Wednesday, October 19, 2022

Catur, Teh, dan Sore


Zumi menang tiga kali. Saya menang karena ia bisa teralih dari layar telepon pintar.

Hidup itu bisa dimenangkan oleh siapa saja dengan menggeser tanda. Sementara, dalam demokrasi, pemenang menjadi penguasa, pekalah menjelma oposisi. Kalau pihak yang kalah bergabung dengan yang menang, ia bukan petarung, tetapi penciut.

Pada awalnya, anak ini belajar catur dari aplikasi yang ada di gawai. Di sini, ia dengan mudah menggerakkan buah catur karena ada tanda ke mana ia digerakkan, tetapi dengan bidak asli, kami bisa bermain tanpa harus memelototi telepon pintar.

Hidup memang bukan percaturan, tetapi ia juga permainan. Kita akan diatur oleh aturannya ke mana kaki harus melangkah.

No comments:

Syawal Keduapuluhdua

Ketika mendengar lagu "Hitam", Rhoma dan Rita, saya justru ingat kampung di waktu sore yang hangat. Sawah, madrasah, SD, bola, sur...