Tuesday, September 24, 2024

Ketika menunggu jemputan sekolah yang akan mengantar siswa ke perkemahan bahasa di Bentar, kami mengisi waktu dengan berfoto bersama. Udara panas tidak menghalangi kami untuk menikmati hari.
Pelan tapi pasti, kami berdua memberikan jalan pada anak untuk menelusuri minat dan bakatnya sendiri, termasuk bahkan hidupnya. Kami hanya menyediakan "sangu" (baca: bekal) agar ia bisa berlari dan sekali-kali menoleh ke belakang untuk melihat kami yang mendaras selaksa doa.
Sajak yang dibacakan itu adalah renungannya. Kami hanya menyampaikan apa yang perlu ditimbang sebab ia tidak hanya hidup dengan pikirannya, tetapi juga tatapan liyan. Aha, ia kemarin bertanya apa makna dari pernyataan bahwa orang lain itu adalah neraka menurut Sartre.

 

No comments:

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.