita. Lalu, kita bisa memejamkan mata, seraya bergumam, kosong.

Saturday, December 20, 2025

Rapor Sekolah

Sambil menunggu acara, saya membaca buku tentang keresahan orang Bali. Ada coretan gambar perayaan keagamaan yang ditonton oleh banyak bule berpakaian bikini. Tetapi, di sini tak ada pornografi, kata penulis.

Apa Bali bisa diganti dengan Jawa, Madura, dan Lombok? Ketiganya menghadapi tantangannya sendiri. Kami kini menghadapi kenyataan bahwa generasi baru dari pulau Garam tak bisa menulis jûko', tetapi cuko' untuk ikan.

Oleh karena itu, muatan lokal diajarkan sesuai bahasa ibu secara saksama. Murid dan siswa didorong untuk menulis kata dengan betul. Tak iye?
 

Friday, December 19, 2025

Keumatan

Gonjang-ganjing di PBNU masih berlangsung sengit. Masing-masing kubu bersikeras untuk teguh dengan pendirian masing-masing. Rais aam yang dipandang mewakili kiai dan ketua yang dilihat sebagai santri yang harus tunduk pada patron tidak lagi berlaku. Alasan pemberhentian orang nomor satu di Tanfidziyah dianggap sumir, karena tiga alasan yang disodorkan tidak cukup kokoh untuk mendongkel Yahya Staquf.

Ulil Abshar Abdalla menulis di akun sosialnya bahwa tanpa kerelaan ketua umum, keputusan syuriah tidak sah. Muktamar adalah arena tertinggi yang bisa menentukan kedudukan pengurus. Sementara dari kubu Miftahul Akhyar bersikeras untuk menghentikan pemimpin eksekutif seraya menegaskan kedudukannya tidak sah untuk berkantor di Kramat Raya.

Berbeda dengan santri yang kritis, pertikaian ini dianggap sebagai perebutan akses ekonomi. Kubu ketua umum ingin mengalihkan pengurusan tambang ke lingkaran presiden yang berkuasa hari ini, Prabowo, sementara kubu Saiful yang ditengarai berada di balik konflik hendak mengekalkan hubungan dengan mantan presiden, Jokowi. Alih-alih menangguk hasil, organisasi keagamaan terbesar tanah air malah bertengkar sesama sendiri.

Organ

Pertikaian antarpetinggi di tubuh organisasi berlambang bumi bukan hal baru. Muktamar Cipasung mempertontonkan hasrat penguasa yang hendak menjegal Abdurrahaman Wahid menuju kursi nomor satu. Namun, dukungan para kiai dan pengurus wilayah mampu menghalangi Abu Hasan, boneka yang hendak dipasang oleh pemerintah. Tentu, konflik antara Kiai As’ad Syamsul Arifin dan Kiai Idham Chalid adalah contoh lain, yang menyebabkan NU terbelah ke kubu Cipete dan Situbondo.

Sebagai organisasi terbesar, peran kiai sepuh dianggap bisa menjaga jam’iyyah dari rongrongan internal dan eksternal. Kedudukan rais aam sebagai pemimpin tertinggi tentu memiliki wewenang untuk menimbang ketua umum, yang bila dianggap melanggar bisa diambil tindakan. Dari ketiga alasan yang dijadikan dasar tentu perlu diajukan kepada ketua umum untuk membela diri. Apa yang dialami oleh Gus Yahya hampir serupa dengan apa yang dialami Gus Dur, yakni dimatikan karakternya, lalu dipaksa untuk turun.

Hal terburuk dari pertikaian ini adalah normalisasi adu kuat di tubuh organisasi pada masa yang akan datang. Tak hanya itu, kini santri pun menjaga jarak dengan patron, kiai. Mereka menyebut dirinya sebagai tradisional kultural seraya menyodorkan pikiran baru bahwa perubahan itu melalui pelbagai jalan. Seorang santri putri yang berada di Amerika telah melontarkan kritik tajam kepada kepimpinan pesantren. Santri putra lain yang berada di Australia untuk menyelesaikan program doktornya dalam bidang filsafat menyoal persoalan sistemik terkait kondisi pondok.

Taruhan

Sinar terang datang bersamaan dengan seruan pelbagai banom NU, seperti RMI, Serikat Nelayan, dll. Mereka menyerukan agar kedua kubu yang berseteru berdamai. Namun, sepertinya panggilan ini dianggap angin lalu. Malah, kedua kubu tidak bisa bertemu secara bersamaan di Tebuireng, tempat pendiri NU bermastautin. Keduanya bersikukuh dengan pendiriannya masing-masing.

Pepatah Melayu yang menang menjadi arang dan kalah menjadi abu, bukan sekadar kata-kata klise. Ia menggambarkan apa yang terjadi dengan pihak yang dikalahkan. Kita tidak lagi melihatnya sebagai hal biasa karena dulu hal yang sama berlaku, tetapi jelas berbeda dengan apa yang terjadi pada kali ini. Ketua umum tidak hanya dikaitkan dengan anak ideologis Gus Dur, tetapi juga berasal dari keluarga kiai ternama.

Kebuntuan ini hanya semakin meneguhkan bahwa santri sedang berhitung. Institusi baru harus lahir untuk memberikan ruang bagi kebebasan yang didasarkan pada keterbukaan dan kesetaraan. Alumnus pondok pesantren kini secara terbuka menyatakan diri sebagai pengikut Mu’tazilah yang secara teologis berseberangan dengan landasan Asy’ariyyah yang menjadi dasar dari pandangan dunia kaum Nahdliyyin.

Malah, Roy Murtadho, yang mengelola pondok lingkungan, menyatakan secara terbuka bahwa penerimaan konsesi tambang merupakan kemerosotan moral. Alih-alih bergabung dengan partai yang berafiliasi dengan santri, seperti PKB, PPP, dan PKS, ia justru menjadi pelopor Partai Hijau, yang lebih jelas keberpihakannya pada kelestarian alam. Jadi, kritik dari kalangan sendiri akan menggerogoti kekuatan jemaah.

Dalam komunikasi efektif Jürgen Habermas, setiap pihak seeloknya berdiri setara, meskipun secara struktural dan kultural, rais aam berada di hierarki tertinggi. Namun, syuriah juga dianggotai banyak kiai senior lain yang tidak sepenuhnya sebulat suara untuk mencopot ketum. Dari sini, kematangan diuji, dan santri sedang merapatkan barisan untuk menghadirkan gerakan alternatif.

Sumber: Keumatan 

Sore dan Bermenung

Sore, radio, dan tepekur. Sehabis tidur siang, saya menikmati kopi di teras. Kafe kini berada di rumah. Menua adalah menunda, sebab tubuh semakin ringkih. Asupan perlu dijaga. Gerak perlu dilakukan.

We will Rock You dari Sinar FM menyemangati kami. Apalagi yang tersisa selain kita bermenung? Apa yang harus sampaikan pada mahasiswa di acara Hari HAM se-Dunia?
Setidaknya, kita telah memulakan perbincangan ini di tempat kita tinggal. Menjaga jiwa sebagai tujuan syariah perlu diurai secara praktis. Ia tidak lagi hanya dalil yang diperbincangkan secara terbatas. Merawat kejiwaan (kedirian) adalah memelihara kehidupan yang meliputi pemenuhan kebutuhan konkret dan batin secara serentak.

Ket: Gambar adalah hidangan di warung Kopi Tiam Bukit Gambar yang diunggah oleh teman baik asal Kelantan, Dr Supyan.

Thursday, December 18, 2025

Sarwaan

Apa pun boleh bubar, tapi tidak kebersamaan. Kita bisa bikin lembaga baru dengan nama yang lain. Semangatnya sama saja: hidup dengan liyan.

Seusai baca Yasin dan Tahlil, kami membahas masalah kampung. Rencana bikin selamatan untuk tolak bala diungkap kembali. Selain doa, warga telah memperbaiki jalan masuk RT. 

Apa yang menggerakkan kita? Kita bisa sebut banyak pemikir, dari Ghazali, Nietzsche, Schopenhaeur, dan Suryamentaram. Justru saya ingat Pak Syam, penarik becak. Di usia 79 tahun, ia masih mencari nafkah, padahal 8 anaknya minta sang ayah duduk di rumah di umur senja. 

Dorongan untuk hidup tenang, nyaman, dan tentram bisa diketengahkan. Kita bisa menemukan cermin di dekat kita. Anda bisa menemukannya bila hendak mencari dengan tulus. Setiap orang pasti akan memilih sesuai dengan pandangan dunianya. 

Semisal, saya lihat sosok pengajar Syarh al-Hikam  membawakan dirinya dengan bersahaja. Kata-kata dan tindak tanduknya adalah wujud dari pikiran dan perasaannya yang luas dan terbuka, tetapi ia mengambil jalan hidup yang "sempit" dan "tertutup". Sungguh paradoks! Justru, inilah yang harus kita lakukan karena kita tidak bisa menjalani semua bentuk laku. Wajahnya memancarkan kejernihan karena hatinya bersih dari iri dengki, congkak, dan riya'.

Monday, December 15, 2025

Semantik dan Kesadaran Etis

Sebagai pengajar Semantik dan Ma'anil Qur'an, saya berpandangan bahwa lulusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir akan menjaga alam, karena bila tak menunaikan amanah Tuhan ia ingkar.

Bila lulusannya dilantik sebagai menteri kehutanan, ia akan merawat kepercayaan ini dengan mengangkat pembantunya yang ahli kehutanan. Malah, ia bisa meminta nasehat pada Jokowi yang sarjana kehutanan

Jabatan menteri itu didasarkan pada keseimbangan politik. Lagi-lagi, polis itu kota, agar kita beradab. Anwar Ibrahim diganjar sbg menteri keuangan terbaik meskipun lulusan Bahasa Melayu. 

Tentu, bila dituntut mundur, usah melibatkan Tuhan, cukup dibicarakan dengan pak RT, ujar Remy Silado. Warga pun tahu bahwa penguasaan lahan dikangkangi oleh 10 oligark. Sementara kita hanya digelorakan dengan cinta tanah dan air. Betapa platonis! Tragis.

 

Angan-Angan

Menunggu pengajian kitab Syarh al-Hikam di musala. Saya dapat datang lebih awal di hari Sabtu karena tidak mengantar anak ke sekolah. Denga...