Thursday, September 26, 2024

The Third Culture Kids

Anak-anak memiliki cara sendiri memahami dunianya. Biyya berjilbab atas pilihannya sendiri tatkala berada di kelas 4 SD UUM IS. Banyak orang yang bertanya tentang keputusannya kala itu. 

Alasannya, ia ingin mendapatkan pahala. Guru agamanya dari Aljazair. Di Kraksaan, ia tertekan sebab harus menghapal juz 30. 

Kini, penyuka P Ramlee ini mengenakan hijab sepenuhnya. Mungkin, ini juga alasan, mengapa ia bertanya, mengapa orang lain itu neraka dalam Sartre.

Wednesday, September 25, 2024

Merusak Bumi dari Meja

Saya mendapatkan kehormatan untuk membaca karya Mas Kiai M Faizi. Temanya sangat sesuai dengan tantangan dunia baru, konsumerisme dan hedonisme. Secara pribadi, saya adalah pembaca setia cetusan penulis Sareyang tersebut dalam blognya yang renyah, Kormeddal.

Orang ramai sering tidak merasa bahwa apa yang dilakukan secara sambil lalu, riang, dan nikmat bisa mendatangkan kehancuran pada alam dan manusia. Mereka menari di atas penderitaan orang lain. Meja makan yang sehat adalah tempat kudapan dihidangkan yang berasal dari produk lokal. Ketika mengonsumsi kue dari Amerika, kita telah meninggalkan jejak karbon tinggi. Tetapi, ada perkecualiannya, kurma dari petani Palestina yang ditindas oleh Israel. Selain itu, hasil dari kaum tani dari seantero dunia yang tidak diakali oleh perusahaan multinasional sial.

Menariknya, acara ini dibatasi untuk kalangan tertentu. Jelas, kegiatan literasi ini bukan sekadar membincang isu seperti biasa, tetapi juga menanamkan kesadaran bahwa pembacaan itu ingin melahirkan pemahaman untuk sebuah tindakan. Peserta yang hadir diharapkan untuk mendapatkan gagasan yang mencerahkan untuk menjaga bumi.
 

Tuesday, September 24, 2024

Ketika menunggu jemputan sekolah yang akan mengantar siswa ke perkemahan bahasa di Bentar, kami mengisi waktu dengan berfoto bersama. Udara panas tidak menghalangi kami untuk menikmati hari.
Pelan tapi pasti, kami berdua memberikan jalan pada anak untuk menelusuri minat dan bakatnya sendiri, termasuk bahkan hidupnya. Kami hanya menyediakan "sangu" (baca: bekal) agar ia bisa berlari dan sekali-kali menoleh ke belakang untuk melihat kami yang mendaras selaksa doa.
Sajak yang dibacakan itu adalah renungannya. Kami hanya menyampaikan apa yang perlu ditimbang sebab ia tidak hanya hidup dengan pikirannya, tetapi juga tatapan liyan. Aha, ia kemarin bertanya apa makna dari pernyataan bahwa orang lain itu adalah neraka menurut Sartre.

 

Thursday, September 19, 2024

Belajar untuk Menerima


Sejak dini, anak belajar kebedaan di sekolah. Lembaga pendidikan semestinya menumbuhkan semangat kebersamaan untuk menerima liyan demi kemanusiaan. 

Tanpa kesadaran ini, institusi tempat mereka belajar akan menjadi pabrik yang menghasilkan manusia berpikiran sempit dan tertutup. Betapa menyenangkan melihat anak-anak bermain bersama tanpa dibebani oleh perbedaan status dan asal-usul. 

Mereka dekat sama satu lain karena melihat orang lain sebagai sebaya. Kadang manusia dewasa yang memisahkan mereka karena ingin menempelkan identitas khas. Padahal, jati diri itu adalah pilihan. 

Wednesday, September 18, 2024

Agama Sipil dan Isu Lingkungan

Terima kasih saya sampaikan kepada Prof Zainal Sanusi, Mas Luthfi Assyaukanie, dan Mas Zuhri Humaidi yang telah menghidupkan diskusi agama sipil dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Ketiga memaparkan gagasannya dengan sangat cemerlang.

Tangan ajaib Pak Deddy Chusnul Muali dan Sdr Ong, ketua BEM Fakultas Sosial Humaniora Universitas Nurul Jadid - UNUJA memungkinkan percakapan berlangsung dengan saksama. Demikian juga, kehadiran banyak mahasiswa dari banyak universitas di Indonesia, meskipun mereka harus mengikuti kegiatan ini di malam hari. 

Apa yang salah dengan penafsiran pada teks ketika umat tidak peduli dengan kelestarian alam sekitar? Inilah pekerjaan rumah kita yang masih percaya pada pesan agama. Kecuali, lembaga tradisional dianggap tidak mampu mengatasi isu baru dan digantikan dengan agama sipil yang bisa mengakomodasi nilai-nilai relijius dalam praktik kenegaraan, tanpa dominasi kelompok tertentu. 

 

Saturday, September 14, 2024

Ulang Tahun

Hadiahnya mainan sesuai keinginannya. Saya membeli dua es campur di warung WAPO sepelemparan batu dari rumah untuk merayakannya. Si ibu memesan nasi kotak. Jadilah, pesta itu berlangsung meriah. 

Murid TK Nurul Jadid ini bilang "thank you, ayah". Saya berseloroh bahwa dulu hari lahir ayah tak dirayakan, tapi diselamatkan (Selamatan). Biyya tertawa. Kedua anak kami tumbuh besar dalam alam yang berbeda. 

Namun, keduanya tetap mewarisi tradisi, di mana selamatan adalah peristiwa yang magis dan manis. Dulu, kami menggelar aqiqah (baku: akikah) untuk melafalkan selaksa doa agar generasi baru ini menjalani hidup dengan sentosa. Amin. 

 

Friday, September 13, 2024

Menutup Diri











Setelah bermain bola dengan Zumi, sang ibu membelikan gorengan dari jiran yang dipesan melalui Whatsapp.

Zumi mencuci tangan ala tiktok. Si ibu bertugas sbg menteri kesehatan. Sepulang dari kampus, saya segera mandi. Otoritas mesti dipatuhi.Biyya mendapatkan keinginannya, cetakan Kanao Tsuyuri, salah satu tokoh anime Demon Slayer. 

Saya adalah pejalan. Tapi, jika ada perintah berkurung dari penguasa, saya patuh. Covid-19 itu tanda bahwa manusia selalu menjaga lingkunganya agar lestari. 

 

Amrik dan Paradoks

Ayah, apakah sistem pendidikan Amerika adalah terbaik di dunia? Tanya Biyya. Ya, di sini ada banyak universitas terbaik sejagad, seperti Harvard, Stanford, MIT, dll. 

Tetapi, mengapa ada penembakan acak oleh siswa? Oh, ini terkait dengan banyak peubah. Agar ia tahu lebih banyak tentang Paman Sam, saya bawakan buku ini.

Kini, kita perlu mendorong mereka untuk bertanya agar belajar mandiri bisa dilakukan oleh generasi baru. 

Memahami Orang Lain

Tidak mudah menanamkan sikap berterima pada kebedaan, tetapi kita tak lelah mendorong warga sekolah dan kampus untuk bercakap dengan orang yang berlatar belakang berbeda. 

Menerima kebenaran liyan tidak perlu menyembunyikan kepercayaan diri sendiri. Saya orang kanan yang suka dengan teman kiri.

 

Nasib Madrasah

FGD Penguatan Moderasi Beragama menuju masyarakat Probolinggo yang Aman, Damai, dan Sejahtera. Saya ulas tawazun, i'tidal, dan tasamuh yang erat kaitannya dengan keamanan dan kedamaian.

Tapi, isu kesejahteraan saya serahkan kepada Gus dr Haris. Kepala Mts dan MA itu perlu dinaikkan tunjangannya agar layak. Ini jelas beririsan dengan kebijakan pemerintah lokal dan pusat.

Selain itu, banyak guru madrasah yang besaran gajinya di bawah UMR. Kita tak mungkin berharap pendidikan berjalan dengan saksama tanpa perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasarnya.

Bayangkan seorang guru MTs hanya menerima gaji Rp 250 ribu. Saya tanya, apa cukup? Berdasarkan uraian filsafat Bapak di kelas, nilainya besar, bukan nominalnya. Sebagai pengajar, saya pun tersenyum kecut.
 

Burung Hantu

Ia berdiri tenang ketika saya baru sampai di pagi hari. Burung Hantu ini tak bergerak. Matanya menatap tajam. Kala hendak pulang di sore hari, hewan penjaga malam tersebut juga berada dalam keadaan yang sama.

Saya pikir binatang ini sedang mengolok-olok kita, manusia secepat apapun berlari, ia tidak akan pergi ke mana kecuali ke dalam dirinya.
 

Kim Ji-yeong

Novel ini saya baca agar saya bisa berbicara dengan si sulung. Sebagaimana ibunya, penyuka Billie Eilish ini meminati sesuatu yang serba Korea, seperti musik, drama, dan makanan.


Saya pun suka lagu negeri gingseng karena Rhoma Irama pernah membawakan lagu BTS. Eh, mengapa Kim Ji-yeong mengalami depresi? Karena tekanan yang ia dapatkan dari luar, praktik misoginis dan penindasan institusional.

Di sini, banyak lembaga, agama dan bukan, yang membelenggu perempuan. Mungkin tafsir itu telah dipengaruhi oleh banyak peubah, sehingga institusi alih-alih membebaskan, malah mengerangkeng penganutnya.

Friday, September 06, 2024

Kebaikan Kawan

Mas Abdur Rozaki berkenan berbagi pengetahuan dan pengalaman di depan mahasantri Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid. Sebagai wakil rektor kemahasiswaan UIN Sunan Kalijaga, lulusan Akidah dan Filsafat ini sangat piawai menyihir hadirin dgn kata, gaya, dan tata. 

Ada tiga hal yang dilakukan agar mahasiswa  menemukan hidup, yakni membaca, berdoa, dan bermanfaat bagi orang lain. Sebagai pelajar kesehatan, Anda sekalian telah menyelamatkan kehidupan, yang merupakan tugas sangat mulia, ungkapnya. 

Tatkala sesi tanya jawab, Eva, dari universitas Katolik Kupang yang jago musik bertanya soal relevansi aktivisme kemahasiswaan dengan tantangan baru, Nahdia Fiki Maghfiroh menyoal sikap terhadap teman toksik, dan Hidayah mengajukan kegundahan eksistensial, mungkinkah manusia yang terbatas mencapai kesempurnaan? 

Sebelum menjawab, Mas Rozaki menegaskan bahwa dgn kehadiran Eva di pondok, ia menemukaan keindonesiaan di sini, yang mendapatkan respons tepukan gemuruh dari seluruh peserta. Momen yang sangat menggetarkan! 


 

Halaqah Peradaban

Pihak Pondok Pesantren Nurul  menyiapkan halaqah dengan cermat. Fikih Siyasah dan tata dunia baru tentu akan menimbang Imam Mawardi, Fahmi Huwaidi, dan Wahbah Zuhaili, tetapi santri juga akan mengulik Plato, Hobbes, John Locke, Rawls agar hegemoni Barat bisa dipahami dalam tata dunia masa kini.

Filsafat politik India, China, dan Nusantara juga perlu hadir untuk menafsir "wilayah" profetik katena tatikh al-islami tidak steril dari pengaruh Rum dan Persia. 

Khilafah perlu dilihat secara utuh. Jangan dikit-dikit NKRI harga mati di tengah ada meme NKRI harga naik. Dari sini, lembaga pendidikan tradisional harus menjaga jarak dengan kekuasaan.

 

Adaan dan Mengada

Ketika dua anak bersekolah di SD, kami masih memastikan mereka bisa membaca dan menyediakan buku ringan. Setidaknya, si bungsu mau baca Malin Kundang, yang didapat dari Rocket Chicken. Manakala si sulung menekuri Dork Diaries.

Saya punya "Haji Murat" oleh Leo Tolstoy, tapi hingga kini ia belum juga disentuh oleh buah hati. Beruntung pas SMP, si sulung mau mengulik Multatuli. 


Anak-anak kita wajib membaca sastra. Oh ya, saya dulu beli "Being and Nothingness" di Kinokuniya Kuala Lumpur, yang juga belum dilirik oleh anak. 

Apa pun, jalan pada pengetahuan itu beranekaragam. Apa yang kita anggap "ada", mungkin "tiada" di pikiran orang lain, atau sebaliknya. Jadi, isu adaan, mengada, dan mengada-ada sememangnya rumit. Kalau pengadaan, kita tinggal minta pada bagian sarpras.

 

Wednesday, September 04, 2024

Menemukan Diri


Rubin mengutip Erasmus bahwa kebahagiaan utama adalah seseorang yang menjadi dirinya sendiri (hlm. 79). Pesan ini hakikatnya ditemukan di banyak tradisi, baik sekuler maupun relijius, bahwa manusia harus tampil sebagaimana siapa adanya. 

Ini tidak mudah. Saya berusaha dan sering mengatakan pada anak sulung untuk jadi diri sendiri. Untuk si bungsu, sebagaimana anak-anak pada umumnya, ia belum sepenuhnya bisa memahami konsep, tetapi contoh. 

Aha! Setelah menemukan diri, saya merasa sunyi. Setelah kembali ke khalayak, saya adalah bagian dari kerumunan.

Tuesday, September 03, 2024

Ngaji Kitab

ورسخت العادات في قلوبهم


Kiai Zuhri mengurai kalimat di atas ("mereka terperangkap dengan kebiasaan-kebiasaan dalam hati mereka.") dengan sangat menarik. Adat yang seringkali dipahami sebagai kearifan lokal disoal. Kitab Minhajul 'Abidin yang dikaji setiap pagi ini menjadi relevan.

Tentu, kebiasaan yang telah diterima sebagai bagian dari kehendak untuk saling menolong dan peduli itu baik. Namun, jika ia menjadi beban, warga turut memikirkan jalan keluar agar keberterimaan pada kebedaan status dan kedudukan dilihat sebagai keniscayaan. 

Sejauh ini, warga dilihat secara setara dalam hal ekonomi. Kegiatan masyarakat sering melibatkan warga dengan tanpa menimbang keadaan masing-masing yang tidak sama. Kearifan tampak lancung bila adat justru menjerat leher. 

Melestarikan Bahasa Malindo

Ilmu Linguistik membantu kita untuk mengurai banyal hal, tidak hanya bahasa, tetapi juga budaya, kuasa dan makna. 

Tulisan ini ingin mengurai silang-sengketa melalui peristiwa bahasa. Meski keduanya makin berpisah, titik-temu perlu diungkap (Baca http://majalah.tempo.co/konten/2013/03/31/BHS/142166/Melestarikan-Bahasa-Malindo/05/42). 

Pendapat ini dapat ditimbang oleh teman-teman yang berusaha untuk mendekatkan kedua bahasa. 

 

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.