Tuesday, January 30, 2024

Makan Siang

Menikmati makan siang di sini terasa beda, karena ini adalah ruangan baru yang dipasang pengumuman kawasan bebas merokok. Setidaknya, kami tidak sering berpindah bila ada seseorang yang menghembuskan asap rokok di ruangan sebelah. 

Di sini, kami memesan goreng pisang, dan tahu goreng, serta makan ayam penyet. Untuk pertama kalinya, saya memesan teh Thai. Sebagai penyuka teh Tong Tji, sebenarnya pengusaha negeri bisa menjual Indoteh untuk dijual ke luar. 

Ketika mengunggah foto ini ke akun Twitter, seseorang mengirim tanggapan semoga sehat dan berkah selalu, betapa kebahagiaan menyembul tak tepermanai. Di tengah keterbatasan kita, media sosial bisa mengikat hubungan emosional dan spiritual. Sebenarnya, kami hendak makan siang di warung WAPO, tetapi tutup, dan segera memutuskan untuk ke sini. Betapa mengalir itu adalah salah satu kita untuk melihat kenyataan dengan riang. 
 

Wednesday, January 24, 2024

Pangkas Rambut

Saya dan Zumi sering mencukur rambut di sini. Sebelum pandemi Covid-19, kami mengeluarkan Rp 5000 dan kini naik Rp 3000. Tentu ini lebih murah dibandingkan dengan tempat  lain yang mematok harga Rp 10 ribu. 

Di sela bekerja, Mas Wijaya suka bercerita tentang apa yang terjadi di sekitar kampungnya. Saya pun menimpali untuk berbagi kisah. Dengan memilih kedai ini, saya hanya perlu berhenti sejenak dalam perjalanan dari kampus ke rumah. 

Ia pun memutar pelbagai lagu melalui pemutar MP3. Setidaknya, seraya menunggu giliran, orang-orang bisa menghibur diri. Tetapi berbeda dengan anak kecil yang ditunggui oleh orang tua, ia akan bertingkah, seperti mengetuk pintu dan berjalan ke sana kemari.  

Monday, January 15, 2024

Bergerak untuk Bertindak

Setelah membahas Wacana Kritik Agama, kami pun mengabadikan kegiatan Pelatihan Kader Lanjut VIII melalui foto bersama. Betapa menyenangkan mendengar mereka melihat agama yang tidak lagi dilihat sebagai kewajiban pribadi tetapi juga sosial. 

Meskipun acara ini bermula pukul 8 malam di ruang pertemuan BKPSDM Probolinggo, mereka tampak antusias karena subtema yang disodorkan terkait dengan hubungan dialektis teks-konteks dan relasi kuasa, kepentingan di balik tafsir terhadap teks, dan analisis ancaman fundamentalisme agama. Saya berkisah bahwa sebelum panitia menjemput ke rumah, saya bersembahyang jemaah di masjid. 

Apakah kepahaman warga terhadap agama sama dengan kaum terpelajar? Dari sini, kita bisa melihat ada jarak antara sarjana dan orang awam dalam menghayati perintah Tuhan. Inilah tantangan kaum pergerakan untuk memasukkan pesan kritis agama terhadap prilaku bersama dengan bahasa yang bisa dijangkau oleh mereka. 

 

Sunday, January 14, 2024

Kisah Buku

Untuk menyemangati kelas terjemahan teks setiap Ahad pagi di UNUJA, saya mengalihbahasakan anggitan Roy Jackson, "Nietzsche and Islam". Akhirnya, buku tersebut sampai ke rumah tatkala saya menekuri paparan Kiai Zainul Mu'in dan Kiai Miftah Faqih dalam Halaqah Fikih Peradaban II di aula pondok. 

Dulu, ketika belajar Filsafat di IAIN, saya terguncang dengan ujaran Nietzsche tentang Tuhan telah mati. Padahal kami sebenarnya belum mendaras banyak karya penggemar Wagner ini. 

Beruntung, saya pernah menyelesaikan karya Peter Levine, yang menyuguhkan dua tafsir terhadap pengarang Beyond Good and Evil, kanan konservatif dan kiri progresif. Pendek kata, pemahaman itu mudah retak. 

Nah, buku ini pun menegaskan bahwa filsafat lelaki berkumis keren dijiwai oleh keagamaan yang mendalam. Lebih jauh, Roy mengungkapkan bahwa filsafatnya memiliki keterkaitan khusus dengan identitas islami yang dipahami di dunia modern (hlm. 8).

Dari jejak ini, saya memejamkan mata seraya tepekur bahwa kenyataan tidak bisa dipikul oleh perkataan. Ia mesti menjadi tindakan dengan segala risikonya. Itulah mengapa saya mengikuti Yasinan seraya menghadirkan Tuhan dalam prasangka sendiri dan tak menyoal Tuhan yang diyakini oleh para jemaah di musala Ali bin Talib. 

Setiap individu bergulat dengan pemahamannya sendiri dan berbuah manfaat pada orang lain, setidaknya berupa kebersamaan menjadi manusia secara setara dan apa adanya. Sementara benda yang menempel, seperti ras, agama, dan negara, pada dirinya adalah terberi dan pilihan, yang tidak perlu menjadi alasan untuk bertikai tak karuan. Orang yang matang akan bersedia untuk berubah. Kebedaan adalah keniscayaan.

 

Tuesday, January 09, 2024

Yasinan

Kegiatan rutin Yasinan di masjid kampung kami akan senantiasa dilakukan oleh warga. Bagi Zumi, aktivitas ini menyenangkan karena ia dan kawan-kawannya bisa mendapatkan kudapan. 

Tetapi, kadang ia pulang dengan tangan kosong karena camilan tidak disediakan. Namun, ini adalah pelajaran bahwa bonus itu bukan tujuan utama. Di sini, warga dari segala lapisan akan duduk bersama untuk berdoa dan membaca Alqur'an. 

Kami tidak memaksa anak-anak itu mengikuti bacaan dengan tertib karena mereka memilih untuk duduk di teras sambil menunggu doa terakhir dipanjatkan. Setidaknya, mereka telah berada di sini untuk sejenak melupakan gawai yang seringali memaksanya untuk dikendalikan oleh permainan. Sekali-sekali mereka belajar untuk tepekur dengan melihat orang yang mendaras bersama kitab suci. 
 

Thursday, January 04, 2024

Sepupu

Biyya dan Zumi bermain dengan Fatih, sepupunya di Jogja. Nanti, lebaran, keduanya akan juga menghabiskan waktu luang dengan kerabatnya di Sumenep. Mereka adalah wajah kita, yang hendak melihat keluarga mempunyai ikatan yang kuat. 

Dari sini, mereka juga akan menautkan diri pada pertemanan dan persaudaran yang lebih luas. Sebagai bagian kecil dari sepotong kenangan, acara perkawinan sang paman, Sultan, mereka turut merayakan kegembiraan. Setidaknya, dua ibu mereka turut bernyanyi dalam pesta ini, yang menjadikan peristiwa tersebut begitu berarti. 

Pengalaman ini akan menjadi tabungan bagi mereka untuk melihat masa depan. Ada waktu dan ruang untuk bersama dan kemudian pulang ke kampung  halaman untuk menjalani rutinitas, seperti sekolah. Untungnya, meskipun jauh, ada panggilan video (video call) yang bisa menautkan kembali untuk berbagi cerita. 
 

Wednesday, January 03, 2024

Cengkerama Buku

Dalam sesi tanya jawab, peserta bertanya mengapa perlu orang lain, Nietzsche, untuk memahami diri kita? Betapa generasi baru menyodorkan pertanyaan yang menarik dalam dalam bedah buku yang digelar oleh Persatuan Alumni Nurul Jadid Yogyakarta di pendopo Yayasan LKiS

Saya pun menyodorkan kutipan kalimat pertama dalam bab kedua yang menyitir ucapan Nietzsche, "Saya ingin hidup di antara Muslim untuk waktu lama, khususnya di mana iman mereka adalah paling taat: dengan cara ini saya berharap untuk mengasah penilaian dan mata saya untuk semua yang berbau Eropa".

Ketika liyan memandang kita dengan penuh simpati, tentu kita juga akan memeriksa apa respons sarjana Muslim terhadap dunia pemikiran yang juga diungkapkan dalam karya ini. Iqbal, Rahman, Arkoun, dan Bamyeh, Mawdudi hadir untuk menimbang ajaran dari dua sudut pandang, historis dan transhistoris. 

Di luar kegiatan ini, saya senang karena persatuan alumni dan komunitas Maos Bumi menyuburkan literasi di tengah kegetiran banyak orang terhadap disrupsi teknologi yang menjadikan jalan tidak lempang pada percakapan sungguh-sungguh tentang wacana keagamaan. Betapa kegiatan tersebut menyemangati kami karena mendengar dari kaum muda tentang apa yang terjadi hari ini. Setidaknya, dengan pilihan kata cengkerama, percakapan filsafat dan kajian keislaman bisa menyenangkan peserta. 

 

Spiderman 3

Di hari pertama tahun 2024 saya mengajak Zumi menonton film yang telah diputar berulang kali oleh stasiun televisi nasional ini. Pada awalnya, ia bisa duduk diam dan akhirnya pergi mungkin bosan sebab sudah pernah melihat Parker beraksi. 

Dari sekian adegan, saya terkesan dengan seorang ayah dan putrinya yang terbaca melalui raut muka. Di sini, kejahatan dan kebaikan berjalin kelindan. Tentu, sosok ibu yang akan terus menjaga anaknya sebagai bukti kasih sayangnya sepanjang jalan. 

Pertanyaan besar dari film ini adalah apa yang menjadi dasar pendorong manusia bertindak? Panggilan nurani atau ego? Lalu, adakah perubahan itu bisa diterima? Setidaknya, film "keluarga" ini bisa ditonton oleh segala lapisan, meskipun pesasn yang sampai pada masing-masing mungkin tidak sama. Itulah hidup. 


Monday, January 01, 2024

Tahun Baru 2024

Kami merayakan malam dengan bebakaran di rumah jiran, Pak Dori. Di sela menunggu makan bersama, saya, Pak Furqan, Pak Haris, Pak Imron, Pak As'adi bercakap ke sana ke mari. Alhamdulillah, langit cerah setelah sore menyuguhkan hujan dua kali. Melalui gawai, Pak Imron memutar pertandingan bola Liga Inggris, Arsenal lawan Fulham. Kita memulai hidup dari kedekatan, sebelum pergi ke kejauhan. Dari hubungan ketetanggaan, kita menautkan hubungan batin dan dari sini kita bisa menjalin keakraban dengan rekan-rekan lain yang berjarak puluhan kilo meter. Betapa asyik ngobrol dengan bapak-bapak tetangga, dari isu kesehatan hingga kekerasan di Gaza. Sementara, anak-anak bermain dan berlarian di malam itu. Ibu-ibu juga tampak menikmati lagu-lagu yang diputar oleh Pak Haris dengan memanfaatkan jaringan bluetooth.
 

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.