Banyak koran memuat refleksi terhadap tahun baru hijriyah 1429, baik secara historis, filosofis mauhupun religius. Tentu saja, ini membantu kita untuk turut serta memberikan tafsir terhadap tahun baru kali ini. Paling tidak, saya telah membaca uraian Said Aqil Siradj (Republika), Mustafa Bisri dan Azyumardi Azra (Jawa Pos).
Intinya, kita harus berusaha meneladani hijrah Nabi pada 622 M dari Mekkah ke Madinah, sebagai penanda permulaan tahun Islam. Keinginan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik disertai tindakan konkrit. Tanpa keyakinan, peristiwa semacam ini tidak akan terjadi karena ia meninggalkan kehidupan yang telah dijalani, diakrabi dan bahkan tanah kelahirannya. Masa depan yang masih 'temaram' di tanah yang masih asing tidak menyurutkan langkah Nabi memulai hidup baru.
Bagi saya, hidup baru adalah melanjutkan apa yang telah dilakoni sebelumnya dengan penuh kesungguhan dan kedalaman. Selamat tahun baru, kawan!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Pagi Sore
Dari Bidakara, saya dan Mas Duri ke warung Padang Pagi Sore. Anehmya, kami menikmati makan malam. Saya merasakan kenyal kikil dan menyedap c...
-
Buku terjemahan saya berjudul Truth and Method yang diterbitkan Pustaka Pelajar dibuat resensinya di http://www.mediaindo.co.id/resensi/deta...
-
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
No comments:
Post a Comment