Long before we understand ourselves in retrospective reflection, we understand ourselves in self-evident ways in the family, society and state in which we live. The focus of subjectivity is a distorting mirror. The self-reflection of the individual is only a flicker in the closed circuits of historical life (Gadamer, Truth and Method, hlm. 245)
kita telah 'mengenal' diri kita dari keluarga, masyarakat bahkan negara. Gagasan-gagasan kita yang merupakan pertimbangan objektif atau keputusan rasional itu sendiri adalah gagasan dari sebuah tradisi tertentu. Apa yang dianggap sebagai determinasi objektif, tak bersyarat tentang sebuah ranah-objek tertentu adalah dibentuk oleh tradisi kita atau, lebih tepatnya, oleh apa yang dianggap tradisi kita sendiri objektif atau tak bersyarat.
Di sini, kita akan menyadari bahwa objektivitas itu sendiri menjadi subjektivitas yang akan bertemu dengan pengalaman orang lain dengan cara yang sama. Sebab, pengalaman ini bersifat universal. Implikasi dari keyakinan ini tentu saja menunjukkan akan pertemuan-pertemuan latar keluarga, masyarakat dan negara yang beragam, sehingga dimungkinkan terjadi 'dialog' atau sebaliknya benturan.
Memilih yang pertama, tentu saja sebuah pilihan ideal karena mengandaikan bahwa sebuah masyarakat itu mempunyai 'keunikan' yang perlu dipahami oleh liyan, demikian juga sebaliknya. Sebagai serupa-teks, peristiwa sosial itu sendiri dipengaruhi oleh sejarah efektif, prasangka dan tradisi masyarakat itu sendiri.
Kalau saya ingin mengenal seseorang yang berasal dari Iran, maka pengetahuan saya mesti merujuk pada prinsip keluarga, masyarakat dan negara Iran. Perkenalan ini boleh jadi berangkat dari intensitas percakapan, bacaan, dan berita. Sang Iran, sebagai interlocutor, akan melakukan hal yang sama. Lalu, pengertian dengan sendirinya muncul, sehingga masing-masing menunjukkan sikap dalam relasi keseharian.
Pengetahuan akan liyan sebenarnya telah dipengaruhi 'kedirian' kita karena tafsir itu tidak hanya memahami 'liyan', tetapi konstruksi 'kita' sendiri turut serta memberikan makna sehingga akhirnya sebuah pemahaman itu merupakan kumpulan cakrawala.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Murid Sunan Kalijaga
Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment