Friday, May 30, 2008

Menjelang Kongres PPI Malaysia

Esok, perhelatan kongres Persatuan Pelajar Indonesia Malaysia ke-10 akan digelar. Jika tidak ada aral melintang, acara tahunan ini akan dihelat hingga 1 Juni 2008 di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). Tepatnya di Aula Abdullah Mohammad Salleh. Menurut Mas Widdy Mubarak, human kongres, acaranya akan dimulai jam 8 pagi. Satu ikhtiar yang bagus untuk menunjukkan semangat, menggelar acara di awal pagi.

Saya menaruh minat dengan pergerakan mahasiswa Indonesia di tanah jiran ini. Bahkan, saya pernah menulis makalah untuk sebuah konperensi internasional di Malang yang membahas peran PPI dalam hubungan dua bangsa, Indonesia dan Malaysia. Kebetulan di acara ini saya juga berjumpa dengan beberapa mahasiswa yang juga turut serta, seperta dari UKM dan UIAM. Di sana, malah saya berjumpa dengan teman adik kelas di Jogja.

Dengan pengalaman dua kali mengikuti kongres, saya telah menyelami karakter perhelatan mahasiswa Indonesia di tingkat nasional di sini. Seperti perhelatan yang lain, pemilihan ketua adalah sesi yang paling menguras perhatian dan tentu saja disertai kasak-kusuk yang melibatkan emosi, ideologi dan tak jarang solidaritas etnik. Pada Kongres ke-8 di Universitas Teknologi Malaysia, Skudai Johor, saya tidak menemukan pertarungan ideologi yang begitu kuat seperti yang ke-9 di Universitas Utara Malaysia, Sintok Kedah. Pada yang terakhir, saya menemukan aroma mobilisasi ideologi pelbagai kelompok, NU, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera dan independen.

Saya memprediksikan pada kongres besok di Universitas Kebangsaan Malaysia, PKS akan menggolkan calonnya karena didukung oleh kekompakan pegiatnya. Meskipun, calon dari Universitas Malaya yang dijaring melalui konvensi akan memberi perlawanan yang sengit karena mencoba untuk menggunakan keterikatan kelompok ideologis tradisional dan modern serta mencoba menjaring dukungan dari cabang dari Universitas atau kolej swasta. Saya lihat cabang-cabang dari universitas Swasta akan datang sebagai peserta pasif seperti sebelumnya, tanpa mampu menyodorkan anggotanya untuk turut bertanding meramaikan pesta demokrasi ini. Maaf, jika pandangan ini dianggap terlalu peyoratif, tetapi sekaligus sebuah pengakuan bahwa kehadiran mereka tetap penting.

Sementara Universitas Sains Malaysia, tempat saya belajar, telah diplot ke calon dari kelompok yang didukung partai tertentu (maaf jika salah!), padahal sebelumnya saya maju di Kedah untuk membelajarkan adik-adik bertarung di ruang yang lebih besar. Tradisi menegaskan bahwa selalu saja ketua PPI Malaysia didominasi oleh 3 universitas besar di sekitar Kuala Lumpur, Universitas Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), Universitas Kebangsaan Malaysia dan Universitas Malaya. Demikian pula, Mas Aliyuddin Syah, juga mencoba mencairkan kebekuan dengan turut serta mencalonkan diri, meskipun suaranya lebih baik daripada saya, dengan tambahan satu utusan (6 orang) sehingga perolehannya 12 suara. Keinginan untuk membentuk aliansi universitas di luar dominasi KL, seperti Johor, Perak, dan Pulau Pinang bubrah di tengah jalan.

Terus terang, pertarungan kali ini akan lebih seru karena posisi penting di PPIM tahun ini dianggap sekaligus pertarungan menjelang pemilihan umum tahun 2009. Saya masih belum melihat apakah Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional dan Partai Kebangkitan Bangsa yang mempunyai cabang istimewanya di sini telah bertaruh untuk memenangkan pertandingan ini. Bagaimanapun, kehadiran mereka tetap bisa diterima, dengan catatan tidak bermain kasar. Namanya juga usaha.

Bagaimanapun, kongres bukan tujuan dari sebuah perkumpulan, melainkan alat untuk meraih tujuan bersama. Oleh karena itu, semua peserta harus memikirkan kembali apa tujuan dari PPI agar kegiatan ke depan makin mengukuhkan eksistensi sebagai garda terdepan dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi mahasiswa dan warga Indonesia di negeri jiran. Tanpa pernah merumuskan agenda jangka pendek dan panjang, kita hanya akan menjadi perkumpulan yang mengulang-ulang acara seremonial belaka. Celakanya, ia menghabiskan begitu banyak uang, baik yang diperoleh dari pemerintah RI melalui KBRI Malaysia dan sponsor.

No comments:

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.