Saturday, August 13, 2011

Hujan Lebat di Hari Pertama

Kemarin, halaman dan tanah di pot bunga ini kering. Hari ini, hujan deras mengguyur bumi Jitra, Kedah. Bau khas tanah menyeruak. Butiran air tumpah dari langit. Tak lama kemudian, sisa basah tampak jelas terlihat. Setelah lama tak menikmati hujan, kami menemukan kegembiraan yang luar biasa. Tak pelak, saya berkicau di akun twitter, " Kita berkuasa memberikan makna pada setiap peristiwa. Kepada hujan deras hari ini, saya anggap berkah yang tumpah di hari pertama."

Ya, kami baru pindahan ke rumah baru, sebuah perumahan khusus untuk civitas academica UUM. Dengan diantar staf kampus, Encik Tajuddin yang ramah dan baik hati, kami berangkat dari penginapan menuju Taman Siswa. Di tengah perjalanan, kami sempat berbelanja di toko peralatan rumah tangga. Semuanya tampak baru. Siapa pun tentu merasa teruja dengan kebaruan, meskipun hakikatnya semua adalah perulangan. Bagaimanapun, sudut pandang kadang mendatangkan perasaan yang lain. Jadi, rasa nyaman itu adalah mudah.

Duh, tiba-tiba cericit burung memecah sore. Saya yakin burung itu sedang bertengger di salah satu dari dua pohon yang berdiri kokoh di halaman. Suara anak-anak kecil turut meramaikan hari menjelang senja. Nabbiyya pun bergegas ke luar bersama ibunya. Malah, si kecil sempat berkenalan dengan dua anak tetangga, Muhammad dan Nuruddin. Dengan mengenal dunia baru, keduanya tak akan pernah merasa asing. Demikian pula, di tengah perubahan yang cepat, kita berkejaran dengan waktu agar tak merasa kesepian. Untuk itu, mengenal kehidupan itu adalah perlu dan ini hanya dimulai dengan sapa.

1 comment:

M. Faizi said...

tulisan yang bening dan segar, seperti hujan yang tidak terlalu lebat

Mengenal Pikiran

Kaum idealis dan materialis melahirkan turunan cara berpikir. Saya memanfaatkan keduanya tatkala mengajar Filsafat Takwil di Universitas Nur...