Friday, September 09, 2022

Menjejaki Tapak

Setelah mengalami iritasi lambung, saya berusaha tidak minum kopi lagi. Padahal, pagi dengan secawan qahwah, saya merasa segar dan bugar. Sekarang, saya membawa bekal minuman dengan irisan buah. Berkah.

Sekali waktu, tatkala bersepeda ke kampus, saya melihat seseorang menikmati secangkir kopi seraya duduk tenang di atas lincak di depan sebuah warung bambu di pagi hari. Betapa bahagia orang yang menyesap minuman ini. 

Ini dulu. Kini saya bisa menikmati kopi dengan takaran terukur. Kadang, saya hanya ingin merasakan panasnya, di lain masa, dinginnya. Suasana naik turun ini hakikatnya berada dalam ruang. Kita hidup dalam situasi, bukan?  

 

No comments:

Syawalan Keduapuluhlima

Tujuan utama dari karya saya ini adalah melebihi epistemologi keilmuan Islam tradisional. Apa yang terlalu sering dielu-elukan sebagai sesua...