Semalem, saya, dian, ali, annisa, husni makan di depan Makro. Jarum jam menunjuk angka 12, dan jarum panjang 6. Kami menghabiskan waktu hampir dua jam ngobrol apa saja yang terlintas di kepala. Mengalir. Semua membawa pikiran masing-masing ke dalam alur cerita. Di susul Manda, adiknya Doni, jiran bilik, menambah keramaian malam.
Saya tak ingat semua yang dilontarkan, tapi ada beberapa yang menempel di saraf. Maklum, malam beranjak pagi, sebenarnya, waktu istirahat. Justeru, sebaliknya kami ingin menghabiskan waktu agar tidak terbuang.
Pulang pukul dua setengah. Saya masih meneruskan cerita film yang terputus sebelumnya, Meet the Fockers, yang dibintangi oleh Robert de Nero, Dustin Hoffman, Ben Stifler dan lain-lain. Film konyol, malah berlebihan. Cukup untuk melupakan kesungguhan hidup yang dibekap formalitas. Basa-basi. Namun, rasa kantuk mengalahkan mata memelototi layar komputer. Tidur, saja. Sebab, hidup harus berjalan seperti biasa. Tak ada kuasa melawan waktu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Pagi Sore
Dari Bidakara, saya dan Mas Duri ke warung Padang Pagi Sore. Anehmya, kami menikmati makan malam. Saya merasakan kenyal kikil dan menyedap c...
-
Buku terjemahan saya berjudul Truth and Method yang diterbitkan Pustaka Pelajar dibuat resensinya di http://www.mediaindo.co.id/resensi/deta...
-
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
No comments:
Post a Comment