Wednesday, January 01, 2014

Hari Pertama Tahun 2014


Semalam kami tidur lebih awal, dua jam sebelum detik tahun baru 2014. Si kecil mesti masuk sekolah untuk hari pertama setelah liburan panjang. Menjelang tengah malam, saya sempat terjaga karena suara mercon memekakkan telinga. Tak lama, saya terlelap lagi. Sebelum Subuh saya pun terbangun. Lalu, dengan bergegas saya menyegarkan muka, memasak air, dan menyapu lantai.15 menit kemudian, azan berkumandang melalui suara Hasib, tetangga sebelah rumah. Dengan baju koko dan sarung, saya pun beranjak menuju surau untuk bersembahyang jamaah. Encik Mansor memimpin ibadah kami.

Di Kedah, hari pertama tahun baru Masehi bukan hari libur. Setiap orang pergi ke tempat masing-masing untuk bekerja. Kami pun berangkat ke kampus ketika matahari masih bersinar lembut. Di kampus, saya pun membuka kembali buku Rolf Dobelli, The Art of Thinking Clearly. Meskipun saya pernah membacanya dan malah mengulasnya di rubrik buku Jawa Pos (23/6/13), namun menyimaknya kembali saya mendapatkan percikan tanda dan makna baru di sana-sini. Misalnya, di halaman 199 wartawan ini mengungkap bahwai suka atau tidak suka, kita adalah boneka emosi kita sendiri. Kita membuat keputusan yang rumit dengan merujuk pada perasaan, bukan pikiran. Oleh karena itu, mungkin kita tak lagi bertanya "Apa yang saya pikirkan tentang sesuatu?", tetapi "Bagaimana saya merasakan sesuatu?". Jadi, tersenyumlah! Masa depan tergantung pada langkah kecil ini.

Menjelang pukul 12, saya pun berjalan ke kantin Kuning Hijau untuk menikmati makan siang seraya menikmati lagu Ebiet G Ade melalui pemutar MP3. Setelah menua, saya begitu menikmati lagu-lagu ini karena temponya lambat dan diksinya kuat. Sepertinya, saya tak perlu bergegas, sehingga alam begitu nyata hadir dalam setiap langkah. Sinar mentari, nyanyian burung, tingkah manusia dan irama berebutan untuk hadir dalam tubuh dan jiwa ini. Seusai makan, saya mengayunkan kaki ke Perpustakaan Sultanah Bahiyah untuk mencari huruf-huruf yang tertera di banyak sudut. Kadang ragu menyergap, adakah ide-ide yang bertimbun itu bisa mengubah keadaan manusia? Tentu, ide itu akan mengubah apabila penekur mewujudkannya menjadi tindakan. 

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.