Friday, March 23, 2007

Nasionaliskah Kita?

Secara singkat, nasionalisme itu adalah sikap pembelaan terhadap keindonesiaan dengan segala isinya. Lalu, apa yang harus dibela? Tanpa mengetahui peta tentang kondisi tanah air sekarang, kita seperti orang buta yang ditanyakan tentang gajah.

Meskipun demikian, sebagai bagian dari bangsa kita tentu akan memahami bahawa tugas kita bukan membela gajah secara keseluruhan. Mungkin saja, si A mengurus ekornya, si B mengelus belalai dan si C menunggang gajah itu sendiri (Nah, yang terakhir ini saya rasa paling nyaman).

Kalau kita membaca buku Confessions of An Economic Hitman oleh Perkins, Indonesia pernah dikerjai negara Maju untuk terjebak hutang sehingga Indonesia tak bisa menolak jika mereka ingin menguras harta kekayaan berupa minyak, emas, tambang dan lain-lain. Ini adalah sebuah pengakuan yang jujur dari pelaku ekonomi negara Maju yagn sudah bertobat, tetapi mungkin sekarang mungkin ada Perkins lain yang akan terus menggerus kekayaan Nusantara.

Lalu, apa yang mesti kita lakukan? Pertama, kita harus mencintai produk sendiri, kain batik, umpamanya. Bagi yang lain bisa jadi menggunakan produk budayanya sendiri. Kedua, kita meyakinkan teman-teman dari negara lain di sini untuk berkunjung ke Medan atau daerah di Indonesia, agar dunia pariwisata bisa berkembang dengan baik. Ketiga, kita mengajak teman-teman Melayu untuk makan di warung Indonesia yang ada di Pulau Pinang, hingga kita bisa membayar lunas hutang kita karena menghabiskan uang di negeri orang dan menarik uang mereka untuk mendapatkan pulangan.

Jadi, menurut saya, nasionalisme tidak lagi diteriakkan melalui kemarahan atawa perang sebagaimana dilaungkan oleh teman-teman DPR terhadap negeri Jiran. Kita harus mempunyai cara sendiri yang lebih santun, elegan, dan bermartabat. Atau Anda mempunyai usulan lain?

Persoalannya, kalau memang benar-benar terjadi perang, apakah kita mesti tiarap? Untuk itu, teman-teman Indonesia bisa memberikan gagasannya di sarasehan PPI USM 25 Maret 2007 Dewan Kuliah A.

No comments:

Syawal Keduapuluhtujuh

Seusai kelas Tafsir, saya pergi ke musala. Di sini, kami bersua.