Buku itu adalah Rindu
Rindu itu adalah perasaan akan sesuatu yang tidak ada di depan mata kita. Demikian pula, buku itu adalah jejeran huruf-huruf yang menerakan tentang ide yang belum diwujudkan. Oleh karena itu, seperti mendaki, untuk mencapai sesuatu, yang dalam buku Climbing: Philosophy for Everyone, mengapa orang ramai mendaki gunung-ganang (Kata majemuk ini sering digunakan di Malaysia, sebagaimana bukit-bakau, bukan bukit-bukit), apa sebenarnya yang kita cari? Jawabnya, because it's there.
Kebetulan Perpustakaan Sultanah Bahiyah UUM mempunyai beberapa lantai. Untuk menuju tempat di atas, saya harus menaiki tangga. Mungkin tak sama dengan mendaki, tetapi langkah kaki ini kadang tersendat bila ingin mengunjungi puncak gedung tersebut. Tanpa kerinduan, siapa pun tidak akan pergi ke ruangan yang berisi banyak bahan bacaan. Mungkin mahasiswa tak mengalami kesulitan untuk mencapai lantai 4, tetapi tantangan untuk menggapainya tak jauh berbeda dengan seorang pendaki yang harus mempunyi azam yang kuat untuk menuju mercu.
Oh ya, tentang rindu, mengapa kita menggunakan kata kenangan, tetapi jarang mengucapkan rinduan, tetapi kerinduan? Tentu, untuk menjawab pertanyaan ini kita bisa melayari internet dengan membuka mesin pencari google atau yahoo. Namun, kalau langkah ini sering dilakukan, kita akan menumpuk penyakit pengetahuan, berupa kesegeraan mendapatkan maklumat tanpa usul-periksa. Ini tak jauh berbeda dengan kesukaan kita terhadap makanan mie segera (instant), enak di mulut, tetapi akan menuai bencana apabila selalu dilakukan. Oleh karena itu, mari kita tutup sejenak internet, lalu mencoba membaui buku 'apak' di perpustakaan!
Comments
bbrpa yg lalu saya mengunjungi sekolah bergensing di kota PADANG, menemani teman penelitian ttg perpustakaan.
ketika teman saya menanyakan ttg ketersedian buku dan kira2 melengkapi atau tidak dg jumlah siswa.
petugas pustaka dg mudah menjawab.
"memadai" pdahal jumlahx sedikit.
di Internet lebih komplit katanya.
misalnya,nyari peta dunia. gag perlu pnjam atlas dpustaka. langsung konek di internet aja.langsung ditampilin.
iya seh, dstiap lokal dilengkapi dg LCD yg besar dan selalu konek dg internet.
Apa pun, kita bisa memanfaatkan lebih baik teknologi ketika kita bisa mendorong pengguna untuk menggunakannya secara benar. Semoga!
Saya menunggu coretan Anda selanjutnya, agar cerita itu tak hilang ditiup angin.
Sesuatu yang tidak bisa lakukan adalah menulis sebaik Anda,yang berhasil menggabungkan kepiawaian dan kelakar dalam satu perenggan.
Semoga, santri Annuqayah akan meneladankan Anda sebagai panutan dalam kepenulisan (Untuk sementara saya tidak menggunakan kata meneladani).
Hakikatnya, zaman sudah beralih jauh kehadapan. Mungkin 100 tahun lagi tiada lagi helaian buku di muka bumi. :-)