Kita tahu bahwa politik itu seringkali menerabas akal sehat. Tetapi, mereka menyebutnya dinamika. Dulu, Tun M menyerang DAP karena mazhab sosialismenya, namun sebelum melangkah ke kantor pusat PKR di Petaling Jaya untuk membujuk ayah Izzah mengikuti kemauannya, Mahathir memuji DAP dalam akun Twitter.
Orang ramai mafhum bahwa strategi itu bukan soal konsistensi, sebagai bapak pemodernan ini memandang PKR sbg partai multietnik sehingga Anwar tak "layak" menggantikannya. Lalu, mengapa ayah Mukhriz tersebut mendukung Shafie Apdal, presiden Warisan, yg juga merupakan partai multisuku, yang justru lebih sempit dibanding PKR?
Kecairan hujah politikus memang dimaklumi. Tentu, judul hari terakhir itu kontekstual sebab politisi bisa mati berkali-kali dan bangkit kembali.
Saya pikir setelah Anwar bertemu Mat Sabu dan Lim, gelanggang perlu digeser ke pemilu yang dipercepat. Suara rakyat itu keramat.
No comments:
Post a Comment