Thursday, October 29, 2009

Orang-Orang Surau (1)

Encik Yusuf tak pernah bosan membangunkan penghuni flat untuk berjamaah subuh melalui azan yang dikumandangkan. Pengurus surau tersebut menunjukkan keberpihakannya dengan tindakan, tak banyak bicara, bahkan di dalam sebuah musyawarah pengurus surau yang pernah saya ikuti. Namun, bapak tiga anak ini tidak menutup diri dari orang lain, malah sengaja menempelkan pengumuman di pintu surau bahwa siapa siapa boleh menghubungi beliau melalui telepon seraya menerakan nomor yang bisa dihubungi. Pak Mawardi setali tiga uang, tanpa banyak bersuara, peneliti di kampus Universitas Sains Malaysia ini dengan istiqamah selalu mengimami jamaah shalat fardu. Tak hanya itu, lelaki kelahiran Makasar ini juga kadang tidak hadir karena memilih berjamaah di masjid kampus. Keduanya tampak kompak memakmurkan musolla yang tak begitu besar itu, meski jarang kelihatan bercengkerama.

Ada lagi sosok yang bukan orang surau, tetapi telah menjadi penanda bagian dari suasana maghrib karena penjual roti itu selalu membunyikan bel tak lama sebelum atau sesudah azan. Kadang, saya tak mendengar lantunan ajakan shalat itu, namun suara bel menjadi simbol lain untuk bergegas ke lantai bawah. Hebatnya lagi, penjual roti tak pernah libur, kecuali hari Ahad, dan selalu setia mengunjungi pelanggan dengan sepeda motornya yang telah dimodifikasi untuk tempat berjualan. Kegigihan pak tua itu memang patut dikagumi karena lelaki berdarah Tamil itu menjalani perniagaannya selama 25 tahun.

Jamaah lain yang sering hadir adalah Ali, mahasiswa Timur Tengah, yang juga menempati flat Bukit Gambir. Tanpa segan calon PhD jurusan komputer meminta salah seorang jamaah untuk menunda iqamah, pertanda akan dimulainya shalat, untuk menunggu anggota jamaah yang lain. Namun demikian, shalat Subuh itu hanya disesaki enam atau tujuh orang, tidak lebih. Mungkin, pertanyaannya, adalah alasan Muslim mengelak dari shalat berjamaah semetnara mereka berada di rumah, lainnya pada waktu lain, seperti Maghrib, Zuhur, dan Ashar, mungkin kebanyakan masih berada di luar, bekerja atau belajar.

No comments:

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.