Ketika mimpi buruk menyergap, saya tiba-tiba mengakali dengan 'bangun'. Wah, ternyata benar-benar bahwa itu mimpi buruk. Namun, saya berusaha menafsirkan metafor yang ada dalam mimpi. Sebab, ia bukan bunga tidur lagi, tapi udah teror.
Tadi pagi, saya harus menghadapi mimpi yang benar-benar mengerikan. Saya mengetuai sebuah perang besar antara geng. Sebelum parang lawan menyayat tubuh saya, kesadaran saya pulih bahwa ini hanya dunia maya.
Mungkin karena saya terlalu penat, sehingga tidur tak lagi istirahat yang menyenangkan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Stasiun Gubeng
Pukul 11 kereta api tiba. Stasiun tak begitu ramai. Kedai-kedai tutup. Sementara, radio Suara Surabaya memberitakan bahwa Badan Gizi Nasiona...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
-
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
No comments:
Post a Comment