Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh
besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah terang
bulan bersama teman-temannya di halaman panjang (tanèyan lanjhang).
Kesehariannya di masa kecil dulu dihabiskan di sawah, sungai dan sekolah. Anak dari
Abdul Rahem ini belajar pertama kali aksara di surau Kiai Mohammad Tamhid, mengeja deretan huruf di madrasah Islamiyah dan mengenal Pancasila di SD Bataal Barat, dan melanjutkan ke pondok Annuqayah, tempat pertama kali mengenal Plato
(أَفْلَاطُون) dari Kiai Abdul Warits Ilyas.
Selain mengaji kitab kuning pada banyak kiai, ia ngawruh
ilmu pada Kiai Ahmad Basyir. Seusai sekolah di Aliyah, penikmat Rhoma Irama ini
melanjutkan ke jurusan Akidah dan Filsafat IAIN Sunan Kalijaga (1992), dan
program magister dalam bidang Hubungan Antar Agama (2003) lalu menyelesaikan
pendidikan doktoral program Filsafat dan Peradaban di Universitas Sains
Malaysia (2009) dengan disertasi tentang kajian hermeneutik terhadap analis
semantik Alqur'an Toshihiko Izutsu.
Penekun eksistensialisme tersebut pernah bekerja sebagai
penyunting di LKiS dan
menerjemahkan buku filsafat, seperti Truth and Methodnya Georg-Hans
Gadamer (2003). Selain itu, penggemar Bring Your Own Bomb SOAD ini sering menulis opini di banyak
koran nasional dan daerah untuk membahas banyak isu dalam perspektif pemikiran
kritis. Salah satu opininya adalah “Mudik dari Kebosanan” (KOMPAS) dan “Kehendak
Kuasa dan Kritik Filsafat” (Jawa Pos), Kosa Kata Tan Malaka (Majalah Tempo), Gus Dur (Koran Tempo), dan "Kealpaaan Rhoma" (Suara Merdeka) yang berpijak pada teori
eksistensial dan Epicurean. Pilihan tokoh dalam tulisan pendek ini jelas menunjukkan suasana batin dan lahir dari hidupnya.
No comments:
Post a Comment