Sunday, March 14, 2010

Manohara

Surabaya Post, 14 Maret 2010

Kadang istana, di manapun, berselimut prahara. Sejak dulu kala. Sekarang, hal yang sama terjadi. Putera Sultan Kelantan sedang berselisih dengan bekas model, Manohara, isterinya yang melarikan diri. Di negeri Singa, pelarian itu tampak dramatik. Belum lagi, sekelompok patriotik mencoba menumpang 'nama', atau mereka tulus, saya pun tak tahu.

Di negeri suaminya, berita tersebut tidak seheboh di media Indonesia. Ini berkait dengan kedudukannya yang istimewa. Namun tak urung, sebuah judul besar di koran lokal, Kosmo! (13/10/10) terpampang di halaman muka, sang pangeran digertak oleh pengacara Manohara untuk ditangkap. Ini jelas ikhtiar untuk bertindak seimbang dalam pelaporan. Atau bisa jadi ia strategi pemasaran agar khalayak penasaran untuk mencari pesan di koran bersangkutan.

Jika dilihat sebagai hal biasa, perseteruan tersebut layaknya persoalan yang acapkali terjadi dalam sebuah rumah tangga. Namun, karena terkait pesohor, media menyambar dengan tangkas untuk segera mengabarkan bahwa ini baru berita. Padahal, siapa pun akan menemui hal yang serupa di meja pengadilan perceraian, di mana di dalamnya ada sumpah serapah, fitnah, kekerasan dan ketidakadilan. Lalu, adalah tugas mahkamah untuk memberi kata putus agar masalah ini tak menyeret banyak korban.

No comments:

Syawalan Keduapuluhempat

Saya mendengar ludruk ini dengan riang melalui radio Bayu Gita FM. Para pemain bisa berkelakar tanpa beban. Ini mustahil dilakukan dalam keh...