Saturday, September 17, 2022

Selamat Hari Malaysia

Kami telah meninggalkan negeri ini selama hampir 4 (empat) tahun. Zumi masih menyebut rosak, untuk rusak. Ia masih mengingat "old house", rumah asrama SME Bank UUM. Kami masih sering tertawa bila kenangan di loteng tatkala hujan, "lulusan" murid TK UUM IS menyebut "baby raining" untuk gerimis.
Biyya tentu berlimpah perhatian. Di hari ulang tahun, pengurus asrama (JKPS) hadir untuk membesarkan hatinya. Malah, di hari libur, kami tak merasa kesepian sebab ada kehidupan lain yang menghiasi kediaman, seperti kabus (kabut) yang berarak di atas bukit, monyet yang tak menjadi manusia karena gagal belajar filsafat, dan termasuk makhluk halus yang mengetuk-ngetuk lantai bawah pada suatu malam.
Untuk turut merayakan Hari Malaysia, saya memainkan lagu-lagu jiwang, 90-an, yang mencerminkan wajah negeri jiran yang lain. Mungkin pesona Melayu lama kian pudar dan kini hampir seragam. Setidaknya, grup musik rock Dinamik menunjukkan negeri Siti Nurhaliza yang berhasil menyusun bait pernuh makna dan melukiskan kemajemukan, karena anggotanya berasal dari Pahang dan vokalisnya dari Sarawak.
Bila saya segera nyaman di tempat baru, asrama Restu USM, karena saya telah menikmati lagu-lagu 90-an sejak di kampung, Madura, Iklim dengan Suci dalam Debu, dan sering mendengar lagu mereka melalui Global FM Yogyakarta. Pasti teman sekamar saya yang baik, Pak Iskandar Dzulkarnain tahu betapa saya menggandrungi senandung dari Semenanjung, seperti Awie, Ella, dll. Gemuruh Wings itu adalah racikan dari langit.
Kini, Malaysia memasuki era yang penuh tantangan karena gerakan Reformasi, tumbangnya UMNO, dan lahirnya politik baru justru menghadapi keadaan tidak menentu akibat pengaruh global, seperti polarisasi, perang, dan konflik Timur Tengah, sebagaimana juga dialami di negara kami dan tetangga yang lain. Pandemi telah menggungcang sendi-sendi ekonomi.
Apa pun, kami nanti akan silaturahim untuk mengukuhkan kejiranan bersama Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam dan tetangga yang lain. Bila kita bisa berdampingan dengan damai, kita bisa hidup permai. Usah hirau dan gentar dengan kuasa besar yang hendak mencaplok kedaulatan negara-negara kawasan.

 

No comments:

Syawalan Keduapuluhenam

saya pernah mengulas buku berjudul Santri Kendilen bersama Pemuda Desa Alastengah. Karya KH Zainul Mu'ien tersebut membahas pengalamann...