Monday, July 29, 2024
Futsal
Saturday, July 27, 2024
Kebersamaan
Sebagaimana orang tua pada umumnya, kita memberi jalan pada anak untuk menikmati kegiatan sekolahnya. Kita tidak harus melatih fisik mereka dengan berenang, berkuda, dan berpanah, sebab berbola juga menguji ketahanan badan.
Dengan mengikuti turnamen futsal, anak-anak bergerak dan bekerja dalam kelompok. Hal lain yang perlu dihadapi dengan terbuka adalah kemenangan dan kekalahan cukup diterima dengan kelapangan.
Sekolah yang awalnya berarti tempat belajar dan waktu luang semestinya menjadi ruang mereka untuk menemukan diri mereka sendiri. Kita mengenalkan cara berpikir, bukan apa yang harus dipercayai. Pembenaran datang setelah kepahaman.
Tentu, tubuh mesti teguh agar jiwa menempati rumah yang kukuh. Ketika lapar, lebih-lebih sakit, saya tak bisa berbuat banyak. Anda?
Friday, July 26, 2024
Keseharian Tokoh Besar
Saya mengenal Rousseau tatkala menulis tugas akhir di UIN Sunan Kalijaga. Penulis The Confessions ini dikenal sebagai penggagas awal agama sipil. Kala itu, saya dan kawan-kawan menyusun tesis dengan hasrat pencarian kebenaran yang meluap-luap. Cendikiawan yang dikaji dilihat sebagai sosok pemikir andal dan hebat.
Namun, dengan membaca uraian Eric Weiner tentang tokoh tersebut, kita bisa becermin bahwa siapa pun adalah manusia yang memiliki kisah keseharian, di mana pikiran dan perasaannya diuji. Masa Rousseau senaif itu! Ia tampak dekil karena memilih berjalan kaki sebagai cara dekat dengan alam. Bajunya lusuh karena debu. Oh, tidak. Perlente atau necis kadang dipamerkan karena seseorang tak tahu apa yang harus dilakukan untuk menarik perhatian.
Itulah mengapa kita tak melihat tokoh di atas panggung dan televisi, tetapi apa yang mereka jalani di dalam kehidupan sehari-hari. Ide-ide pasti berbuah tindakan nyata. Dalam buku ini, kita bisa membaca gagasan dari banyak sarjana termasyhur secara bersahaja.
Thursday, July 25, 2024
Socrates Express
Justru saya tertegun lagu Mutiara-Mutiara (1992) melalui radio Sinar FM (streaming) tatkala menekuri kisah Rousseau, pejalan tangguh. Dalam bersahaja | kau selitkan madah yang terindah |
Tetapi, kini kesahajaan raib diganti dengan kemegahan. Padahal, kata filsuf asal Swiss, hidup otentik itu bersama alam dengan dirayakan melalui jalan kaki.
Kini, bumi dikoyak dengan penambangan. Pelaku meninggalkannya begitu saja setelah menggalinya hingga dalam. Betapa kelam!
Friday, July 19, 2024
Kejutan untuk Biyya
Man Seeks God ini dipilih oleh Biyya sendiri tatkala kami berkunjung ke Gramedia mal Icon Gresik. Sore ini saya memberikan kejutan dengan meletakkan paket yang baru sampai di sisi ranjang kamarnya ketika penyuka lagu P Ramlee masih terlelap. Ia pun mengucapkan terima kasih setelah tahu ada buku baru.
Saya pun suka gaya berkisah Eric Weiner dalam menganggit pengalamannya menemukan Tuhan dari delapan agama yang ditelisik oleh si wartawan tersebut. Raelisme yang memiliki anggota 80 ribu jemaah ingin menjadikan ibadah sebagai amal yang menyenangkan. Apa kita menikmati setiap detik dari kewajiban yang kita tunaikan?
Penganut Yahudi ini secara empati melihat praktik keagamaan sebagai kehendak manusia untuk meraih ketenangan. Anda ingin apa dalam beragama? Sebagai muslim, apa kita sudah mendapatkan "thuma'ninah" dalam zikir?
Nah, sambil menunggu karya yang mengulik gagasan para filsuf tersebut didaras, saya juga mau belajar bagaimana seseorang mengambil manfaat dari pengetahuan kritis dalam menjalani kehidupan, terutama cara pengarang menjadikan ide-ide besar tak ubahnya sebuah cerita sehari-hari.
Buku Stiglitz
Sebelum pukul tujuh pagi, sang kurir telah meletakkan majalah Tempo (Tempo Media) di depan pintu setelah tiga hari dipesan melalui lokapasar Tokopedia.
Rubrik pertama yang saya baca adalah resensi buku oleh Bagja Hidayat. Si penganggit mengulas karya Joseph E. Stiglitz dengan kritis. Sarjana Keynesian tersebut mengkritik ekonomi ala Hayek dan Friedman karena gagasannya melahirkan sistem ekonomi dan politik tidak adil.
Bagi Stiglitz, peran negara tetap diperlukan mengingat pasar bisa melahirkan persaingan yang tidak sehat. Jalan yang ditawarkan adalah kapitalisme progresif, sebagai penengah sosialisme yang merayakan peran negara dan kapitalisme yang menentangnya. Ia hendak menyeimbangkan peran negara dan pasar. Pijakan teorinya adalah tidak ada kebebasan yang sempurna.
Menariknya, kata Bagja, pemerintah Indonesia telah mempraktikan ide tersebut. BUMN diberi tanggung jawab untuk melayani warga. Sayangnya, badan usaha ini menjadi sapi perahan untuk membiayai aktivitas politik. Tatkala demokrasi menjadi syarat bagi wujudnya pandangan ini, pesta pemilu justru melahirkan oligarki, klientelisme dan patronase.
Lagi-lagi, filsafat memang tidak mengajarkan cara bikin roti, tetapi ketika memilih makanan, warga berpikir kritis sebagai cara untuk berdiri sejajar dengan kekuasaan. Jika makan siang gratis tidak bisa dipenuhi, maka ia bisa dibatalkan karena kita mafhum bahwa anggaran negara terbatas.
Justru, janji untuk memerangi korupsi dan menegakkan ketertiban segera dilaksanakan seraya mencegah premanisme untuk turut mengambil tempat dalam tata kelola pemerintahan.
Thursday, July 18, 2024
Ritual Pagi
Selembar roti, secawan kopi panas, dan senyanyian dangdut dari radio FM.
Saya membubuh tanda tangan pada buku yg dibeli 2017. Dgn demikian, saya merasa akan menemukan makna baru. Europa adalah anak perempuan Phoenix, yang dihasrati oleh Zeus. Ehm!
Eropa itu adalah mitos. Lalu, Jawa dan Madura itu bermula dari cerita apa? Ketika mendaras kisah luar, sejatinya kita sedang menimbang diri sendiri.
Kita akan berdiri sendiri dgn kaki berpijak pada alam pikiran India, Arab, dan Eropa. Bagi saya, keaslian adalah kesetiaan pada bangunan pengetahuan yg diyakini dan pelaksanaan dalam keseharian.
Akhirnya, tiga budaya besar itu adalah pondasi, yang diolah secara kreatif untuk diracik menjadi ideologi khas.
Mewarisi Homo Neandearthal
Hari ini, apa makna makam bagi kita? Saya justru memikirkan kehidupan ketika berada di sini. Pasti, ia berbeda dengan kematian sebab individu harus makan, minum, dan bergiat. Pada bagian terakhir, kita bergulat untuk memilih mana yang asli dan palsu.
Membuka tabir kepalsuan adalah tugas yang kita lakukan bersama untuk menyingkap kebenaran. Tetapi, kita akan terpesona dengan sesuatu yang berbeda tatkala tirai terbuka. Ada titik temu dan pisah. Kebijaksanaan melihatnya sebagai keindahan. Kepicikan memandangnya sebagai keburukan.
Sementara, sepagi ini, saya gembira dengan ceramah KH Musleh Adnan melalui radio karena pesan risalah disampaikan dengan riang. Bila beliau mengkritik filsafat karena seseorang terjebak dengan kata mengapa, ini disampaikan pada jemaah yang memerlukan kepastian. Betapa tidak arif mengajak orang awam berpikir keras.
Serapan Arab
Kita menyerap banyak kosa kata Arab ke dalam bahasa
kebangsaan, seperti adil, makmur,
musyawarah, khidmat, dan wakil. Semua lema ini kita temukan dalam dasar negara
kita, Pancasila. Secara linguistik, arti kata-kata ini tidak hanya ditemukan
dalam kamus yang memuat arti dasar, tetapi juga relasional dengan kata lain yang
membayangkan medan semantik. Lebih jauh, pesan umum dari kata ini mengandaikan
pandangan dunia (weltanschauung) dari
negara asal.
Tetapi, tulisan ini tidak akan mengulas kerumitan di
atas, namun hendak menyoal beberapa serapan yang bisa menimbulkan masalah
terkait konsistensi, ketepatan, dan ketaksaan. Aturan dalam penyerapan telah
diatur, namun kita bisa menemukan ketidakajekan dalam penggunaaan huruf,
seperti huruf qaf (Ù‚)
yang kadang diganti dengan /q/ dan /k/, seperti
Alquran dan takwa. Secara fonologis, kata terakhir semestinya ditulis dengan
taqwa. Tak dapat dielakkan, banyak santri menulis istiqomah, alih-alih istikamah.
Selain itu, ada kata kalbu,
yang tidak memiliki arti sebagaimana dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, yakni pangkal perasaan batin, hati yang murni, dan
hati. Semestinya ia ditulis dengan qalbu karena diawali dengan huruf qaf, bukan kaf (ï»™), sebab kata
kalbun bermakna anjing dalam bahasa rumpun
Semitik tersebut. Itulah mengapa Aa Gymnastiar lebih memilih manajemen qalbu,
bukan kalbu.
Tentu, serapan beberapa kata yang berasal dari kata sama,
shalla, seperti salat, musala, dan
selawat jelas semakin menunjukkan ketidakkonsistenan. Semestinya kata yang terakhir
ditulis salawat. Namun demikian, kebanyakan dari pengguna kata ini akan menulis
sholat, musholla dan sholawat
karena pengucapannya lebih dekat dengan pelafalan asal. Sejauh ini, saya belum
pernah mendengar mahasiswa menyebut musala untuk musholla.
Menariknya, kita menggunakan konsonan rangkap, seperti /kh/
dan /sy/ untuk menyerap kata khalifah dan syukur. Tetapi, mengapa sh untuk
shalat dan shabar tidak juga digunakan? Anehnya, dalam khalifah dan khotbah
yang berasal dari huruf kha’ (ﺥ)
dan tanda fathah (ــَÙ€) yang
sama dalam bahasa Arab menggunakan huruf vokal yang berbeda, /a/ dan /o/? Lebih
pelik lagi, orang yang menyampaikan khotbah disebut dengan khatib, yang
semestinya khotib, bukan? Kalau lidah Indonesia tidak mengenal bunyi huruf ص,
sehingga direpresentasikan dengan bunyi konsonan /s/ mengapa kita menyerap /kh/
dan /sy/?
Memang pelafalan huruf qaf dan kaf dalam bahasa
Indonesia hampir serupa, meskipun ia menempati penekanan yang berbeda. Qaf dilafalkan dari bagian belakang
lidah yang mendekati tenggorokan, lebih tepatnya dari daerah yang bersentuhan
dengan anak tekak (uvula). Bagi santri,
mereka biasanya mengucapkan huruf ini secara fasih dalam bacaan salat, tetapi
penggunaannya dalam sehari-hari seperti bunyi kaf.
Huruf kaf diucapkan dari bagian tengah lidah yang menyentuh langit-langit
mulut bagian tengah (daerah velar).
Posisi pengucapan kaf lebih ke depan
dibandingkan dengan qaf, yang disebut
huruf halqi atau tenggorokan. Oleh karena itu, hampir semua serapan Arab
yang menggunakan huruf qaf diucapkan
dengan kaf, meskipun penulisannya
dengan qaf. Belum lagi, seperti serapan kalbu di atas, ada
banyak kata yang mengalami hal serupa, seperti kiblat (قبلة), kiamat (قيامة),
kurban (قربان), dan kanun (قانون).
Selain itu, tanda vokal
bahasa Arab terdiri dari fathah (a), kasrah (i) dan dhammah (u) dan tidak mengenal bunyy /e/ (baik terbuka, tertutup,
ataupun tegak, sehingga perubahan kata ترتيب (tartib) menjadi tertib dan صدقة
(shadaqah) berubah menjadi sedekah. Hal ini semakin menegaskan tidak adanya
aturan baku dalam penulisan bahasa sasaran secara fonologis.
Sememangnya, salah satu
aturan dalam penyerapan bahasa Arab adalah penyesuaian bunyi sesuai dengan
aturan fonologis bahasa Indonesia. Huruf-huruf Arab yang tidak ada padanan
langsung dengan alfabet Indonesia seperti 'ayn
(ع) dan ghain (غ), sehingga kata bid’ah diserap sebagai bidah dan maghrib
disebut dengan magrib. Lagi-lagi, pengucapan kata ini sering tidak dilafalkan
sebagaimana tulisan, tetapi seringkali disesuaikan dengan fonologi asal.
Dari uraian di atas, dalam keseharian kita sering
menemukan pengguna bahasa tidak menulis dan mengucapkan kata serapan secara
baku. Hal ini disebabkan bunyi dari kata baku tidak sama dengan tulisan.
Betapapun kita memiliki aturan dalam penyerapan bunyi, yakni asimilasi,
disimilasi, modifikasi vokal, netralisasi, zeroisasi, metatesis, diftongisasi,
monoftongisasi dan anaptiksis, namun saya belum pernah mendengar orang menyebut
musala, untuk musolla, yang sering diucapkan dalam keseharian. Anda?
* Pengajar Semantik dan Ma’anil Qur’an Universitas Nurul Jadid Jawa Timur
Sumber: Majalah Tempo (15-21 Juli 2024)
Monday, July 15, 2024
Lawang Malang
Di sini, saya membeli banyak buah tangan, berupa pelbagai kripik, dari kentang, ketela pohon dan talas. Semua produk ini dihasilkan oleh perusahaan kecil atau rumah tangga.
Betapa menyenangkan sebelum memasuki toko ini, seorang pengamen tuna netra yang duduk di atas speakernya membawakan lagu Rhoma Irama. Malam itu, saya merasakan fana.
Thursday, July 11, 2024
Niqab
Tuesday, July 09, 2024
Buku untuk Pemalas
Pesan pentingnya adalah berpikir itu mesti dilakukan oleh setiap orang untuk menemukan hidup baik dan menjalaninya. Di sini si pengarang mengobrak-abrak tatanan bahasa dan daya ungkap dari ilmu ini yang sebelumnya sering kaku dan tak lucu.
Tak dapat dielakkan, cetusan pendiri sekolah filsafat Al-Farabi Malang ini dapat dijangkau oleh banyak lapisan. Tanpa beban, tulisannya membongkar apa saja yang sebelumnya enggan untuk diucapkan secara terbuka. Pendek kata, filsafat adalah cara pandang yang dapat membongkar sesuatu yang cenderung untuk disimpan dalam laci secara rapi.
Filsafat Untuk Pemalas
Buku ini dihasilkan oleh Ach Dhofir Zuhri dengan mengangkat isu-isu keseharian untuk diulik sebagai perbincangan yang tidak dilihat dari permukaan saja, tetapi sekaligus kedalamannya. Tak dapat dielakkan, kumpulan tulisan ini menggedor kesadaran pembaca untuk menyoal sesuatu yang telah diterima oleh khalayak begitu saja.
Semisal, apakah rambut nabi yang digotong ke sana ke mari itu betul-betul lahir sebagai kecintaan atau motif lain? Belum lagi menyebut nabi Muhammad sebagai filsuf dan Plato sebagai nabi jelas akan mengguncang kata yang telah dipaku oleh orang kebanyakan sebagai lema yang tidak bisa diotak-atik. Pendek kata, kata mudah retak.
Murid Sunan Kalijaga
Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...