Tuesday, June 13, 2006

Kearifan Lokal atau Klenik?

Gempa di Yogyakarta membuat miris kita. Lalu, bagaimana mereka menghadapinya untuk menolak ini semua? Menggunakan Janur kuning. Tapi, Buya Syafi'ie menampik praktik semacam ini. Pendidikan dan pencerahan perlu disusupkan agar mencegah 'perbuatan' klenik. (lihat tulisannya berjudul Musibah di http://www.gatra.com/artikel.php?id=95321).

Tanggapan saya:

Janur kuning itu hanya simbol untuk tegar menghadapi musibah, sebagaimana simbol 'Allah' untuk tabah menjalani ujian hidup. Lalu, kenapa mereka memilih janur kuning, tidak Allah, lagi-lagi ini sebuah kemenangan kearifan 'lokal' atas 'global'. Mari, melihat peristiwa ini dari pelbagai perspektif. Mungkin, janur kuning itu perlu dimaknai lebih metaforik, bukan kasat mata. Sebab, orang awam hanya ingin lari dari kenyataan yang pahit.

No comments:

Sarwaan

Setelah membaca Yasin dan Tahlilan, kami membahas masalah kampung, seperti kebersihan lingkungan dan keperluan masjid. Pak Sofyan menyampaik...