Sunday, August 10, 2014

Politik (Tidak) Matang

Pemilihan presiden telah usai. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah mengumumkan pemenang calon pasangan nomor 2, Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Sebelumnya, kedua calon dan pendukungnya bertempik-sorai menyatakan diri mereka sebagai pilihan terbaik. Akhirnya, rakyat menentukan siapa yang layak.

Namun, permainan tidak sampai di sini. Gugatan pasangan nomor 1 di Mahkamah Konstitusi menyeret kita lagi pada drama menegangkan. Kalaupun pemilihan di beberapa Tempat Pemungutan Suara akan diulang, namun selisih suara yang cukup banyak, sekitar 8 jutaan, mungkin tak akan mengubah keadaan. Tetapi, sistem politik kita memungkinkan ini semua. Betapa bawelnya demokrasi! Kita memang terbelah. Hanya saja, para petinggi lebih norak dan menyebalkan. Semestinya, Rhoma Irama mengingatkan kawannya, Prabowo Subianto, dengan nomor lagu yang saya suka, "Pesta Pasti Berakhir". Segala sesuatunya pasti harus disudahi, termasuk perburuan kekuasaan.

Ah, seandainya dua pemain yang ada di sampul majalah Tempo (Juli 2014) segera bertukar kaos, mungkin hiruk-pikuk dan kebisingan tidak berlarut-larut. Sayangnya, perebutan kekuasaan tidak sesederhana perburuan kemenangan dalam pertandingan sepak bola, yang memungkinkan wasit meniup peluit panjang sebagai tanda akhir permainan. Jelas, gugatan itu itu mengandaikan perpanjangan waktu. Seorang pengamat memberikan peluang 50-50 pada keduanya, sehingga ketegangan makin memuncak tak karuan. Malah, aroma kekerasan sempat meruap di tengah proses persidangan. Mungkin hanya sesumbar, tetapi ia bisa membakar. Jelas, proses ini menghabiskan biaya mahal. Semoga hasilnya nanti setimpal. 

2 comments:

M. Faizi said...

urusan mungkin jadi sangat berat karena telah menghabiskan banyak dana untuk semua. saya suka tulisan-tulisan Anda

Ahmad Sahidah said...

Mas Kyai M Faizi, biaya politik begitu mahal. Saya tak habis pikir bagaimana calon wakil rakyat bisa berhutang untuk mengongkosi kemenangannya. Sialnya, ada yang kalah. Tak hanya buntung, peminjam juga "agerundung".

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.