Wednesday, April 19, 2006

Semalam Hujan

Di ketinggian, saya melihat butiran hujan nampak jelas di sekitar sinar lampu jalan. Tidak besar, memang. Tapi, itu cukup menenami berada di kasur menikmati Jentera Lepas Ashadi Siregar. Rasa malas sempat hinggap, namun tak mampu mengalahkan kaki untuk menikmati aliran air di selokan jalan menuju tempat makan.

Hidup seperti turut mengiringi gemericik air yang turun cepat di selokan. Tempat kami yang miring membuat selokan itu membantu untuk mengalirkan air ke bawah. Langkah kaki beradu dengan deru air. Payung menghalangi air menimpa tubuh, seakan saya telah menepis basah yang membuat badan tak nyaman.

Ya, saya mengalami dunia lain dalam perjalanan dengan hujan yang tak deras. Orang lain mungkin malas dan lebih suka mendekam di kamarnya.

No comments:

Pondok

Dulu, kami memasak nasi di dapur umum, mandi di tempat pemandian umum, dan berjemaah di masjid setiap waktu salat. Di tengah malam, kami ban...