Ketika usia makin beranjak, biasanya raga makin lambat bergerak. Meskipun tak bisa dikatakan sudah mendekati tua, tapi pikiran saya sudah tak bisa diajak berlari. Otak sudah dipenuhi pelbagai pengalaman dan pertimbangan. Tak bisa lagi secepat angin memutuskan segenap persoalan. Atau ini adalah sebentuk kearifan, bahwa kita tak perlu beradu dengan deru?
Justeru, tak jarang masa lalu berkelebat menggoda untuk hadir kembali. Masa muda yang hanya mengenal ‘lawan’ dan menepis kemungkinan resiko dihadapkan dengan kegagalan. Coba tengok musiknya, keras dan menggelegar memecah angkasa. Bacaannya selalu ingin mengubah keadaan, meskipun keadaan tak pernah lepas dari ketidakadilan.
Pagi ini saya mencoba mendengarkan lagu-lagu Skid Row. Meskipun tak segarang heavy metal, tapi gebukan drumnya mengingatkan saya hari Idul Adha di masa kecil karena kami juga bersemangat melaungkan kalimat suci dengan menabuh bedug di Masjid, terutama lagu Youth Gone Wild. Sayangnya, pengeras suara (speaker) yang membantu menaikkan suara tak bisa menggerakkan jendela, penanda bahwa ia tak mampu memekakkan telinga. Tapi, cukuplah untuk menaikkan adrenalin agar pagi tidak beku oleh sisa hujan semalam.
Ah, ingat malam! Saya mempunyai mimpi yang menjadi kenyataan. Saya memiliki benda yang tidak saya bisa gunakan karena ada syarat yang tak terpenuhi. Paginya, saya mendapatkan surat elektronik atawa email dari seorang redaktur Surat Kabar Jakarta Post bahwa tulisan saya harus disusun kembali:
Dear Pak Sahidah,
Thank you for your contribution. We apologize for keeping you waiting. After a thorough reading and re-reading, we decided not to print your article. While your arguments are valid, we feel the piece as a whole reads much more like an academic, philosophical paper which will be difficult to digest for our average readers. We offer you to rewrite it and come up with more concrete ideas as to how text relates to its social or historical context. You can give some examples perhaps. Look forward to hearing from you.
Best regards,
[ ] Maaf tidak diterakan!
Meskipun tak seluruh lagu Skid Row membuat hati riang, tapi kebanyakan liriknya memancarkan pemberontakan yang memantik semangat. Apalagi, cabikan gitar dan pekikan suara sang penyanyi cukup menghentak.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mengenal Pikiran
Kaum idealis dan materialis melahirkan turunan cara berpikir. Saya memanfaatkan keduanya tatkala mengajar Filsafat Takwil di Universitas Nur...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment