Monday, January 31, 2022

Layangan dan Pengetahuan

 

Di bawah terik, saya menaikkan layangan. Kedua anak ini turut menikmatinya dengan berpayung. Padahal, sebelumnya Zumi turut berlarian tanpa pelindung dari matahari.

Di musim layangan dulu ayah membuatkan mainan ini untuk adik Syarif. Sebagai tukang, ayah kami bisa melakukan banyak hal. Seharusnya saya mewarisinya.

Seeloknya, pendidikan keterampilan (kemahiran) di sekolah menjadi proses pembelajaran yang diutamakan. Dengan berbekal ini, komunitas seperti Amish atau An-Nazir bisa diciptakan karena individu yang ada di dalamnya bisa menyumbangkan tenaga untuk memenuhi kebutuhan dasar warga. Utopia? Tidak. Badui Suku dalam bisa menyelaraskan hidup dengan alam.

Kehidupan modern menjadikan manusia sbg sekrup dari mesin raksasa. Mereka terasing karena televisi menjejali acara yang jauh dari kenyataan sehari-hari. Pabrik besar menggantikan tangan manusia dgn mesin dan anehnya mereka menjual barang kepada insan, bukan mesin. Lebih paradoks lagi, uang menumpuk pada segelintir, tetapi orang ramai dibujuk untuk membeli

No comments:

Syawal Ketujuhbelas

Biyya mendapatkan hadiah ulang tahun berupa novel dari Tante Ana. Dua anak imigran China di Melbourne, Australia hendak menautkan rasa di se...