T-Shirt bertuliskan Granat dengan dua tangan menggenggam granat tampak aneh karena di bawahnya tertera Peace and Love. Baju tersebut adalah baju kebanggaan sekumpulan pekerja Indonesia yang bekerja di perusahan tekstil Toray, sebuah perusahan pemintalan kain Jepang. Mas Wawan, salah seorang dari mereka, menceritakan bahwa bahan untuk pabrik ini didatangkan dari Indonesia. Di sela berbincang menikmati lomba karaoke, temannya yang lain datang, Miftah, yang sengaja diminta hadir untuk memastikan kenalan mereka dari kampus. Ya, mereka berdua telah mengenal beberapa mahasiswa dari kampus tempat saya belajar. Ternyata aktivis yang bergiat di bidang dakwah dan bernaung di bawah partai yang banyak digawangi oleh pegiat dakwah kampus ini telah berhasil menggalang jaringan hingga ke pabrik.
Para pekerja Indonesia tampak antusias mengikuti persembangan lagu, terutama dangdut, dari penyanyi undangan dan bertambah bersemangat ketika lomba karaoke dipagelarkan. Mereka betul-betul penikmat sejati dangdut. Tak ayal, ketiga salah seorang peserta membawakan lagu Raja, penonton tak bisa menyembunyikan kekesalannya karena ia menyisipkan kata-kata saya tak suka dangdut. Sebelumnya, mereka mendengarkan sambutan dari ketua panitia, Pak Karnadi Kasan Sardji dan konsul Jenderal RI, Pak Moenir Ari Soenda, lalu disisipkan pemutaran potongan gambar korban Gempa yang telah dilatari lagu Opik, Bila Waktu Telah Berakhir, sehingga penayangan bencana itu tampak lebih kuat menyentuh rasa.
Acara inti, refleksi Sumpah Pemuda, dibawakan oleh peneliti dari Universitas Sains Malaysia, yang menutup ceramahnya dengan pembacaan Teks Sumpah Pemuda. Dengan tangan terkepal, mereka mengikuti pembacaan sumpah yang pertama kali dibacakan pada 28 Oktober 1928. Setelah acara menyongsong Sumpah Pemuda usai, saya pun turut larut dalam kerumunan, menikmati lagu. Dari sekian nyanyian, saya benar-benar menikmati lagu Seni Rhoma Irama, yang dibawakan oleh Edi Santoso. Meski suara pas-pasan, namun pengaruh musik yang mengiringinya yang menghentak tak ayal membuat kaki saya turut menghantam lantai. Herannya, para pekerja yang sebelumnya turun ke lantai depan panggung dan berjingkrak-jingkrak tampak kikuk dengan lagu Bang Haji, malah sebagian duduk.
Lalu, sumpah pemuda itu menjelma menjadi dangdut.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Murid Sunan Kalijaga
Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
1 comment:
SUMPAH PEMUDA....
jangan tanyakan naskah sumpah pemuda kepada pemuda dan pemudi masa kini...
karna bisa dipastikan mereka tidak hafal...
apakah ketidak hafalan mereka terhadapnaskah sumpah pemuda membuat mereka tidak menghargai serta menghormati sumpah pemuda???
salah besar...
karna sumpah pemuda tidak hanya untuk menghafal naskahnya saja..
tetapi bagaimana kita berperan membangun pemuda-pemudi negeri kita ini untuk maju dan mandiri...
pemuda sekarang hidup dijaman serta era yang berbeda dengan ja,an dahulu...
pemuda-pemudi sekarang sangat berperan membangun bangsa ini...
dengan berbagai cara mereka membangun negeri ini...
jangan anggap remeh pemuda-pemudi jaman sekarang...
ajangan hanya melihat dari keterpurukan serta kerendahan moral para pemuda-pemudi sekarang...
majulah para pemuda serta pemudi negeriku...
bangun negara kita agar lebih mandiri dan maju.
Iklan
Post a Comment