Friday, June 23, 2006

Sang Fenomena

Jam dua belas saya beranjak tidur. Alarm telpon gengam menunjukkan angka 2.45. Ternyata saya terbangun pukul 2.44. Luar biasa. Brazil telah memesona dan menyihir jam tubuh saya. Dengan bergegas, saya mencuci muka dan menuju ke lift untuk menyaksikan pertandingan tim Samba pada putaran pertama melawan Jepang.

Tapi, tv di lantai bawah tidak hidup. Untuk tidak membuang waktu, saya kembali ke kamar untuk mengambil kunci motor dan melaju ke restoran Khaleel. Meskipun terlambat tujuh menit pertandingan, saya tetap merasakan degup jantung lebih keras. Geregetan makin kuat ketika pasukan samurai-biru melesakkan bola ke dalam gawan Dida. Tempik sorai pendukung Jepang membuat saya tak tenang. Namun dalam menit terakhir, Sang Fenomena menyamakan kedudukan lewat sundulan. Selanjutnya, saya menikmati keindahan dan keterampilan pemain Brasil dan mengakhiri pertandingan dengan skor 4-1.

Kemudian, tiba-tiba saya disergap tanya, mengapa saya sangat menyukai tim kuning-biru ini? Jika saya mengatakan karena mereka telah mengantongi juara dunia lima kali dan setiap pemain mempunyai talenta yang luar biasa dalam mengocek bola, semua orang yang menyokong tim besutan Pareira akan mengatakan hal yang sama. Lalu, adalah yang lain yang membaut saya betah duduk di depan layar tanpa mengedipkan mata sedikitpun. Bahkan, ketika menyeruput nescafe, mata saya tidak lepas dari tabung televisi untuk memastikan mengikuti pergerakan bola dari kaki ke kaki yang diperagakan tim Amerika Latin ini.

Mungkin agak kekanak-kanakkan, di papan meja belajar tertempel gambar empat pemain Brasil sebagai penanda bahwa saya penggembar berat mereka. Di tengah otak mencari alasan mengapa saya gandrung mereka, mungkin ini ditepis sejenak bahwa saya masih menanti cemas permainan selanjutnya. Jika Brasil lolos ke final, maka jadual tidur malam saya akan berubah.

Ronaldo yang dulu saya sukai (ketika di Korsel-Japan), sekarang ia telah menunjukkan 'taji'nya setelah lama didera kritik karena tampak malas dan tidak produktif. Masihkah, ia berhak menyandang gelar sang Fenomena? Tentu. Sebab ia telah mengemas 14 Gol, sebuah capaian yang menyamai rekor Gerd Muller, pemain bola Jerman.

No comments:

Syawal Ketujuhbelas

Biyya mendapatkan hadiah ulang tahun berupa novel dari Tante Ana. Dua anak imigran China di Melbourne, Australia hendak menautkan rasa di se...