Thursday, November 30, 2023
Batas
Sunday, November 26, 2023
Soto Koya
Rokok Lokal
Pak Qushairi menerima kami dengan hangat. Pabrik rokok ini berada tepat di depan rumahnya. Terima kasih. Betapa senang kami mendengar beliau berkisah pengalamannya waktu belajar di pondok.
Kehadiran lokal akan mengisi ruang kosong, yang selama ini ditinggalkan oleh produk pabrikan besar, yakni kedekatan emosional. Gudang penghasil mereka ini berada di sebuah kampung, yang mungkin Deluxe 88 tersebar dari mulut ke mulut dan hubungan kekeluargaan.
Cerita Buku
Tetapi, ada kisah lain dari buku ini, yakni penerjemahnya, Ali Noer Zaman, yang menghadiahkan karyanya pada Januari 2004. Kedekatan kami bermula karena lelaki asal Klatin ini menjemput saya ke kos untuk mengikuti kursus bahasa Perancis di LIP Sagan.
Keikutsertaan ini menceburkan saya pada kegiatan lain, seperti diskusi dan film. Apakah pusat kebudayaan asal negeri menara Eifell itu masih ada sekarang?
Friday, November 24, 2023
Catur dan Pagi
Sambil menunggu pesanan 4 bungkus nasi jagung dari Tante Us, kami memulai membuka langkah catur. Tatkala menumpukan perhatian pada bidak, penyuka Minecraft ini bisa berhenti sejenak dari telepon genggam.
Setelah beberapa langkah, nasi pun datang. Ia pun makan dengan lahap. Tempe, bakwan jagung, dan ikan kering menyelerakan. Ia pun menambah nasi dari sang kakak yang biasanya tidak menghabiskannya.
Sunday, November 19, 2023
Guling
Bahasa yang dipelajari, apa pun, semestinya digunakan dalam percakapan sehari-hari. Siswa-siswa SMA Nurul Jadid bisa berbahasa Mandarin, karena para gurunya mendorong mereka untuk memakainya di antara sesama.
Apalagi, kini banyak bahan yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki pelalafan melalui media sosial atau kanla Youtube. Tentu, generasi baru tetap belajar bahasa daerah, memperbaiki bahasa kebangsaan, dan menekuni bahasa internasional.
Ulang Tahun
Tentu, tidak sekali kami mengambil foto agar ada pose yang mungkin memancarkan sesuatu yang lain. Di sela-sela obrolan, saya menikmati singkong balado. Dulu, saya hanya menikmati rebus yang dikunyah bersama garam dan cabai, kini ia diberi bumbu.
Wedang uwuh, yang saya sesap menyeret ke UNUSIA Jakarta, karena di sini, teman baik menyuguhkan untuk saya dalam sebuah pertemuan. Lalu, apa makna batagor dan mie jamur bagi dua anak ini? Keduanya telah menyimpan dalam ingatan bahwa peristiwa ini akan menjadi nostalgia.
Barusan, kami berdua ngobrol di dapur sambil menikmati sarapan. Menua tidak terelakkan, tetapi belajar menahan diri dari asupan dan ucapan akan senantiasa dilakukan. Tubuh semakin renta, tetapi jiwa mungkin bisa dijaga. Di tempat yang sama, istri berjumpa dengan tetangga. Keduanya berbincang akrab. Malah, saya juga bertemu dengan Pak Iqbal, rekan kampus, yang juga duduk sambil menekuri laptop.
Wedang Uwuh
Warung tempat kami menikmati malam menjelang kelahiran ibu Biyya dan Zumi adalah kedai tak jauh dari rumah. Dengan berjalan kaki, kami bisa menjejak di lantai pusat perbelanjaan. Si bungsu tak lagi mau bermain di arena permainan. Mungkin, ia sudah merasa besar.
Kami pun berfoto bersama untuk menyimpan kenangan. Setiap keluarga di sini menekuri meja masing-masing, sebagaimana kami menikmati kudapan dan makanan serta minuman. Pada masa yang akan datang, kita berharap area ini dibagi untuk pengunjung yang merokok dan tidak. Kami terpaksa pindah karena asap mengganggu pernapasan.
Friday, November 17, 2023
Kunjungan Singapura
Katanya, motivasi orang belajar bahasa asing itu tidak sebatas penguasaan dan pengetahuan, tetapi juga perencanaan lain, semisal belajar ke luar negeri melalui beasiswa. Selain itu, kecakapan ini membantu untuk mendapatkan kerja setelah selesai kuliah.
Tamu dari negeri tetangga ini hendak melihat dari dekat bagaimana pengajaran bahasa Mandarin diajarkan di sekolah unggulan. Mereka kagum dengan kemampuan siswa dalam bercakap. Bila orang Arab dan Madura bisa berbicara, seperti sefasih Pak Syamsul, guru SMANJ, siapa pun juga bisa memulai untuk belajar. Semangat ini juga yang mendorong M Alal Hikam, koordinator Mandarin Club UNUJA untuk menggalakkan mahasiswa mengikuti kelas bahasa setiap hari Kamis di kampus. Anda tertarik?
Tuesday, November 14, 2023
Balungan
Bertempat di pinggir jalan dan berpemandangan sawah, kedai ini menjadi tempat yang menyenangkan untuk makan siang. Dari sini, masing-masing mencoba mengingat kembali masa-masa kuliah di Yogyakarta sambil merasakan udara bebas yang semilir.
Mengais ingatan masa lalu berpindah pada apa yang terjadi pada tubuh masing-masing, yang mulai tak lagi setahan dulu terhadap angin dan makanan. Semakin tua, semakin hati-hati agar badan tak mudah penat karena "nikmat".
Ngobrol Ilmu
Apa yang dipikirkan dan dihayati mewujud dalam prilaku sehari-hari. Inilah epilog dari obrolan. Apa yang membuat pertemuan ini menyenangkan adalah tiga tanggapan mahasiswa, Surur, Fakhruddin dan Luthfi.
Mengapa filsafat bisa dijelaskan dengan bahasa awam, apakah ketenangan batin berkorelasi dengan ketidakproduktifan, dan bagaimana mengukur diri sendiri.
Pertanyaan singkat dan padat ini tentu bermuara pada kehendak untuk merumuskan apa yang yang harus dilakukan untuk meraih hidup yang baik. Aha! Falsafah klasik, salah satu Epicurus mengetengahkan tiga hasrat yang perlu ditimbang agar hidup tertangungkan dan kaum Stoa berbicara soal mengontrol apa yang bisa dikawal dari tindakan sehari-hari. Hal terakhir ini beririsakan dengan konsep perbuatan "iktisab", di mana seseorang berusaha dan menyerahkan hasil pada Tuhan.
Apa pun, kami berharap bahwa diskusi ini memantik kegiatan serupa di banyak tempat sudut kampus. Kaum terpelajar bercakap tentang landasan tindakan agar kehendak untuk memeriksa kehidupan senantiasa dilakukan. Dari sini, setiap individu membuat pilihan.
Friday, November 10, 2023
Makcik Berpulang
Tatkala istri mengandung, Makcik sering memberikan nasehat dan turut membesarkan hati kami mengingat jauh dari orang tua. Pakcik pun turut mendukung kami. Si bungsu Iman sering berjum'atan bareng. Bila anak sulung dan kedua, Sofi dan Firman, datang kami pun turut riang.
Tatkala Biyya lahir, keluarga inilah yang menjemput kami ke Rumah Sakit (Daerah) Pulau Pinang. Pakcik Yusuf yang mentahniq Biyya. Kehangatan keluarga ini mengajar kami banyak hal tentang ketulusan dan keikhlasan. Selamat jalan Makcik! Semoga Allah memberikan ampunan. Amin.
Friday, November 03, 2023
Kondangan
Pagi ini, sebelum 6.30, saya telah sampai di rumah Pak Yusuf, nama asli yang bersangkutan. Para tamu disambut dengan tabuhan rebana kumpulan Zaid bin Tsabit. Tak lama kemudian, tokoh masyarakat datang bersama penceramah yang akan memberikan tausiyah.
Setelah sekian lama duduk, kami diminta berdiri (mahallul qiyam). Ini mengurangi ketegangan pada otot kaki. Kami pun khusyuk membacakan selawat. Sepanjang pujian pada nabi, tidak ada satupun yang membuka telepon genggam. Sungguh syahdu di pagi ini!
Thursday, November 02, 2023
Wisuda
Untuk pertama kalinya, univesitas kami melakukan upacara wisuda di alun-alun Kraksaan, di bawah tenda, dengan AC dari banyak penjuru. Selain itu, bersamaan dengan dies natalis ke-6, bekerja sama dengan pemerintah kabupaten UNUJA juga menggelar pameran UMKM dan pendidikan.
Satu hari sebelumnya, saya dan keluarga berkeliling stand di luar tenda ini. Betapa perayaan ini telah mendatangkan kegembiraan banyak orang.
Kearifan
Saya mengetahui karya Harry R. Lewis berjudul Excellence Without Soul pertama kali dari sahabat Prof Zainal Sanusi, dosen UIA Malaysia. Baru kali ini, saya membaca buku tersebut di banyak tempat dan suasana. Dari judul yang provokatif, mantan dekan Harvard College ini hendak mengungkapkan bahwa universitas tertua itu memiliki keunggulan, tetapi telah kehilangan jiwa sebagai institusi pendidikan tinggi.
Dengan pertanyaan Does Liberal Education Have a Future? Lewis hendak menyoal bahwa kini banyak perguruan tinggi telah menjadi pabrik yang hanya hendak mengisi pasar dan kerja. Sementara pendidikan liberal di sini dimaksudkan sebagai institusi yang hendak membentuk pemahaman yang luas tentang bidang pengetahuan, keterampilan berpikir kritis dan kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi dan berpikir mandiri.
Untuk itu, pemahaman terhadap seni, ilmu pengetahuan, sejarah, filsafat dan humaniora serta kemampuan untuk menghubungkan berbagai konsep dan ide juga perlu hadir. Tak dapat dielakkan, banyak universitas melupakan peran pendidikan lebih luas untuk mahasiswa. Lembaga ini mengabaikan pekerjaan mendasar bagi pendidikan strata satu, yaitu untuk mengubah usia 18-19 ke 21-22 untuk membantu mereka tumbuh besar, belajar tentang siapa mereka, untuk mencari untuk tujuan yang lebih luas untuk hidup dan meninggalkan kampus sebagai manusia yang lebih baik.
Kerisauan Lewis di atas berdasarkan pengalamannya sebagai guru besar selama lebih daripada 30 tahun di salah satu perguruan tinggi tertua di negeri Paman Sam. Dalam buku itu, ia hendak menjelaskan bagaimana Harvard dan banyak universitas besar lain kehilangan pandangan tentang tujuan penting dari pendidikan sarjana. Pendidikan bukanlah pengajaran tanggal dan formula dan hukum dan nama dan tempat. Kampus, yang terbaik, adalah tempat mahasiswa mulai memahami diri mereka sendiri dan menemukan cita-cita dan tujuan untuk hidup mereka.
Lalu, adakah pengalaman Amerika juga berlaku di sini? Tentu, perbandingan di antara dua negara tidak sepadan dari banyak variabel. Namun, pengalaman Amerika Serikat bisa menjadi cermin bahwa kita sebenarnya memiliki tujuan mulia tentang pengajaran dan pembelajaran di jenjang sarjana. Sejalan dengan nama universitas, betapa pun setiap mahasiswa memilih jurusan masing-masing, ia belajar melihat ilmu dan realitas secara utuh dengan menimbang banyak sudut pandang.
Namun demikian, kita tidak bisa mengingkari bahwa keterkaitan pilihan studi dan dunia kerja perlu dipertimbangkan. Spesialisasi ini tidak mengingkari kekhususan dari ilmu pengetahuan dan keperluaan masyarakat. Namun demikian, kecakapan lunak (softskill) sebagai bagian dari ikhtiar agar lulusan bisa hidup di masyarakat tentu menjadi desain pendidikan yang lebih luas, baik disisipkan secara tersurat maupun tersirat melalui kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Untuk itu, kearifan adalah kata kunci yang harus disisipkan dalam banyak mata kuliah dan percakapan di kampus. Kata yang sinonim, seperti wisdom (Inggris) dan hikmah (bahasa Arab) dan kebijaksanaan (bahasa Indonesia) sejatinya adalah gagasan besar dalam banyak pelbagai tradisi filsafat. Salah satunya adalah ia terkait dengan pengetahuan praktis. Dengan melampuai semata-mata pengetahuan teoretis, seseorang menerapkan pengetahuan pada situasi kehidupan nyata.
Dari sini, filsafat menjadi pandangan dunia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Untuk itu, apa yang dikatakan oleh Henri Lefebvre dalam Critique of Everyday Life layak disimak. Metode Marx dan Engels justru terdiri dari pencarian hubungan yang ada antara apa yang dipikirkan, diinginkan, dikatakan dan dipercaya manusia untuk diri mereka sendiri dan siapa dirinya, apa yang mereka lakukan (hlm. 165). Sebagai salah satu cara berpikir, kaidah keduanya tentu berpijak pada sejarah dan pengalaman yang berbeda.
Dengan demikian, agar institusi pendidikan relevan dengan keseharian warganya, ia memberikan jalan pada sivitas akademika untuk arif tentang hasrat, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang telah dibingkai dengan pandangan teologis dan ideologis tertentu. Keduanya jelas memiliki batas-batasnya dengan ruang kosong yang perlu diisi ulang dengan hujah akal budi. Melalui kearifan, siapa pun bisa mengenali diri dan lingkungan fisiknya. Bila tidak, seluruh prilaku manusia yang hidup di lingkungannya adalah salinan (photocopy) dari iklan, citraan, dan sangkaan.
Sumber: Kearifan Kabar Madura, 2 November 2023
Wednesday, November 01, 2023
Keranda dan Makna
Dari sini, saya membuat pertanyaan pada mahasiswa Living Qur'an, yang dua kelompok kemarin membawakan makalah tentang teori 'urf (tradisi lokal). Salah satu mahasiswa menjawab bahwa keranda berkain hijau yang ditulisi kalimat tawhid umumnya merupakan bagian dari praktik keagamaan dalam Islam. Warna hijau pada keranda atau kain kafan tidak secara khusus merupakan suatu tuntunan agama, tetapi lebih kepada kebiasaan atau tradisi yang berkaitan dengan simbolisme atau preferensi budaya dalam beberapa komunitas Muslim.
Menariknya, mereka tidak memikul keranda sebagaimana dilakukan di kampung saya. Dengan memasang roda, warga bisa membawa jenazah dengan ringan. Lalu, apa makna payung itu? Dulu, tetangga kami menegaskannya sebagai peneduh dari sinar panas matahari. Saya masih ingat kala itu payung dan keranda itu disimpan di masjid.
Murid Sunan Kalijaga
Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...