Friday, May 06, 2022

Pandangan Dunia Awam

 

Di hari kelima Syawal, saya baru menyesap kopi sachetan dengan menggunakan secara khusus gelas bergambar bunga Turi (Madura: Toroi). Seraya membuka kembali pertanyaan orang-orang Yunani tentang persoalan yang sangat mendasar, siapa saya? Bagaimana seharusnya saya menjalani hidup? Apa makna kematian bagi saya? 

Sejenak, saya menimbang benak banyak orang di kampung dalam menjawab pertanyaan di atas, yakni hamba Tuhan dengan menjalani perintah-Nya melalui ibadat sehari-hari dan meyakini bahwa kematian adalah jeda untuk menjalani kehidupan akhirat. Tentu, kepastian ini telah memberikan mereka tujuan dan makna, yang mungkin manusia lain menganggapnya ilusi. 

Tetapi, kenyataannya batas yang percaya dan tidak percaya pada agama hidup secara konkret yang perlu makan dan minum. Satu sama lain saling memenuhi kebutuhannya. Sebagaimana kopi yang saya teguk mungkin dibuat oleh orang yang tidak memiliki kepercayaan yang sama dan malah percaya pada bumi datar, kepercayaan yang sering diolok-olok oleh cerdik pandai, yang bukan saintis. Bukankah pengetahuan itu tidak pernah hadir secara total dalam memahami sebuah kenyataan? Ia hanya satu sudut dari banyak sudut dalam melihat 'benda'. Mengapa kita tak melihatnya perbedaan itu sebagai kepingan mozaik saja yang mendatangkan keindahan?



No comments:

Syawal Kesembilanbelas

Sebelum pukul 6, kami pergi ke musala pondok untuk mengikuti pengajian kitab anggitan Imam al-Ghazali. Meskipun hari ini kosong, karena kiai...