Saturday, November 08, 2025

Kelas Berjalan


 Kami membahas topik Hermeneutika Kritis secara daring (online, atas talian). Di ruang kerja sama (Coworking space) stasiun Jatinegara, saya bersemuka secara maya dengan mahasiswa S2 Studi Islam. 

Apa maksud gerakan ganda dalam pikiran Fazlur Rahman? Apa mungkin menghadirkan masa lalu dan menyingkap masa kini untuk mengungkap tanda dari sebuah peristiwa? Semisal, apa pengertian dermawan di era nabi dan kini? Lalu, kala kita mwnggabungkan apakah secara konkret adalah sikap filantropis Peter Singer yang mendonasikan 80% gajinya untuk badan amal? 

Sebelumnya, saya mengisi kelas S3 yang mengulik epistemologi era klasik, modern, dan kontemporer. Dalam aspek ini, wangsit itu berada dalam periode mana? Sebab, saya merasa menerima pesan dari langit, yang gamang untuk menyebutnya, apakah ini ilham atau intuisi. 

Aha! Ternyata pesan untuk segera makan di restorasi itu didorong oleh rasa lapar, bukan bisikan dari atap gerbong.

Friday, November 07, 2025

Nurul Hidayah

Sepulang dari subuhan, saya ngobrol dengan Pak Sugeng, penasehat masjid, yang pensiunan BI. Kami bercerita Hebitren. Beliau bercerita bahwa karpet baru diganti. Pantesan, tadi saya merasakan kebaruan. Tambahnya, kami hanya perlu hitunga jam, uagn terkumpul dengan cepat, dan takmir membeli tikar sembahyang dalam waktu singkat. 

Di sini, saya bermakmum pada imam yang membaca surah al-Kahfi hingga ayat kesepuluh dan surat A-Tin di rakaat kedua. Tanpa zikir dan qunut, salat berlangsung khidmat. Saya juga memerhatikan keadaan masjid yang diresmikan oleh Pak Parjio, gubernur BI, yang bersih dan asri. Di pintu masuk, ada tempat mencuci tangan. Sebelum keluar, saya membersihkan tangan karena memungut daun yang jatuh dan memasukkan ke tong sampah. 

Pohon siwalan yang berdiri kokoh di banyak titik mengingatkan kampung halaman, Ganding. Kadang kita merasa nyaman apabila ruang itu menyediakan sesuatu yang familiar dengan keseharian kita, meskipun tak semuanya. Setidaknya, ada yang dimiliki bersama. Khalas.

 

Gus Duri, Pejalan Tangguh

Mas Gus Duri telah menembus halaman opini Jawa Pos kala masih kuliah S1 UINSA. Ia dan kawan-kawannya membentuk kumpulan laskar ambisius untuk berkarya di media. Lelaki asal Dungkek ini juga bikin portal untuk memberi ruang bagi penulis menyusun gagasan alternatif.
Sebagai pemikir di Poltracking, mahasiswa S3 UI ini sedang memoles tugas akhir terkait persepsi elektoral dalam telaah filsafat. Memang politik itu berkelindan erat dengan perasaan warga tentang calon, bukan pemahaman rasional. Kata Harari, sekelas Enstein tak akan memeriksa platform dan program kandidat.
Apa pun perdebatan, baik tentang politik dan kuasa, ia berakhir di meja Pagi dan Sore Tebet. Namun pertemanan hanya perlu kesepahaman, di mana kita hanya menghidupi keseharian dengan kehangatan dan keriangan. Sementara isu keagamaan yang kami bahas adalah kecenderungan dalam sunyi dan ramai dalam bakti, tanpa membawa belati. Sejati.

 

Kawan Hebat itu, Maulani

Mas Achmad Maulani adalah teman di Akidah Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kami mengenalnya sebagai mahasiswa yang penggila buku. Bertolak dari resensi di koran nasional, pemegang S3 Universitas Indonesia ini menulis opini di media nasional. Kedudukan intelektualnya yang kokoh tidak membuatnya nyaman di menara gading, lulusan master Universitas Gajah Mada ini juga menjaga dunia batin umat dengan mengisi pengajian bulanan di kampung halaman.

Sebagai staf khusus Menko Pemberdayaan Masyarakat, Maulani tetap membawakan dirinya sebagai santri yang dengan rendah hati senantiasa menyempatkan dirinya untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan santri, sebagaimana yang terakhir di Ma'had Aly Al-Mubaarok, Bondowoso bersama dengan Mas Baehaqi Bae.

Setelah sekian tahun, kami baru bertemu dan menyesap kopi dan menikmati tape sambil bercerita ke sana kemari. Hidup kini hanya memungut potongan kenangan dan selanjutnya melanjutkan kegiatan rutin yang tidak membosankan sebab kami tahu cara menyiasatinya. Menunggu itu mengasyikkan, sebab kita tahu waktu tiba itu hanya "fase" yang akan dilalui dengan riang. 

Lihat Lebih Sedikit


 

Thursday, November 06, 2025

Padang

Pak Surya berasal dari pondok Kauman Muhammadiyah Sumatera Barat. Beliau hadir pada Konferensi Tahunan Pendisikan Pesantren yang digelar oleh Majelis Masyayikh di Tebet.

Saya pun menyampaikan bahwa kami belajar pada Sumatera Tawalib, Hamka, Tan Malaka, dan Mohammad Hatta. Betapa menyenangkan melihat tokoh pondok menggunakan pakaian daerah.
 


Majelis Masyayikh

Setelah puluhan tahun tak bersua, kami bertemu. Dulu, Penerbit Jendela merekatkan tautan, kini kami membuhul ikatan dalam kegiatan Majelis Masyayikh. Mas Ali Formen ngelmu ke Selandia Baru, saya ke Malaysia, sama-sama persemakmuran.

Melihat pendidikan pesantren dari jauh dan dekat akan melahirkan sisi utuh dari lembaga pendidikan tertua tanah air. Namun, ia tidak dilihat kehendak dominan, tetapi perkongsian pengetahuan dan pembebasan.
Kebedaan tak dipandang sebagai kepisahan, tetapi kesatuan dalam mozaik. Sinarannya melahirkan pelbagai warna, dan inilah pesantren masa depan. Penegasan pondok sebagai institusi pengajaran ilmu keagamaan tidak keliru, namun membatasinya pada pengertian tidak menekuni ilmu kealaman adalah lancung.

Wednesday, November 05, 2025

Pintu Keluar

Segera kami keluar dari badan Pandalungan. Saya pun naik ke lantai dua, mencari kamar mandi dan kemudian salat subuh di musala stasiun Jatinegara. 

Kala tanya pada penjaga lift, ia menukas cepat, bapak punya banyak pilihan TJ atau LRT? Saya memilih Gocar, milik Nadiem. Sambil menungu AM, supir, saya menonton PSG dan Bayer Munchen di pintu masuk parkir. 

Gatsu? Damn it (baru 15 menit udah bahasa Jaksel), itu ujaran si pengemudi Gocar untuk menyebut Gatot Subroto. 15 menit kemudian, kami sampai di tempat kegiatan Konferensi Pendidikan Pesantren. Di lobi, saya memanggil video (video call) Zumi. Pelajaran apa hari ini? 

Menunggu? Kita siasati dengan bergiat apa saja, memerhati sekeliling, dan mengerjakan kebiasaan sehari-hari. Bosan itu terbit karena disorientasi. Lagipula ia kosa kata baru dalam bahasa manusia. Orang primitif tak mengenal lema ini. Dasar modern!

Kelas Berjalan

 Kami membahas topik Hermeneutika Kritis secara daring (online, atas talian). Di ruang kerja sama (Coworking space) stasiun Jatinegara, saya...