Monday, January 16, 2012

Penelitian, Pengetahuan dan Tindakan

Saya mengikuti bengkel penelitian. Kegiatan tersebut menyegarkan kembali gairah menerokai sumber, baik bacaan, masyarakat, dan pandangan pakar. Yang pasti, penelitian apa pun mengandaikan tenggat. Tentu saja, peneliti harus membuat batasan, metodologi, tujuan, kepentingan dan akhirnya sistematika agar pekerjaan ini terarah. Pada gilirannya, data perlu ditafsirkan agar informasi itu bisa dipahami dan dibaca oleh khalayak. Proses penjarakan ini tentu menempatkan saya pada ruang yang terpisah dari realitas sesungguhnya, bahkan meskipun saya menggunakan pendekatan etnografi terhadap objek penelitian.

Penelitian tentu tak datang tiba-tiba. Ia lahir dari kegundahan dan tentu saja harus menimbang kajian sebelumnya, yang biasanya dibahas dalam bahagian kajian literatur. Di sini, kita bisa membandingkan andaian 'hasil' penelitian sendiri dengan milik orang lain. Objek kajian bisa sama, namun pendekatan yang digunakan akan mewarnai cara pembacaan. Adakah pengulangan tak terelakkan? Haruskah masih mengangkat objek kajian yang telah dilakukan oleh orang lain? Tentu, kita bisa bermain di wilayah sampel, informan, dan lokasi penelitian, yang belum pernah digarap oleh peneliti lain.

Kadang, saya berpikir keras, adalah kita masih perlu menyelongkar apa yang terjadi dengan manusia? Bukankah kata Marx kita tak perlu lagi memahami manusia, sebab kita hari ini perlu mengubahnya. Ya, pengetahuan dan sejarah ide-ide tak pernah beranjak dari tanah asalnya, Yunani. Kita hanya mencomot pemikiran sesudahnya yang tak berdaya di bawah sinaran kemilau kesarjanaan negeri para Dewa itu. Lalu, adakah Ibn Khaldun sebagai perintis sosiologi layak untuk menggantikan Emile Durkheim? Mengapa kita harus tak terperangkap dalam teori-teori eurosentrisme? Masih mungkinkah kita mengail cara pandangan Eropa tentang diri kita? Mari keluar dari sekatan ini agar kita tak berada dalam kotak Barat dan Timur dan akhirnya susah bernapas secara lega. Kita hanya perlu meletakkan semua di atas meja.

*Kopi pahit itu membuat mata ini menyala.

No comments:

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.