Monday, October 14, 2024

Sarapan


Kami bersarapan di kafe penginapan, Kebun, Utama Raya. Sebelumnya, saya, istri, Biyya dan Zumi menikmati pagi dengan menunggu matahari terbit. Betapa menyenangkan melihat raja siang ini muncul perlahan dari kaki gunung di kejauhan sana. 

Setelah itu, kami pun menyusuri jalan tepi pantai untuk menikmati angin laut. Tak lama kemudian, saya dan Zumi memainkan bola volley yang dibawa dari rumah. Lalu, saya mengikuti senam bersama istri. 

Dalam keadaan lapar, saya merasakan makanan sangat nikmat. Namun, dengan menu yang berlimpah, kami tidak memenuhi piring dengan aneka makanan, sebab cukup itu adalah kunci dalam menjalani kehidupan. 

Saturday, October 05, 2024

At-Taqwa dan Teman

Sebelum acara mengikuti acara International Benchmarking IAI AT-TAQWA dengan UNISZA Malaysia, saya ngobrol dengan Pak Miftahus Salam di ruangan rektor. 

Perubahan kehidupan sosial dan politik Republik Kopi ini bermula dari pergeseran paradigma dalam mengelola sekolah, kampus, dan pondok. Setidaknya, kampus di Kademangan ini telah memulai dengan setia pada dasar TRInya (Taqwa, Ruh, dan Ilmiah). 

 Dengan membuka diri pada pengalaman perguruan tinggi lain, kampus yang berada di kota Bondowoso ini akan menjadi mercusuar bagi warga di sekitarnya.

Tuesday, October 01, 2024

Eksil

Biyya can understand history better if she considers various perspectives on the tragedy at Lubang Buya. I recommended that she watchs the film Eksil rather than G30SPKI. 

Inilah status pembuka bulan Oktober di beranda Facebook saya. Sebagai orang yang pernah melihat film tersebut sejak kecil, saya sebenarnya tak sepenuhnya memahami kala itu. 

Kini, setelah membuka lebih banyak lembaran tentang sejarah, geopolitik, dan kekuasaan, saya melihat bahwa konflik itu berujungpangkal pada kondisi perang antara kekuatan sekutu dan komunis. 

Kini, sebagai santri saya tak ingin jadi bumper dari dua kuasa itu. Khalas. 

Thursday, September 26, 2024

The Third Culture Kids

Anak-anak memiliki cara sendiri memahami dunianya. Biyya berjilbab atas pilihannya sendiri tatkala berada di kelas 4 SD UUM IS. Banyak orang yang bertanya tentang keputusannya kala itu. 

Alasannya, ia ingin mendapatkan pahala. Guru agamanya dari Aljazair. Di Kraksaan, ia tertekan sebab harus menghapal juz 30. 

Kini, penyuka P Ramlee ini mengenakan hijab sepenuhnya. Mungkin, ini juga alasan, mengapa ia bertanya, mengapa orang lain itu neraka dalam Sartre.

Wednesday, September 25, 2024

Merusak Bumi dari Meja

Saya mendapatkan kehormatan untuk membaca karya Mas Kiai M Faizi. Temanya sangat sesuai dengan tantangan dunia baru, konsumerisme dan hedonisme. Secara pribadi, saya adalah pembaca setia cetusan penulis Sareyang tersebut dalam blognya yang renyah, Kormeddal.

Orang ramai sering tidak merasa bahwa apa yang dilakukan secara sambil lalu, riang, dan nikmat bisa mendatangkan kehancuran pada alam dan manusia. Mereka menari di atas penderitaan orang lain. Meja makan yang sehat adalah tempat kudapan dihidangkan yang berasal dari produk lokal. Ketika mengonsumsi kue dari Amerika, kita telah meninggalkan jejak karbon tinggi. Tetapi, ada perkecualiannya, kurma dari petani Palestina yang ditindas oleh Israel. Selain itu, hasil dari kaum tani dari seantero dunia yang tidak diakali oleh perusahaan multinasional sial.

Menariknya, acara ini dibatasi untuk kalangan tertentu. Jelas, kegiatan literasi ini bukan sekadar membincang isu seperti biasa, tetapi juga menanamkan kesadaran bahwa pembacaan itu ingin melahirkan pemahaman untuk sebuah tindakan. Peserta yang hadir diharapkan untuk mendapatkan gagasan yang mencerahkan untuk menjaga bumi.
 

Tuesday, September 24, 2024

Ketika menunggu jemputan sekolah yang akan mengantar siswa ke perkemahan bahasa di Bentar, kami mengisi waktu dengan berfoto bersama. Udara panas tidak menghalangi kami untuk menikmati hari.
Pelan tapi pasti, kami berdua memberikan jalan pada anak untuk menelusuri minat dan bakatnya sendiri, termasuk bahkan hidupnya. Kami hanya menyediakan "sangu" (baca: bekal) agar ia bisa berlari dan sekali-kali menoleh ke belakang untuk melihat kami yang mendaras selaksa doa.
Sajak yang dibacakan itu adalah renungannya. Kami hanya menyampaikan apa yang perlu ditimbang sebab ia tidak hanya hidup dengan pikirannya, tetapi juga tatapan liyan. Aha, ia kemarin bertanya apa makna dari pernyataan bahwa orang lain itu adalah neraka menurut Sartre.

 

Thursday, September 19, 2024

Belajar untuk Menerima


Sejak dini, anak belajar kebedaan di sekolah. Lembaga pendidikan semestinya menumbuhkan semangat kebersamaan untuk menerima liyan demi kemanusiaan. 

Tanpa kesadaran ini, institusi tempat mereka belajar akan menjadi pabrik yang menghasilkan manusia berpikiran sempit dan tertutup. Betapa menyenangkan melihat anak-anak bermain bersama tanpa dibebani oleh perbedaan status dan asal-usul. 

Mereka dekat sama satu lain karena melihat orang lain sebagai sebaya. Kadang manusia dewasa yang memisahkan mereka karena ingin menempelkan identitas khas. Padahal, jati diri itu adalah pilihan. 

Sarapan

Kami bersarapan di kafe penginapan, Kebun, Utama Raya. Sebelumnya, saya, istri, Biyya dan Zumi menikmati pagi dengan menunggu matahari terbi...