Sunday, June 01, 2008

Dosa Saya kepada Kucing Coklat Itu

Tadi pagi, sesudah subuh saya menemukan kucing coklat itu kembali. Dia tampak merayu untuk diajak kembali ke kamar flat. Lalu, saya mencoba menahan pintu lift (bahasa Malaysia pengangkat) agar ia turut serta ke lantai sembilan. Ups, saya ingat bahwa saya sedang menerima tamu dari Medan, yang mungkin tak berkenan dengan kehadiran binatang. Saya berlari kecil dan menutup pintu kamar.

Sebelumnya, saya pertama kali berteman dengan kucing ini beberapa hari yang lalu. Tiba-tiba, ia mengikuti langkah saya dari lantai bawah. Setibanya di pintu, dia bergeming, tak beranjak masuk. Dengan mengelusnya, kucing itu kemudian tampak tenang dan berkenan masuk ke kamar. Saya membiarkannya dia bermain, melompat dan naik ke meja belajar mencari cahaya di balik jendela. Akhirnya, dia keluar bersama, karena saya mempunyai urusan di luar.

Dua hari yang lalu, dia tiba-tiba telah ada di depan pintu. Saya terkejut ternyata daya ingat kucing coklat ini yang luar biasa. Saya memberi sinyal agar dia masuk, tetapi masih malu-malu. Lalu, saya mengambilnya dan kemudian meletakkannya di karpet. Sekarang, dia tidak sungkan naik ke kasur, saya pun membiarkannya. Padahal dulu, saya sangat anti binatang ini masuk kamar. Lama-lama, dia tampak kuyu, mungkin mengantuk. Eh, dia akhirnya tertidur juga. Saya pun menemaninya dan tertidur.

Kucing coklat yang saya panggil Hermes (dewa Yunani) ini pamit keluar. Kami pun berpisah pada hari itu.

***

Di sepotong Sore itu, ketika saya membuka pintu lift, kucing coklat itu berada di pojokan menahan matanya yang terkantuk-kantuk. Saya memerhatikannya, tapi dia acuh, seakan tak pernah kenal. Padahal, kami pernah tidur bersama. Lalu, dengan lembut saya mengelus kepalanya, tiba-tiba dia melonjak dan berusaha menjilati sarung. Sayang, saya harus pergi ke surau untuk menunaikan shalat jamaah Ashr. Dengan berlari kecil, saya meninggalkannya. Khawatir, dia mengikuti saya hingga ke tempat sembahyang.

Sesudah berjamaah, saya pun kembali dan berharap cemas apakah kucing itu masih ada di lift. Sayangnya, dia telah beranjak pergi. Namun, saya masih menyisakan harap bahwa ia akan menunggu di depan pintu kamar, ternyata juga tak kelihatan.

***

Di sebuah pagi yang lain (02/06/09), sekitar 10 pagi, kucing coklat itu tiba-tiba muncul dan tak ragu lagi memasuki kamar. Saya membelai kepalanya, dia tampak riang. Saya bercakap dan dia diam. Karena saya harus keluar, terpaksa dia pun mengikuti. Tapi, dia berjaga di depan pintu, tak mau mengikuti langkah saya. Ya, nanti jumpa lagi ya?


No comments:

Syawalan Keduapuluhlima

Tujuan utama dari karya saya ini adalah melebihi epistemologi keilmuan Islam tradisional. Apa yang terlalu sering dielu-elukan sebagai sesua...