Monday, December 29, 2014

Empati

Mereka adalah pelajar yang sedang mengambil mata kuliah Projek Khidmat Komuniti (Proyek Pelayanan Komunitas). Selain belajar pelbagai teori di kelas, mereka harus turun ke lapangan. Ternyata, ada jarak, meskipun siapa pun tak bisa mengabaikan yang pertama.

Atas permintaan dosennya, saya menemani mereka untuk membantu sebuah pusat autisme di Kampung Tradisi, tak jauh dari kampus. Di sana mereka berbagi tugas, sebagian membersihkan lingkungan, memasak dan menemani anak-anak yang mengalami autis, baik aktif maupun pasif.

Luar biasa, mereka menemani anak-anak super-aktif dengan pelbagai kegiatan, seperti nyanyian, aneka permainan dan makan siang bersama. Menarik, betapa anak-anak itu begitu tertib dan mengikuti kegiatan dengan riang. Hanya saja ekspresi keriangan pelbagai, baik gerakan maupun ekspresi wajah. Oh ya, Syafiq, salah satu dari mereka membawakan lagu Sandiwara Cinta, Republik, dengan begitu bersemangat. Uh, dada ini hampir runtuh melihat seorang remaja bersongkok hitam yang menyanyi dengan segenap jiwa dalam keterbatasan tubuhnya. Ada getaran lain yang merangsek, menggedor jantung.

Sunday, December 14, 2014

Menikmati Sore

Kebiasaan hari-hari terakhir ini adalah duduk di warung makan Yasmeen kampus seraya menyesap kopi dan sekali-kali membuka buku. Kalau pun bacaan tak menarik perhatian, setidak-setidaknya segelas kopi membuat mata ini menyala.

Mentari hangat. Angin menerpa daun. Lalu-lalang orang. Semua bertukar tempat di kepala. Sekali waktu saya bertemu dengan bekas mahasiswa atau pelajar yang sedang mengambil mata kuliah Sains Pemikiran dan Etika (SGDN1043).

Meskipun telah lama saya memebeli buku ini, namun saya belum membacanya hingga ke halaman terakhir. Buku tipis ini adalah pengantar yang lengkap. Lalu, haruskah kita membuka tiga buku besar Kant untuk memahami isi kepalanya? Setiap orang memiliki pilihan. Filsuf bukan hanya karyanya, tetapi juga kisahnya. Membaca sejaranya, kita bisa membayangkan pikiran-pikirannya, bukan? 

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.