Friday, August 15, 2008
Mengakrabi Liyan
Untuk ketiga kalinya, saya sebagai sekretaris Klub Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kemanusiaan menyelenggarakan rapat dengan beberapa mahasiswa Asing. Tentu, bahasa yang digunakan bahasa Inggeris, meskipun kadang bahasa Melayu turut mewarnai perjalanan pertemuan untuk melaksankan dua program, pelatihan penulisan tesis/disertasi dan rekreasi ke pantai Batu Ferrighi.
Dr Suhaimi Abdul Aziz, wakil Dekan Fakultas Huamaniora, memimpin rapat dan mencoba untuk membagi pekerjaan dengan beberapa peserta yang hadir. Desain T-Shirt untuk acara piknik memantik perdebatan mengenai kata yang pas untuk dilekatkan. Sebelumnya, Ardi menerakan kata Social Afternoon at Batu Ferringhi, namun setelah ditawarkan, tiba-tiba semua menawarkan ide. Gagasan berhamburan, akhirnya dipakai kata Beach Sport, cogan kata yang ada di formulir pendaftaran rekreasi. Tak hanya kata, gambar yang diletakkan dalam sisi belakang menimbulkan perdebatan. Dasar, orang pintar memang selalu kaya dengan ide.
Tak biasa, kami menentukan banyak hal berkaitan dengan program hingga melebihi satu jam. Belum lagi, tukar canda yang membuat tawa turut menyelingi pertemuan itu. Namun, anehnya, Jahan, mahasiswa PhD Geografi dari Bangladesh, mengusulkan kata bersantai digunakan untuk t-shirt, tidak perlu bahasa Inggeris. Sayangnya, tak lama setelah disepakati, tiba-tiba Rais al-Tamimi, mahasiswa PhD Linguistik asal Yaman, menyodorkan kata Beach Sport. Saya sempat mengusulkan kata exploring, tetapi ditampik. Agar tidak berlama-lama, saya mengiyakan. Semua juga setuju.
Perbedaan ini tentu muncul karena latar belakang masing-masing, namun justeru kerelaan menerima ide orang lain juga bagian dari kebesaran hati. Lebih dari itu, mereka yang berbeda menjadi lebih dekat karena segala sesuatu yang dibicarakan dengan terbuka dan riang. Hakikatnya, tujuan acara di atas untuk merekatkan mahasiswa baru di kampus kami. Jadi, ide itu hanya jalan dan T-shirt itu adalah penanda bahwa kami pernah bekerja dan berpikir untuk mewujudkannya. Adakah yang seindah ini dalam hidup?
Coba lihat cerita di atas! Bukankah kerja seperti ini bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa kualifikasi pendidikan setingkat PhD? Malah saya melihat ini adalah kerja praktis, meskipun tidak mudah karena justeru melibatkan orang-orang yang biasa berdebat. Namun, saya tetap menghargai apapun kerja kita untuk kebaikan bersama. Ya, program ini berkaitan dengan kelangsung organisasi mahasiswa master dan PhD di jurusan kami. Lebih dari itu, saya belajar untuk lebih banyak mendengar orang lain.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Murid Sunan Kalijaga
Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment