Monday, August 18, 2008

Senin dan Hujan

Sebelum saya menginjakkan kaki di parkir kampus, hujan menderas. Serta merta saya menambah kencang tarikan gas agar segera sampai. Meskipun demikian, baju depan dan celana saya basah, tapi tidak kuyup. Andaikata saya tidak mampir ke toko 24 jam 7Eleven untuk mengambil koran the Sun, mungkin saya tidak akan kehujanan. Di sana, saya malah sempat bersua dengan Pak Suharma, mahasiswa PhD Bidang Kerja Sosial, yang sedang membeli rokok Gudang Garam.

Akhirnya, dengan bergegas saya memasuki ruangan komputer kampus. Pakaian basah dan ruangan dingin tidak membuat nyaman tubuh. Anehnya, dengan angin AC, pakaian pun kering. Mungkin karena panas tubuh, bukan dingin penyejuk ruangan. Hujan tambah deras. Setelah membaca sekian koran on line, saya merasa perut keroncongan. Saya sempat membaca tulisan Ulil Abshar-Abdallah di koran Tempo, 'Dunia Islam setelah Olimpiade Beijing'. Sebuah gagasan yang menohok dan sebenarnya pernah saya baca sebelumnya karena diterakan di blog pentolan Islam Liberal ini. Di sela membaca berita dan opini, saya menyempatkan mengirim sebuah artikel opini untuk salah sebuah surat kabar nasional.

Mungkin, banyak orang enggan keluar dalam keadaan hujan lebat. Tetapi, tidak saya. Justeru, saya menikmati jatuhnya butiran hujan langsung ke payung yang saya genggam. Air yang mengalir di aspal dan bunyinya yang indah di selokan membuat saya betah berjalan di tengah hujan. Saya memerhatikan kampus itu tiba-tiba terasa sunyi, meskipun masih ada beberapa mobil berkeliaran dengan lampu yang redup. Di warung, saya sengaja memilih tempat duduk di dekat jendela agar bisa melihat lebih dekat tetesan hujan menghunjam bumi. Ya, sambil minum kopi panas dan kroket dingin, saya berkutat dengan buku tentang Kebahagiaan. Aristoteles, dalam buku ini, menyatakan bahwa kebahagiaan itu ditentukan oleh kita, bukan orang lain. Sebuah lontaran yang menantang siapa pun untuk tidak lagi berpaling dari dirinya meraih kesenangan dan makna dalam hidup. Ya, di sini kebahagiaan bukan hanya pemenuhan badaniah tetapi juga spiritual.

No comments:

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.