Zumi menunjukkan lukisannya, satu rumah nyata dan dua imajinasi. Di kediaman terakhir ia membayangkan lapangan basket dan halaman dgn sebuah atap payung yang menaungi meja dan kursi tempat bercengkerama.
Di sela menunggu tukang cukur, saya membaca ulang Philosophy for Dummies, rujukan kedua pada bedah buku Falsafah Harian: Seni Memahami Hidup Sehari-Hari di aula Pondok Pesantren Nurul Jadid dua hari yang lalu.
Saya minta Zumi membaca bab kedua, Discovering Why Philosophy Matters. Ia bisa melafalkannya tetapi belum memahaminya. Saya bilang, mengapa filsafat itu penting. Contohnya, saya bertanya "Why do you go to school? To learn. Nah, bertanya itu kegiatan falsafah. Jawaban jadi pertanyaan. Mengapa belajar?
Percakapan berakhir. Barbershop, eh, buka. Memang, di dinding tertulis kata Inggris itu.
Saturday, November 01, 2025
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Warung Rooster
Zumi menunjukkan lukisannya, satu rumah nyata dan dua imajinasi. Di kediaman terakhir ia membayangkan lapangan basket dan halaman dgn sebuah...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
-
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
No comments:
Post a Comment