Thursday, March 15, 2012

Pecel Ayam dan Es Alpokat (Avocado)


Warung makan ini terletak di bawah Pusat Perbelanjaan Bukit Jambul, Pulau Pinang. Menikmati pecel ayam dengan segelas alpokat tentu menjadi menu makan siang yang hebat. Berada di bawah Pasaraya Mydin, warung ini menjadi tempat rehat setelah berbelanja di tingkat satu. Saya begitu menikmati rasa pedas sambal. Tanpa harus tidak menghormati makanan cepat saji, seperti McDonald dan Pizza Hut, saya lebih memilih makanan seperti ini. Lidah saya tak cocok dengan mayones.

Tapi, dalam waktu tertentu, saya juga mencoba menikmati setiap gigitan makanan dari Amerika dan Italia ini. Memang mengenyangkan, namun cita rasa asal saya tak bertemu dengan menu. Ia bukan kegenitan tentang kecintaan terhadap makanan lokal. Dalam Bourdieu, La Distinction, selera itu kadang hadir untuk menyampaikan kelas. Lalu, apakah dengan hot dog yang saya beli di pinggir jalan, bukan McDonald, saya membawakan diri sebagai kelas menengah sebagaimana fenomena masyarakat Perancis yang diteliti oleh Bourdieu?

Mungkin jawaban dari pertanyaan di atas tak mudah, namun siapa pun akan mengalami keterpecahan kepribadian terkait kelas. Penolakan terhadap kelas tertentu sejatinya adalah penegasan kelas lain, yang sama-sama berebut kepentingan. Hanya saja, kita hanya perlu mempertemukan kepentingan, agar persaingan tidak berbuah pertikaian. Saya akan membiarkan orang lain menikmati hidupnya di restoran cepat saji, meskipun saya akan menyatakan bahwa prilaku ini adalah bukan gaya hidup sehat.

2 comments:

Han Jie Ean said...

saya lebih suka mkn sambal belacan dan tempe dr mkn keju.

Ahmad Sahidah said...

Terima kasih atas tanggapannya.

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.