Wednesday, August 17, 2022

Refleksi Tujuhbelasan

 

Mengapa perenungan berada di kedudukan tertinggi dalam keberadaan manusia? Ini terkait dengan padangan Aristoteles.
Ia memeriksa kembali kesenangan dan kehormatan. Boleh jadi keduanya tak diuji dengan saksama. Bila menunda, kita hendak merengkuh keseronokan dan kekuasaan yang jauh lebih murni.
Tetapi, khalayak berpikir bagaimana memenuhi kenikmatan. Kaum bijak pandai akan memastikan agar orang ramai makan, berteduh, dan berhibur. Kaum agamawan seeloknya menjadikan mimbar sbg tempat menyanpaikan kisah kegembiraan. Kaum filsuf bersedia menggeser diksi agar mudah dimengerti.
Setelah mati, setiap individu akan ditinggalkan, bahkan oleh orang paking dekat. Kalaupun diingat, itu dilakukan untuk penggalangan dukungan politik. Kehidupan riuh rendah terkait politik identitas dalam sejatinya terkait dengan kepala yang kosong dan berisi buku. Kita hanya perlu mendorong orang untuk membaca agar bisa mencerna.

No comments:

Syawalan Keduapuluhlima

Tujuan utama dari karya saya ini adalah melebihi epistemologi keilmuan Islam tradisional. Apa yang terlalu sering dielu-elukan sebagai sesua...