Thursday, April 06, 2023

Lorong

Ini lukisan Rafiee Ghani. Saya mendapatkan email dari Galeri musium USM, Pulau Pinang tentang pagelaran karya. Saya merasa berjalan-jalan di "lorong" musium.

Bagi pelukis, itu adalah pantai di seberang. Hidup itu indah bila dilihat dari banyak sudut. Sayangnya, kita sudah mati langkah. Tidak mau keluar dari zona yang dibuat oleh kita sendiri.

Dengan internet, kita lebih jauh bisa berkomunikasi dengan sosok artis kelahiran Kedah. Lukisan-lukisannya dari cat air itu hendak merekam perjalannya ke banyak benua, negara, dan etnik. Benar, seni lah yang bisa menguak banyak hal jauh lebih utuh
 

Jemaah

Dalam buku Terapi Mas Edi Mulyono, bersembahyang bersama itu utama. Para orang tua di sini menjadikan masjid ini menyenangkan bagi anak-anak.

Bagi bapak-bapak, silaturahmi membuat mereka merasa nyaman. Bila tangan kita bersalaman, itu berarti tanda kedamaian. 

Seusai salat, kami duduk di teras. Sambil mengudap gorengan dan menyesap teh yang dibawa oleh jemaah, kami bertukar cerita. Kisah menghilangkan resah. 

Berkelana

Rhoma mencari tahu dengan berkelana. Saya membaca buku ini. Tiba-tiba, saya merasa mendaki Gunung Jayawijaya, tempat suku tradisional menjalani hidup yang alami.

Mereka sehat dengan makanan umbi-umbian, sebelum garam dan gula merusak tubuhnya dengan aneka penyakit. Benar kata Bang Haji dalam "Modern" bahwa modernisasi yang melanda dunia menjadi masalah.

Kemarin, saya ngobrol dengan istri di loteng tentang anak-anak yang sudah terbiasa dgn garam dan gula. Itulah mengapa si ibu selalu menyiapkan tumbler agar keduanya terbiasa mengasup air.

Lalu, bagaimana dengan prilaku keagamaan? Menarik. Seberapa besar manusia menghabiskan waktu untuk kegiatan religius? Ahli ekonomi menyebut agama pada masa dulu menimbulkan biaya peluang. Sekarang?

Semalam, si emak menyimak bacaan sehalaman Alqur'an si sulung, manakala saya juga sama, satu muka surat ("page" di negeri jiran) Tartila. Lalu, apa agama hanya hadir sesederhana ini? Kita elok baca bab 9 berjudul Apa yang Diberitahukan Belut Listrik kepada Kita Mengenai Evolusi Agama.
 

Mengaji

وقد ظهر لك بهذه التقسيمات أن وجوب الصبر عام في جميع الاحوال والأفعال

Selanjutnya, meskipun seseorang menyepi sendirian, ia tetap tidak bisa terlepas dari kesabaran sebab hasrat tetap bersarang di kepala. Untuk mewujudkan sikap ini, kita menimbang bima'jun al-'ilmi wa al-'amali (adonan pengetahuan dan perbuatan).

Besok, kami akan memasuki tema Penjelasan Keutamaan Bersyukur. Bagi saya, hadir di pagi hari untuk mengikuti pengajian adalah melatih banyak hal, seperti kesabaran dan kesatuan, yakni fokus pada pendengaran dan kepekaan pada kata. 
 

Sentuhan

Apakah kehangatan fisik terkait dengan kehangatan kiasan? (hlm. 11) Keduanya bisa berdiri sendiri, semisalnya air hangat bikin tubuh enak dan sentuhan kata mesra juga mendatangkan makna, yang tentu menyengkan.

Orang yang memegang secawan kopi panas berpembawaan lebih "ramah" dibanding dengan pemesan kopi es. Apakah temuan ini mutlak? Tidak.

Saya suka yang pertama di pagi hari dan yang kedua di sore hari. Kita memilih situasi untuk membawakan diri. Malah, stempel Spideman itu sengaja ditempelkan agar bisa menyentuh Zumi dan stiker itu untuk melibatkan Biyya. 

Wednesday, April 05, 2023

Akhirat

Buku ini merupakan bahan literasi membaca teks di kelas suka rela mahasiswa.

Satu kata "akhirat" melahirkan karya yang "tebal". Ini bermakna kajian kitab suci tak hanya soal "mitos", tetapi juga semantik, sebab kedalaman pengetahuan tidak didangkalkan oleh prasangka.

Lebih jauh, lema ini telah merembesi kesadaran orang Madura tentang hidup sesudah mati. Jika demikian, apakah sains akan turut bersaing untuk memperebutkan tempat agar premisnya tentang kematian dipahami dan dihayati oleh manusia?

Sains tidak bisa mengklaim satu-satunya jalan pengetahuan. Ia adalah tradisi dgn segala pernak-perniknya. Kenyataan itu bisa dibangun dalam metasistem yang menggerakkan manusia menjalani hidup dan meraih makna.

Lalu, bagaimama bila pemuja sains menemukan kesentosaan tatkala melihat bintang dengan teleskop? Itu berarti batu-batu telah diberi "erti". Eh, apa ini berhala?

 

Belajar Menjadi Diri Sendiri

Dalam The Conquest of Happiness, Bertrand Russell menyebut takut pada pandangan umum menghalang diri dari kebahagiaan.

Jelas, Shamsiah Fakeh melawan kehendak orang ramai sebagai perempuan Melayu, yakni bergiat dalam komunisme dalam perjuangan kemerdekaan.

Saya meminta Biyya untuk menahan diri menyatakan pandangannya, semisal apa ateis bisa hidup di Indonesia? Apa LGBT itu kehendak Tuhan? Hal serupa juga saya minta pada mahasiswa. Masyarakat belum siap menerima perbedaan.

Setidaknya, kita bebas menyatakan diri di rumah, yg mana tanda-tanda, slogan-slogan, dan jargon-jargon tak digantung di dinding. Bahkan, kita bisa memilih diam bila berada di luar.

Warung Pecel

Tetiba, Biyya mengeluarkan karya Danarto. Ia membelinya di kedai buku Annafi'iyyah, depan kampus UNUJA.

Anak-anak membaca apa yang disuka dan bermain sesuatu yang disediakan lingkungannya.

Kami bersyukur bila mereka merasa cukup dengan apa yang ada di sekelilingnya. Tatkala lagu Kangen Band terdengar, itu berarti warga telah merawat bahasa Indonesia, yang menyatukan kita.
 

Fase Manusia

Zumi masih mengeja kata dengan pelan-pelan. Ia mula membaca takarir di televisi. Betapa sang ibu menemaninya dengan sabar, dari membelikan nugget dan mainan berbentuk huruf hingga papan tulis serta kapur.

Kemarin, ia memilih sendiri buku bacaannya. Kita pun sadar, bahwa fase tertinggi literasi adalah seseorang mampu mengubah dirinya setelah mengeja, menulis, dan berkarya. Puncak pengetahuan adalah tindakan.

Mendorong khalayak untuk membaca, saya pikir, adalah mendukung mereka untuk menemukan dirinya. Nanti, percakapan antara manusia adalah pertukaran pengalaman dari individu-individu yang sudah selesai dengan dirinya.

Kritik dan provokasi ditimbang jauh lebih bernuansa. Dengan menimbang dan menilai serta mendorong pemikiran hingga ke akar, umat sampai ke dasar. Tantangannya adalah status media sosial yang bersumbu pendek cepat menarik tanggapan. Biasanya, anak-anak kecil sememangnya suka dengan mercon cabe rawit in
 

Beda dalam Satu Makna

Kami sama dengan keluarga yang lain, jalan-jalan "cari makan". Ndilalah ada nasi kucing dan bebakaran. Saya dan istri memesannya.

Biyya dan Zumi memilih kebab Turkiye. Aha, generasi baru terpapar pada iklan. Maafkan, Tan Malaka! Kami belum bisa mengurangi makan untuk membeli buku di Big Bad Wolf Books, Jatim Expo.

Tetapi, saya berhasil menunda membeli bacaan agar Biyya bisa memperoleh lebih banyak buku. Zumi cukup mengoleksi buku bergambar Monster dan Dinosaurus. Oh ya, McQueen juga.

Mengalir

Setelah membeli sepatu (tujuan utama), kami mampir ke warung kopi. Kami memenuhi aturan sekolah bahwa sepatu harus berwarna hitam. 

Ada percakapan ke sana ke mari. Nothing truly Indonesia? Asked Biyya. Bahasa, budaya, dan agama diimpor. Jadi, apa yang asli kita? Tunggu di kanal Youtube kami nanti. 

Namun ini tidak mudah. Tatkala berbicara apa adanya, pasti segelintir orang akan menyoal. Kita belum bisa menerima perbedaan. Anehnya, orang pun tidak mau diperlakukan sama. 
 

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.