Sunday, February 05, 2023

Sentuhan

Bagaimana filsuf memahami soal ini secara keliru? Mungkin Aristoteles memiliki agenda berdasar kelas sosial. Menurut pandangannya, budak dan orang lain yang tangannya kasar karena kerja keras tak sehalus filsuf, bangsawan, dan petinggi berkulit lembut (hlm. 35).
Akal sehat saja mengajar kita bahwa kemewahan mereka berdiri di atas jerih kaum buruh. Alangkah naif, kelas borjuis duduk manis seraya merasa duduk di atas. Kata kaum Stoa, manusia itu setara.

Tentu, kita ingin melihat konteks pada waktu itu, di mana kelas tuan dan budak masih menjadi praktik sehari-hari. Lalu, apa mungkin mobilitas sosial pada waktu itu? Budak dan tuan dan sebaliknya?

 

No comments:

Syawal Ketujuhbelas

Biyya mendapatkan hadiah ulang tahun berupa novel dari Tante Ana. Dua anak imigran China di Melbourne, Australia hendak menautkan rasa di se...