Sunday, June 18, 2017

Ramadan di Bukit Kachi [22]


Kami telah merencanakan untuk pergi ke mal Aman Central untuk terakhir kali di bulan Ramadan. Sesampai di sana, ibu Biyya segera menuju ke Ayam Penyet untuk memesan meja dan makanan. Alamak! Satu jam sebelum berbuka, meja telah tertulis telah dipesan. Lalu, kami pun memutuskan tempat lain dengan menyisir warung makan di sekitarnya. Ternyata, Kenny Rogers, McD, KFC, Jhonny's, dll telah dipesan. Itulah mengapa kami tidak memboikot waralaba asing, karena dalam keadaan darurat mereka bisa menjadi tempat berlindung dari kelaparan.

Lalu, kami pun bergegas ke lantai 4, tempat medan selera, sebutan food court bagi warga Semenanjung. Ternyata, ada meja kosong di kedai steak yang bertema perahu. Setelah duduk, kami memeriksa menu. Aduhai! Satu porsi seharga RM 18. Setelah berpikir keras, kami pun beranjak. Aha, ternyata medan selera di lantai 3. Alhamdulillah, banyak gerai makanan lokal di sana. Untungnya, ada deretan meja kosong yang menyisakan kursi. Ternyata pada deretan ini, Pak Fauzan dan kawan-kawan telah memesannya dengan meletakkan tiga piring berisi nasi dan lauk.Akhirnya mereka yang tampak dalam gambar berdatangan seraya berbinar melihat kami juga ada situ. Dua orang ibu yang berada di depan isteri Pak Fauzan adalah mahasiswa S3. Tentu saja, Syafin menarik perhatian kami.

Ibu Biyya memesan 3 nasi ayam yang berharga RM 6 seporsi dan saya berdiri antri membeli minuman. Mas Aim, panggilan untuk Ibrahim, sempat menawarkan diri untuk membelikan minuman, tapi saya mencegahnya dan mengucapkan terima kasih. Riuh-rendah pun bersahutan. Kegembiran ini disempurnakan dengan foto bersama yang diambil oleh salah seorang lelaki remaja yang juga sedang menunggu azan magrib. Berkah ini tak hanya berhenti di sini. Dengan menimbang pembatalan makan di warung steak, saya telah menyelamatkan sekian ringgit dan menggunakannya untuk mendapatkan buku How Trump Thinks oleh Peter Oborne dan Tom Roberts di toko Populer yang terletak di lantai dua. Zumi dibelikan sebuah tas agar ia bisa menggeretnya di bandara nanti ketika mudik sehingga tak mengganggu kakaknya yang jauh-jauh jari dibelikan tas berwarna ungu. Hasrat itu banyak, tetapi pemenuhan harus dipilih (tunneling) agar tak menghabiskan bandwidth kita sehingga kelangkaan menyandera.

No comments:

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.