Tiba-tiba, saya merenung adakah Wong Solo akan berkembang seperti KFC, Pizza Hut dan McDonald di negeri jiran? Mungkin tidak dalam waktu dekat ini. Adakah Pak Puspo berusaha untuk menyaingi gergasi kedai makan asal negeri Paman Sam dan Italia itu. Saya pun tak tahu. Mengapa barang lokal tak digemari? Karena seperti di Indonesia, warga Malaysia juga keranjingan sesuatu yang berbau luar, dari makanan, pakaian dan mobil. Padahal, kampanye mencintai barangan sendiri sering diiklankan di luar ruang. Apa daya, jenama asing terlalu kuat untuk dilawan dengan slogan nasionalisme sekalipun. MyFC dan MarryBrown saja yang merupakan kedai makan cepat saji seperti KFC tak mendapatkan sambutan. Ada ada sebenarnya?
Lalu, mengapa mal-mal besar hanya menyedikan makanan lokal di medan selera (sebutan untuk food court) dan tidak di tempat-tempat utama, seperti di dekat pintu masuk? Malah, di bandara sekalipun, tempat pintu masuk kedua negara ini, jaringan KFC, McDonald, dan Coffee Bean, menjadi penanda bagi kemegahan lapangan terbang. Mari berpikir sederhana tentang hal ini, sesungguhnya keengganan untuk menyukai barangan sendiri karena kita merasa lebih nyaman dengan selera lain, karena kita ingin menjadi orang lain, bukan diri sendiri.
No comments:
Post a Comment