
Selain itu, kawan baik di atas juga akan memberikan majalah tersebut karena saya tidak sempat memilikinya. Ternyata tulisan itu dimuat pada edisi bulan September. Sebelumnya, kawan baik saya dari Aceh mengirimkan sms tentang artikel saya di koran lokal. Tentu, ini membantu saya melacak tulisan-tulisan saya yang berserak, yang kadang luput dari perhatian. Lebih dari itu, tulisan di atas dimuat di koran lokal yang menambah khazanah tulisan dalam bahasa Malaysia.
Dari pengalaman di atas, saya dengan sendirinya telah memelihara silaturahmi dengan teman-teman Malaysia yang mempunyai perhatian pada pemikiran keislaman dan sekaligus bertukar pendapat dalam mengkayakan pengetahuan mengenai pelbagai isu berkaitan dengan dunia Islam. Lebih dari itu, ikhtiar semacam ini akan makin mendekatkan emosi intelektual, yang selama ini kadang berseberangan. Tanpa kehendak untuk mengungkapkan apa yang berkelebat di benak, kita tidak akan pernah memahami liyan. Perbedaan, bagi saya, tidak perlu dipahami penjarakan. Justeru dengan ketidaksamaan ini, saya makin meyakini postulat yang diungkapkan Georg-Hans Gadamer, filsuf Jerman, yang menegaskan bahwa kita benar-benar memahami sesuatu hal, jika kita memahaminya secara berbeda. Akur?
No comments:
Post a Comment