Tuesday, November 18, 2025

Kedai Basmalah

Setelah salat di Annur, kami berhenti sejenak dan mereka apa yang harus diceritakan dalam hidup. Sebagai penanggungjawab program studi Akidah Filsafat Islam, Mas Zuhri berpikir tentang bagaimana melonjakkan keterampilan teori dan amali mahasiswa.

Dulu, lulusan program S3 UIN SUKA ini menggelar sekolah filsafat untuk membekali pelajar dengan kemampuan teknis dalam berpikir logis dan estetis. Dari sini, lulusan AFI diharapkan mencandra hidup secara saksama.
Bila menjalani keseharian dengan penglihatan sendiri, mengapa menimbang kaca mata orang lain? Kehadiran jiran kadang berpijak pada pikirannya sendiri, bukan apa yang kita renungkan secara asali. Untuk itu, liyan itu adalah invididu lain yang tak mendikte kita memahami dan menjalani hidup sehari-hari.

Musholla Al-Yasmin

Kami berada tak jauh dari musala ini. Menunggu itu mengasyikkan. Kedung Mlati menjadi perhentian baru, meskipun kami mendapati hal yang sama, yakni warung, kursi, dan colokan listrik.

Saya mengajak Zumi bercakap sambil sekali-kali membaca Basis Majalah yang bercerita tentang Descartes. Ia mengambil risiko dihujat. Tak mudah berpikir bebas, bahkan di era kini, yang evolusi manusia mendekati Tuhan. Homo deus.

Sebenarnya, manusia hanya perlu memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti sandang, pangan, dan papan. Sementara fasilitas umum seperti lapangan olah raga, perpustaan, dan ruang bermain masyarakat disediakan oleh negara. Filsafat biar dipikirkan oleh Martin, Faiz, dan Nurul Huda.
Orang kebanyakan cukup makan dan tidur, tanpa dikejar-kejar utang. Alangkah benar nyanyian Rhoma Irama

Monday, November 17, 2025

Kekeluargaan

 Betapa Zumi senang akan bertemu kakak sepupunya. Tak jauh dari meja kami, ada keluarga lain yang menikmati makan malam. Si nenek tampak bahagia di tengah cucu-cucunya. Sepinggan mie telah membuatnya gembira. 

Dalam esai "kekeluargaan" (hlm. 33), saya memulai kisah di atas untuk mengungkai apa makna keluarga. Dari sini kita diuji tentang banyak hal, seperti pengetahuan, kesabaran, dan kebenaran. Kita boleh bicara demokrasi, tetapi memaksa anak memiliki pilihan yang sama jelas lancung. 

Itulah mengapa Zumi mendukung Donald J. Trump dan kakaknya sokong Joe Biden. Kami tak menghalangi keduanya tetapi meminta alasan memilih pemimpin. Si bungsu suka McDonald dulu, si kakak beralasan bahwa demokrasi tegak di atas nilai kesetaraan. Saya sendiri tak memilih calon demokrat dan republik. Inilah politik. Namun, keluarga di atas kebedaan remeh-temeh ini.

Mami dan Biyya, memesan soto Lamongan dan Betawi, sementara Zumi menikmati spaghetti. Si bungsu sedang merasakan dunia lain. Namun, kami akan kembali ke dunia asal, tanpa anti liyan.



Perjalanan

Falsafah Harian (Everyday Philosophy) berjalan ke Kediri. Pengarangnya hendak berbagi tema tentang peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh lulusan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas Syekh Wasil. 

Dalam perjalanan, saya menikmati lagu Kantata, sebagaimana menjalani sehari-hari di rumah, kita bisa memutar nyanyian. Seraya mendengar banyak lagu, saya dan Mas Zuhri Humaidi ngobrol hal ringan tentang kehidupan.

Lalu, di area rehat, kami berhenti untuk salat di masjid Annur. Seusai sembahyang, kami pergi ke kedai Basmalah. Di depan kedai, secawan kopi menjadikan sore kami hangat dfengan obrolan riang. Dalam keadaan apa pun, kita memahami sehari-hari dengan menjalaninya secara terulang-ulang. Kehendak menjadikannya dalam adalah hasrat untuk menghindari kebosanan. 

 

Saturday, November 15, 2025

Ilusi Pesona Harvard

Berita reshuffle kabinet tentu memantik harapan baru. Salah satu isu yang muncul adalah apakah ijazah Harvard merupakan jaminan? Persoalan ini pernah muncul dalam kaitan dengan usaha kantor kepresidenan merekrut staf berkelulusan universitas terkemuka, seperti Harvard dan Duke. Menurut Luhut Panjaitan saat itu, Universitas Harvard telah melahirkan enam Presiden Amerika, sehingga tentu kedudukan universitas ini, yang selalu berada di papan atas, merupakan jaminan mutu alumninya.


Namun saya tak akan mengulas pelantikan Thomas Trikasih Lembong, lulusan Harvard yang menjadi menteri perdagangan. Seperti diulas oleh pengamat, ijazah Harvard bukan satu-satunya penentu keberhasilan dalam menggerakkan sektor ini, melainkan kepemimpinan dan pengalaman kuat, yang mesti dimiliki agar prestasi bisa diraih. Lalu, persoalannya, apakah Harvard merupakan sekolah bisnis yang baik? Menurut Rolf Dobelli (2013) dalam The Art of Thinking Clearly, hal itu belum jelas. Barangkali universitas itu tak baik, tapi ia hanya merekrut mahasiswa yang cemerlang.

Dobelli pun mengutip pernyataan Nassim Taleb, bahwa citra Harvard seperti ilusi pada tubuh perenang (swimmer's body illusion). Kita acap merancukan antara faktor pemilihan dan hasil. Para perenang profesional mempunyai tubuh sempurna karena mereka berlatih secara serius. Bagaimana tubuh mereka dibentuk adalah sebuah faktor pemilihan, dan bukan hasil aktivitas mereka.

Lalu, apa sejatinya roh pendidikan di universitas? Sebenarnya, kita telah mewarisi ide-ide banyak tokoh pemikir yang meletakkan dasar dan arah pendidikan bangsa ini. Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang berfokus pada kerja akademik, seperti pengajaran-pembelajaran, penelitian,  serta pengabdian masyarakat, telah memenuhi ontologi, epistemologi, dan aksiologi pendidikan. Pendek kata, tanpa terpukau oleh pemeringkatan universitas, para civitas academica memiliki fondasi untuk membangun negeri dengan menimbang dan mengutamakan kebutuhan diri sendiri.

Pada gilirannya, kerja lapangan merupakan puncak dari pergulatan pemikiran di kampus. Misalnya, pemilihan pengabdian di Desa Darsono oleh program pendampingan Universitas Jember (Unej).  Dengan mendengar langsung suara akar rumput, warga kampus bisa mengenal kebutuhan masyarakat. Melalui proyek Sengonisasi, warga kampung ini bisa menaikkan taraf  hidup mereka dan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.  

Berdasarkan modal kerja lapangan, para akademisi meneguhkan kembali hakikat pendidikan, bahwa ilmu tidak lagi hanya untuk memahami, tapi pada akhirnya juga mengubah keadaan. Keberhasilan UNEJ membantu  membangun koperasi petani kopi Katakesi di Desa Sidomulyo dengan melibatkan pemerintah daerah, kaum agamawan, dan pelaku usaha tentu meneguhkan kaitan pengetahuan dengan pekerjaan. 

Lewat penguatan metodologi pengajaran dan pembelajaran, penelitian berbasis kepentingan khalayak, dan akhirnya pengejawantahan keduanya dalam pengabdian di tengah masyarakat luas, sejatinya perguruan tinggi telah berada di landasan yang benar. Yang dilakukan oleh Ahmad Subagio, dosen Unej, yakni menjadikan ubi sebagai bahan tepung kue, tentu membantu pemerintah mengurangi impor tepung gandum. Jadi, masihkah kita memburu status universitas kelas dunia ketika kita tahu apa yang harus dilakukan di sini? ●

Sumber: Koran Tempo, 25 Agustus 2015

Friday, November 14, 2025

Ulang Tahun Perkawinan

Saya pernah menulis tema bosan, di KOMPAS (Lihat di sini: Mudik dari Kebosanan), Kabar Madura, dan tentu seringkali menyelipkannya dalam perkuliahan dalam pelbagai subjek.
Pagi ini, kala sendirian di rumah, saya mengerjakan pekerjaan "membersihkan", yang mengigatkan saya pada tradisi religi Tokugawa. Setiap kali mengayunkan sapu, suhu itu mengandaikan menyucikan hatinya dari sifat buruk, seperti pamer, dengki, dan congkak.
Setelah lama tak menikmati lagu-lagu Kenny Rogers, saya memutar lagi Lady yang dulu saya nikmati dari tape radio. Kasetnya sudah rusak, tetapi tidak keindahannya. Bukankah kita hanya mengulangi sesuatu secara abadi? Kalau pun ada yang baru, ia pernah hadir dengan cara berbeda.
Malam ini, kami akan merayakan ulang tahun perkawinanan di warung tak jauh dari rumah. Kita hidup dengan apa yang kita bisa jangkau, sebab autentisitas itu adalah keadaan yang kita jalani dengan sepenuh jiwa dan raga. Apa ada lilin? Tidak, sebab kami akan terlihat aneh oleh pengunjung lain. Namun, saya tak berarti ikut pandangan kerumunan dalam banyak hal. Tentu, kebedaan ini mendatangkan risiko, dicap dengan label tertentu.
Setidaknya, saya memakai jubah ke kampus untuk keperluan peragaaan Living Qur'an, di mana pakaian itu secara fenomenologis menyampaikan pesan. Sebagaimana kala memakai baju adat Madura, orang-orang serba kikuk untuk memberi komentar di perpustakaan UUniversitas Nurul Jadid - UNUJA karena saya mengajar Living Qur'an dengan pakaian khas Jawa Timur ini.
Masalahnya, mengapa orang yang baru pulang dari haji dan umrah memakai jubah dan tidak pakaian adat?

 

Menuju Stasiun

Pak S berusia 79. Lelaki asal kota ini memiliki 8 anak. Di tengah perjalanan motor becak yang sedang melaju menuju stasiun kereta api Probolinggo ngadat. Ia pun turun dan memeriksa karburator. "Oh, pengapian busi tak berfungsi," ujarnya.
Apa rahasia Bapak masih sigap dan bertenaga? "Saya menjalani hidup apa adanya,"Jawabnya dalam bahasa Madura yang kental. Dalam 5 menit, kami pun melanjutkan perjalanan. Berdasarkan info ongkos dari kenek bus AKAS, saya merogoh dua lembar 10 ribuan. Kalau ada 5 penumpang sehari, ia telah mengantongi pendapatan melebihi UMR.

Lalu, saya sampai dengan lega seraya menambah tips, Rp5000 pada Pak S. ia pun tersenyum dan berlalu dari halaman stasiun.

Kedai Basmalah

Setelah salat di Annur, kami berhenti sejenak dan mereka apa yang harus diceritakan dalam hidup. Sebagai penanggungjawab program studi Akida...