Friday, May 04, 2007

Ketika Nestapa Dibincangkan

Forum Diskusi yang membincangkan Pekerja Indonesia di Malaysia yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia Universiti Sains Malaysia di Hotel Vistana 3 Mei 2007 dan dilanjutkan dengan pertemuan tidak resmi di Kafe Minden bersama mahasiswa Indonesia telah menerbitkan sikap optimis.
Merekam acara ini sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari kegigihan panitia untuk melibatkan langsung pihak terkait dan organisasi sosial kemasyarakatan dari kedua negara. Memang pernah terbersit ragu di sebagian mahasiswa yang terlibat dalam kelangsungan acara di atas, karena kita sepertinya mengukir di atas air. Tetapi justeru keraguan inilah yang mendorong panitia terus bergerak untuk mewujudkan impiannya agar saudara kita tidak lagi merasa kesepian. Akhirnya, halangan dan rintangan bisa dilalui.
Terus terang, kegiatan ini menjadi sangat mahal, untuk itu kami berusaha menebuskannya dengan bersungguh-sungguh membuat sebuah catatan tentang apa yang harus dilakukan pemerintah, masyarakat dan mahasiswa menghadapi persoalan TKI.
Sesi pertama yang dimoderatori oleh Dr. Wahyudi Kumorotomo ini melibatkan Dr. Ir. Arifien Habibie, MS (ketua Pokja Perlindungan TKI), Perwakilan Imigrasi Malaysia, Prof Madya Dr Arndt Graf (Dosen Jerman di USM), Prof Madya Haji Mohd Haji Mohd Yusoff (Timbalan Dekan Komunikasi), dan Muhammad Iqbal, S. Psi, M.Sos.Sc (Pakar Perburuhan). Pada bagian pertama ini panitia berusaha untuk memahami masalah TKI dan jalan keluarnya. Lalu, bagian kedua panitia berusaha mendengar langsung pengalaman Datuk Raja Zulkepley Dahalan (Presiden Persatuan Agensi), En. Faruk Senan (majikan), Ibu Farida (pembantu), Neng Arni dan Sri Yuliarni (Pekerja Pabrik), dan Ahmad Zaki, Lc (pegiat buruh dan ketua Forkommi wilayah Utara).
Di dalam brosur kegiatan, informasi tentang tujuan forum ini sangat jelas yaitu meningkatkan kepedulian kita terhadap pekerja, mengumpulkan data tentang mereka, menilai kembali kebijakan-kebijakan Pemerintah RI, mengembangkan kerjasama antara kedua belah pihak, baik antara pemerintah maupun bukan pemerintah (lembaga swadaya masyarakat).
Kehadiran teman-teman dari UM dan UIAM membuat pertemuan ini tidak sekedar upacara, tetapi lebih jauh membongkar 'ketidakbecusan' masyarakat Indonesia tentang nasib pekerja yang mencari nafkah di negeri Jiran ini. Kritik Bang Amin terhadap perundang-undangan berkaitan dengan pekerja yang hanya menguntungkan pihak pemerintah kedua negara dan majikan tentu menjadi sebuah pertimbangan penting untuk melahirkan sebuah rekomendasi dan akhirnya ke dalam mendorong mahasiswa USM untuk tidak lagi hanya bermain kata-kata tetapi juga mewujudkan gagasan besar itu ke dalam aksi nyata bersama para pekerja.
Dalam seminggu ini, tim perumus mencoba untuk mencatat kembali sebuah perhelatan penting bertajuk "Pekerja Indonesia di Malaysia: Strategi Komunikasi dan Harmonisasi". Kami telah memperoleh banyak bahan, baik artikel, presentasi (rekaman), dan perbincangan tidak resmi untuk menghasilkan sebuah rumusan yang menyeluruh. Namun demikian, kami sadar bahwa sumbangan teman-teman Mahasiswa seluruh mahasiswa akan menyegarkan pembacaan kami terhadap masalah yang acapkali menggelayuti para TKI.
Tim Perumus:
Ahmad Sahidah, Wahyudi Kumorotomo, Puji Harto, Supriyanto dan Alhilal Furqan

No comments:

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dengan Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga. Meskipun cuma seb...